Book Review: DILAN dia adalah Dilanku tahun 1990

March 19, 2018
Judul                       : DILAN dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis                   : Pidi Baiq
Jumlah Halaman   : 332 Halaman
Tahun Terbit         : 2014
Penerbit                 : DAR! Mizan
Kategori                 : Remaja
Sinopsis:

"Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja." (Dilan 1990)

"Milea jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti besoknya, orang itu akan hilang." (Dilan 1990)

"Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli." (Milea 1990)




Saking hebohnya film DILAN di bioskop, aku jadi penasaran nih sama novel karya Pidi Baiq satu ini. Pas banget si Olen punya e-book novel DILAN dia adalah Dilanku tahun 1990 dan dua novel tentang Dilan lainnya yang belum sempat kuselesaikan. Kemarin banget nih aku selesai baca novel ini. Jadi sekarang aku mau kasih ulasan tentang novel ini yah. Hehe. 'ㅅ'

"Cinta itu indah, jika Bagimu tidak, mungkin kamu salah milih pasangan" - Pidi Baiq 1972-2098
Baru awal-awal baca novelnya, sudah disuguhkan quote unik dari ayah Pidi Baiq. Quote satu ini bikin aku mesem-mesem bacanya. Duh, Pidi Baiq bisa aja deh bikin kata-kata manis ga berlebihan tapi lucu. Hihi. Terus lucunya di akhir nama Pidi Baiq tuh ada semacam tahun hidup gitu. Uniknya Pidi Baiq memilih angka 2098 sebagai tahun dari hidupnya (mungkin). ?? Kalau dihitung, berarti beliau wafat di umur 126 tahun. Wow. Mungkin ini doa beliau untuk dirinya sendiri agar bisa panjang umur tapi ga panjang-panjang banget gitu. Hihi.

Halaman selanjutnya, ada ilustrasi dari Pidi Baiq tentang tokoh-tokoh yang ada dalam novel pertama dari seri Dilan ini.

Sumber: Novel DILAN dia adalah Dilanku tahun 1990
Selain ilustrasi tiap tokohnya, Pidi Baiq juga membuat ilustrasi dari adegan-adegan dalam novel. Seperti adegan saat Milea bersama Airin dan ibunya, adegan saat Milea dan Dilan pertama kali bertemu, saat Dilan dan Piyan main ke rumah Milea untuk pertama kalinya, dan masih banyak lagi. Ilustrasi ini membuat pembaca jadi mudah membayangkannya. Selain itu, Pidi Baiq jadi tidak perlu repot-repot membuat deskripsi akan kejadian tersebut. Pembaca cukup melihat ilustrasi yang dibuatnya dan voila~ pembaca sudah bisa kebayang gimana sih adegan tersebut terjadi.

Sudut pandang yang dibuat dalam novel Dilan pertama ini adalah sudut pandang dari Milea. Namun bukan Milea yang bicara pada dirinya sendiri, melainkan seperti Milea sedang menceritakan kisah cinta SMA-nya bersama Dilan kepada para pembaca. Bahasa yang digunakan pun ringan. Benar-benar seperti curhatan seorang cewe ke dalam diarinya gitu.

Selain menggunakan Bahasa Indonesia, diselipkan pula Bahasa Sunda yang menjadi bahasa daerah di Bandung. Jadi saat tokoh misalnya si Wati sedang bicara, ya dia bicara menggunakan Bahasa Sunda seperti kesehariannya. Namun Milea menjelaskan arti dari Bahasa Sunda tersebut agar pembaca yang tak mengerti Bahasa Sunda pun bisa mengetahui artinya. Kalau aku sih, masih bisa mengerti lah arti dari ucapan si Wati atau tokoh-tokoh yang menggunakan Bahasa Sunda tanpa harus dijelaskan. Kok jadi sombong?! Enggak kok, cuma curhat kalau aku ini lahir dan besar di tanah Sunda, jadi sudah semestinya aku mengerti Bahasa Sunda. Hehe.

Buat pembaca wanita, pasti bakal dibuat mesem-mesem deh sama tingkahnya si Dilan. Milea yang awalnya masa bodoh dengan Dilan, akhirnya pun luluh dan jadi mencintainya. Dilan ini memang ajaib guys. Cara pendekatannya pada wanita tuh beda daripada yang lain. Buat kalian yang sudah nonton film Dilan, pasti tahu deh adegannya seperti apa. Buat yang belum tahu, aku kasih tahu deh.
Jadi saat Milea sedang jalan kaki menuju sekolah sehabis turun dari angkot si Dilan ini mendekatinya dengan naik motornya. Nah motornya itu dikendarainya dengan kecepatan yang menyamai kecepatan jalan kakinya Milea. Lalu si Dilan ini jadi sang peramal gitu.
"Kamu Milea, ya?"
"Eh?" kutoleh lagi dirinya, memastikan barangkali aku kenal.
Nyatanya tidak, lalu kujawab:
"Iya."
"Boleh gak aku ramal?"
"Ramal?" Aku langsung heran dengan pertanyaannya. Kok, meramal? Kok, bukan kenalan?
"Iya."katanya. "Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin."

Iiiih! (๑˃̵ᴗ˂̵)ﻭ Kalau aku jadi Milea, kayanya aku mesem-mesem ga jelas. Haha. Ni orang ngajak kenalannya lucu banget deh pake ngeramal kaya gitu. Haha. Selain itu, sikap-sikap Dilan dan cara bicara Dilan pun benar-benar lain daripada yang lain. Ketika pada jaman itu murid itu manut saja sama guru, Dilan berontak dan malah mukul balik Pak Suripto, guru BP, yang sudah bikin Dilan nyaris terjengkang dengan cara kasarnya menarik kerah belakang baju Dilan untuk membuat Dilan keluar dari barisan upacara.
"Aku bukan melawan guru, Bu. Aku melawan Suripto," kata Dilan.
"Iya. Ibu ngerti," kata Bu Rini.
"Ibuku juga guru, kakakku juga guru," kata Dilan.
"Iya. Dilan harus maklum, dia memang begitu, kan?" kata Bu Rini.
"Aku tidak bisa memaklumi guru yang begitu, Ibu," jawab Dilan.
"Iya. Kamu pasti ada sebabnya kenapa jadi berani," kata Bu Rini.
Dilan diam.
"Hormatilah orang lain kalau ingin dihormati," kata Dilan.  (sades banget ga sih ucapannya ini)
.
.
.
"Jangan karena guru jadi berbuat seenaknya," kata Dilan. (beuh!)

Peristiwa itu sampai membuat Dilan diskors selama seminggu. Tapi memang sih, jaman dulu tuh guru menampar siswa sudah dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, jauh berbeda dengan jaman now. Kalau sekarang, yang ada guru itu bakal dilapori polisi karena sudah melakukan tindak kekerasan. Namun untuk jamannya Dilan, Dilan ini sosok yang cukup berani melawan apabila dirinya merasa tidak dihargai. Ya begitulah Dilan.

Bahkan sampai klimaksnya, Dilan berantem dengan Anhar, kawannya, hanya karena Anhar sudah menampar Milea. Wah kisruh banget kejadian itu. Namun sayangnya, si Milea tidak menceritakan penyelesaian (sanksi dari sekolah) dari kasus berantemnya Anhar dan Dilan ini. Katanya sih nanti akan dibahas. Selain itu, Milea juga masih mau cerita tentang masa-masa dirinya pacaran dengan Dilan di buku kedua. Ya mari kita tunggu saja di novel selanjutnya. Hihi.

Secara keseluruhan, aku suka sama novel Dilan ini. Unik dan lucu. Rameeee! kalau kata Milea mah. Iya emang rameee banget sih kisah Milea dan Dilan ini. Hihi. Kalau mau tahu kerameannya, baca sendiri saja novelnya. Ga akan nyesel deh! Terus-terus... masih ada lagi nih yang bikin aku kebawa emosinya Milea saat itu. Adegannya itu saat Milea pergi dengan Kang Adi ke ITB. Padahal sebenarnya Milea sudah berjanji dengan Dilan tidak akan mau pergi sama Kang Adi karena Dilan cemburu. Tapi karena situasinya menyudutkan Milea untuk mengiyakan ajakan Kang Adi pergi ke ITB, akhirnya Milea pun harus ikut dengan Kang Adi dengan perasaan yang sangat-sangat tidak suka dan ingin cepat pulang. Saat itu, Milea sangat berharap Dilan tidak tahu kalau Milea pergi dengan Kang Adi. Milea tidak mau Dilan tahu kalau Milea sudah membohonginya. Nah, sesampainya Milea di rumah, si bibi bilang kalau tadi ada telepon dari Dilan.
Oh!
"Terus, apa katanya, Bi?"
"Nanyain Lia," jawab si Bibi. "Bibi bilang pergi sama Kang Adi."
 Aaahhh!!!
Tuhaaan!!!
Mendengar apa yang sudah dikatan Si Bibi ke Dilan, serta-merta membuat seluruh tubuhku jatuh lemas! 
Begitupun aku Milea. Dalam hati aku teriak.. Aaahhh Si Bibi kenapa dodol banget sih pake acara ngasih tahu Dilan kalau Milea pergi sama Kang Adi. Kenapa ga cuma bilang lagi pergi saja gitu dan bentar lagi kembali. Aaahhh!!!

Nasi sudah jadi bubur, Milea saat menetahui Si Bibi malah bilang begitu, tapi dia hanya terdiam dan tak menyalahkan Si Bibi loh. Kayanya kalau aku jadi Milea, aku langsung bete sama Si Bibi. Hahaha. Reaktif banget ya anaknya. (。>﹏<。) Salut lah aku sama sikapnya si Milea ini.

Untuk novel DILAN dia adalah Dilanku tahun 1990 ini aku kasih bintang empat deh dari lima! Terima kasih sudah menghiburku di waktu-waktuku menunggu sesuatu. Hihihi. Selanjutnya, aku mau baca novel keduanya nih. Jangan lupa baca juga ya ulasanku untuk novel keduanya. Hihi.

⭐⭐⭐⭐ (4/5)

2 comments:

  1. *spoiler* kelanjutannya konflik anhar sama dilan juga di buku berikutnya kak :D duh buku berikutnya bikin termehek2 pokoknya TT

    ih samaan, gemes ya sama bibinya wkwkw tapi milea juga sih belum kongkalingkong sama bibik :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaah nih aku lagi mulai baca buku keduanya...waaah bakal termehek2 nih ya hahaha aku orang yang gampang nangis juga pula..siap2 tissue nih hahaha

      iyaaa ih! si bibi kenapa ga sadaar sih kalo kang Adi tuh ga disukain Dilan! hahaha
      tapi iya sih si Mileanya kaga ngasih tau si bibi dulu sih ckck

      Delete

Powered by Blogger.