Hariku

July 03, 2018
11 Februari 1989

Dear Diary, hari ini adalah hari pernikahanku. Lokasi pemberkatan dan resepsi berada di kota laki-laki yang sekarang bisa kupanggil suami. Yah, kini aku akan tinggal di kota ini. Kota kecil yang jauh berbeda dari kota kelahiranku. Aku ini dilahirkan dan besar di ibukota. Tentu kehidupanku sekarang akan jauh berbeda dari kehidupanku di kota besar. Apalagi kini aku akan menjadi istri orang. Aku akan tunduk pada suamiku dan memulai kehidupan yang jauh berbeda.

Aaah rasanya waktu begitu cepat berlalu. Akan seperti apakah kehidupanku bersama keluarga kecilku? Jauh sebelum aku menerima lamaran dia, ibuku sudah mengingatkan aku untuk siap tinggal bersama dia dan calon ipar. Ya aku akan tinggal serumah dengan ipar-ipar. Mertuaku sudah tiada dan suamiku ini adalah anak laki-laki terakhir dari 10 bersaudara. Buat jaman sekarang tentu keturunan banyak adalah hal yang luar biasa. Tapi jaman dulu memang kebanyakan keluarga lebih suka punya banyak keturunan. "Banyak anak, banyak rejeki". Berkat pepatah itulah banyak orang tua jaman dulu senang punya banyak keturunan. Salah satu dari orang tua itu adalah mertuaku. Ayah dan ibu mertuaku melahirkan 10 anak. Suamiku ini anak kedelapan. Tentu saja umurnya terpaut jauh dari anak pertama. Jadi ketika aku menikah dengannya, dia sudah punya banyak keponakan yang umurnya bukan balita lagi. Bahkan bisa dibilang umurnya lebih tua daripada umurku.

Diary, pasti kamu bingung kenapa bisa begitu. Tentu bisa, karena jarak umur suamiku dari kakak sulungnya terpaut sangat jauh. Dan umur suamiku dan diriku pun berbeda jauh. Sebelas tahun perbedaannya. Dia jauuh jauuh lebih tua dariku. Tapi itulah daya tariknya. Menjalin hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih tua pasti akan sangat berbeda dengan yang sebaya. Dia tentu lebih dewasa dan mampan. Ya itulah mengapa aku mau menjadi istrinya. Sesederhana itu Diary.

Hmmm..Kalau kamu bertanya apakah aku masih memegang prinsip "banyak anak, banyak rejeki", jawabanku saat ini sih tidak. Tapi aku akan tetap bersyukur dan berterima kasih apabila ternyata Tuhan mempercayakan padaku banyak nyawa yang akan aku lahirkan. Ah sepertinya aku mimpi kejauhan. Habis menikah kan belum tentu bisa langsung punya anak. Apalagi aku masih belum menyelesaikan kuliahku. Jadi aku masih harus fokus pada kuliah agar aku bisa cepat lulus dan mendapatkan gelar sarjana.

No comments:

Powered by Blogger.