April 12

April 12, 2021

April 12 - Ga sangka sudah satu tahun berlalu sejak kepergian papa. Badannya yang bugar dan tegap, lambat laut perutnya membuncit dan merintih kesakitan. Mata yang sayu tanda mengantuk tak kunjung dapat membuatnya tertidur karena rasa sakit yang begitu hebat dirasanya. Hingga papa berakhir di ICU dalam keadaan setengah sadar. Belum lagi dideteksi ada gelembung di paru-paru yang menjadi indikasi terinfeksi virus Covid-19. Memaksa papa diinapkan dalam ICU isolasi. Meski harapan hidup yang terbilang sangat kecil, aku dan keluarga masih mengharapkan adanya mukjijat Tuhan yang terjadi. Ganasnya kanker pankreas memang bukan isapan jempol belaka. Meski hati rasanya ingin menyanggah data-data maupun berita tentang ganasnya kanker pankreas itu. Tapi aku bisa apa, cuma bisa mengharapkan mukjijat Tuhan dan tak berhenti berdoa. Namun rencana Tuhan lebih indah daripada rencana manusia. Kini satu tahun sudah papa berpulang ke rumah Bapa di surga. 😇

Aku masih ingat hari itu, sore hari aku menerima telepon dari RS agar aku sekeluarga datang ke rumah sakit. Dalam kondisi yang tegang dan harap-harap cemas, serta firasat ga enak, kami pun pergi ke rumah sakit. Benar saja, dokter jaga hari itu dengan suara lirih memberitahu kami bahwa papa sudah tiada jam 15.00 tadi. Suara tangis pun pecah di lorong ruang ICU rumah sakit.

Meski kami dapat keadaan sedih, kami tetap diminta untuk segera mengambil keputusan karena papa harus dimakamkan sesuai protokol Covid-19. Sayangnya saat itu hasil tes Covid tidak secepat sekarang didapatnya. Butuh 7 hari untuk memastikan apakah papa terinveksi Covid. Berhubung saat papa meninggal, hasil tes belum juga keluar. Pemerintah pun memaksa kami untuk memakamkan papa sesuai protokol Covid.

Hati rasanya ga siap merelakan papa pergi, tapi mau ga mau kami sekeluarga harus cepat memutuskan. Terlebih aku yang harus memutuskan karena kondisi mama dan adikku ga bisa untuk mengambil keputusan. Kalau dimakamkan, papa harus dimakamkan di TPU Tegal Alur atau bisa di tanah makam yang sudah disiapkan pribadi sebelumnya (sayangnya kami ga punya tanah makan yang sudah disiapkan).

Setelah telpon keluarga ke sana kemari untuk meminta pertimbangan selain mengabarkan kabar duka tersebut, akhirnya waktu memaksa kami memilih opsi dikremasikan. Papa pun dikremasikan sesuai prosedur dari pemerintah. Ga boleh dibawa ke rumah duka dulu. Bahkan orang yang hadir dalam acara kremasi pun hanya boleh 5 orang saja. Seakan-akan kami ga diberi waktu untuk berduka menerima kepergian papa. Tapi mau apa dikata. Yang lalu sudah berlalu. Padahal kami mendapat kabar dari RS bahwa hasil tes papa negatif Covid-19 beberapa hari setelah papa dikremasikan. Tapi ya mau ga mau kami harus menerima papa dikremasikan sesuai protokol Covid-19. Kami ga bisa melihat wajah papa untuk terakhir kali sebelum tutup peti karena jenazah papa harus dibungkus plastik kuning. Sungguh rasanya aku ga rela papa dibungkus plastik seperti itu. Waktu kremasi pun bahkan sudah ditentukan oleh pemerintah. Tapi sekali lagi, aku ga bisa ngapa-ngapain. Aku pun ga menyalahkan pemerintah karena memang harus mengikuti protokol kesehatan.

Sekali lagi, yang berlalu biarlah berlalu. Nasi sudah jadi bubur. Ga bisa juga kan diubah atau diulang kembali. Papa kini sudah bahagia di surga. Salam kangen untuk papa di surga. Love you Pa. 💖

18 comments:

  1. Ahhh Mba Frischa.. I know how you feel.
    Papa Mba kini sudah bahagia di Surga, udah nggk merasakan sakit lagi.
    Pasti sulit ya Mba. Disaat terakhir pun nggak bisa melakukan apa2 karena prosesi harus dilakukan sesuai prosedur pemerintah. Akupun mesti nggak akan kuat kalau seperti itu.
    Covid memang benar2 menyusahkan. Bapak Bayu yah gitu, harus dimakamkan di beda tempat. Padahal aku maunya Di Jawa sebelahan sama makam almarhum Ibu.
    Tapi sekali ya, What can we do ya Mba. Cuma bisa nerima dan legowo...
    .
    Semangat ya Mba. Selalu bawa dalam doa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bayu *virtual hug* 🤗
      Yes betul, hikmahnya ya papa uda ga kesakitan lagi.

      Iya rasanya gimana gitu, papa masuk peti dengan dibalut kantong plastik kuning. Hiks. Uda gitu harus cepet-cepet dikebumikan ato engga dibakar. Huft. Tapi ya itu tadi, ga bisa apa2. Cuma bisa nurut aturan pemerintah.

      Bayu juga pasti ga rela ya makam alm. Bapak ga bisa sebelahan sama makam alm. Ibu.

      Semangat juga buat Bayu ya!! :)

      Delete
  2. Sedih ya mbak kehilangan orang tua, lebih sedih lagi karena ternyata hasil tes keluar nya belakangan jadinya terpaksa memakamkan bapak dengan protokol covid 19 yang mana hanya boleh sedikit sekali yang hadir.

    Tetap semangat ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas Agus. Sayangnya saat itu hasil test ga bisa keluar cepet. Jadi mau ga mau harus makam pakai protokol covid huft

      Makasih ya mas Agus. 🥰

      Delete
  3. 😭😭😭

    Kehilangan dan kesedihan memang selalu ada di pihak yang ditinggalkan. Pasti tidak mudah melalui dan menerima ini. Tetap semangat ya Kak Frisca 🤗

    Semoga Papanya Kak Frisca bahagia di Surga 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya kak Pipit 🤗

      Amiin. 🥰🥰🥰

      Delete
  4. :')

    Mba, semoga alm papa bahagai di surga sana ya mba :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin. Makasih ya kak Efo 🙏🙏

      Delete
    2. Sama-samaaaaa, kak :')

      Semangat-semangattttt :))

      Delete
    3. eh efo.teo itu maksudnya foto ya
      manggilnya kak apa nih? hahaha
      😆

      Delete
    4. HAHAHAHAHA ngeh juga ya dirimu, mba wkwkww

      ef aja dong mba :D

      Delete
    5. Iya ngehhh hahah 😂 lucu uga namanya kak hehe

      Oke de kak ef
      Inisialnya sama niih
      Untung kalo urang sunda di blog jd bisa bilang F wkwk soalnya kalo diucapin entar jdi ep 😆

      Delete
  5. Mba Frisca, I feel you... Mamaku juga dimakamkan di Tegal alur. Tapi karena memang positif covid saat meninggal. Mama punya sakit jantung, dan gula sih, makanya ketika kena, lgs merembet kemana2.

    Sediih sih memang saat kehilangan orang yang disayang gini. Apalagi saat kita ga bisa ketemu di trakhir kalinya. Aku juga ga boleh DTG ke makam pas mama dimakamin. Padahl dulu mama pernah bilang, mau dimakamin 1 lubang Ama papa di sunan giri. Tapi ya mau bilang apa.

    Doa terbaik untuk papa mba Frisca yaa.. semoga diberikan tempat terbaik di sisi Nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Fanny! Aku turut berdukacita ya 🙏🙏🙏

      Betul kak, rasanya sedih ga bisa liat untuk terakhir kalinya. Bahkan buat peluk terakhir aja ga bisa. Cuma boleh difoto dari jauh. Itu juga uda mohon-mohon. Tapi karena suspect covid itu, jadinya ga boleh kontak fisik. huhu

      Eh tapi kok kak Fanny sebagai anak sndiri sampe ga boleh dateng kak? At least keluarga inti harusnya sih boleh untuk dateng ke pemakaman 😭

      Doa yang terbaik juga untuk mama kak Fanny. Semoga kak Fanny dan keluarga diberi ketabahan dan kekuatan ya :)

      Delete
  6. Turut berduka atas kepergian orang tuanya, mbak Friska.. 😢😢🙏

    ReplyDelete
  7. Bagi sesama yang telah ditinggal papa,
    saya turut berduka :')

    Jasadnya yang telah meninggalkan kita, namun kenangan dan petuahnya tetap hidup bersama kita selamanya.

    Doa untuk kita semuanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. turut berduka juga untuk grey :")

      amiiin...

      Delete

Powered by Blogger.