Pursuit of Happiness

August 02, 2019
Bukan-bukan. Aku bukan mau review film The Pursuit of Happyness yang diperankan oleh Will Smith. Aku kepikiran aja soal mengejar kebahagiaan saat ngelamun di angkot pagi tadi. Kalian tentu pernah mendengar "Bahagia itu Sederhana" bukan? Saat ngelamun itu aku mikir...Iya ya, sebenarnya orang dikatakan bahagia itu kalau kondisinya bagaimana si?? Punya banyak uang? Ah kayanya orang kaya juga kalau ditanya bahagia atau engga hidupnya, bisa jadi jawabannya engga. Punya gelar tinggi? Hmm tapi ada saja orang yang sedang mengejar gelar Phd malah gantung diri. Punya banyak follower di Instagram? Nyatanya follower itu bisa dibeli. Jadi yang ngikut pun belum tentu benar-benar orang alias bisa jadi bot. Lalu standar seseorang dikatakan bahagia itu apa?

Kalau kupikir-pikir, standar kebahagiaan seseorang itu ya berasal dari pemikirannya sendiri. Kadang kala kita tuh suka ikut-ikutan standar yang dibuat dunia saja. Padahal belum tentu juga kan kalau kita ga mencapai standar itu, hidup kita tidak bahagia. Contohnya, bagi keluarga yang berkekurangan, bisa makan cukup tiga kali sehari saja bagi mereka adalah sebuah kebahagiaan. Di saat bagi keluarga kaya, makan cukup tiga kali sehari merupakan hal yang biasa saja. Tapi ya itu, dasar manusia tidak pernah puas ye kan. Jadi hidupnya suka dibanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain. Padahal belum tentu juga si orang yang hidupnya kita bandingkan dengan hidup kita, merasa dirinya sudah bahagia dengan kehidupannya. #apasih

Halah Pik, lu ngomong kek uda tuwir dan kasih wejangan aja?! Maap-maap aje nih ya. Bukan maksud untuk menggurui atau gimana. Ini hanyalah pikiran kecilku saja. Orang yang ga puas dan ngiri dengan kehidupan "bahagia" orang lain kan banyak nih di dunia ini. Siapa lagi kalau bukan para netijen yang kerjaannya cuma bisa nyinyir alias memberikan aura negatif ke sekitar. Kenapa ga kita berikan aura positif saja ke sekitar kita agar dengan keberadaan kita, bisa memberikan berkat buat sekitar. Bukan malah bikin orang lain down atau merusak mental orang lain. Toh itu juga merupakan suatu kebahagiaan dengan membuat orang lain merasa terberkati dengan kehadiran kita kan. Ah lagi-lagi kebahagiaan itu asalnya kembali dari persepsi diri sendiri. Menilai apakah itu merupakan suatu kebahagiaan atau bukan. Jadi semuanya itu pilihan dari diri sendiri.

2 comments:

  1. Setuju, Pik. Happiness is all about mindset dan happiness juga menular. Kalau kita senyum ke orang biasanya orang bakal senyum balik, kan. Kadang happiness bisa sesimpel itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa betuull..semua datangnya juga dari pikiran sendiri...Kalo mengejar kebahagiaan menurut standar orang lain sih ga akan ada abisnya ya!

      Delete

Powered by Blogger.