Angkot Jak Lingko, Angkot Kece Jaman Now
Apa itu angkot Jak Lingko? Sebelum ke sana, mari simak dulu pengertian dari Jak Lingo sendiri. Jak Lingko adalah sistem integrasi transportasi publik di Jakarta yang juga merupakan transformasi dari program OK-Otrip (FAQ Jak Lingko, 2018). Jak Lingko itu berarti Jak: Jakarta dan Lingko yang memiliki arti jejaring atau integrasi yang diambil dari sistem persawahan tanah adat di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Lingko berbentuk seperti jaring laba-laba yang terintegrasi, sehingga nama tersebut dipilih karena mencerminkan makna jejaring atau integrasi seperti sistem transportasi yang akan dibangun di DKI Jakarta.
Pertama kali merasakan naik angkot Jak Lingko itu saat aku dari halte Pancoran Tugu mau ke daerah kantorku di Perdatam. Yang kutahu itu naik angkot 34 arah Stasiun Kalibata. Saat menaiki angkot, aku cukup terkesima dengan tampilan angkot yang baru. Lalu ada mesin tapping di dashboard mobil sebelah supir agar penumpang yang naik melakukan tapping kartu di situ. Saat itu aku cuma punya e-money berupa Flazz yang dikeluarkan BCA. Pak supir menanyakan apakah aku punya kartu Jak Lingko. Kujawab saja tidak dan bertanya apa bisa pakai kartu Flazz. Menurut info dari pak supir sih belum bisa. Jadi aku harus membeli kartu Jak Lingko tersendiri apabila ingin naik angkot Jak Lingko. Berhubung aku ga punya kartu Jak Lingko, pak supir minta bayar cash saja. Padahal harusnya tindakan ini tidak boleh dilakukan. Kenapa? Pak supir Jak Lingko itu tidak kejar setoran seperti supir-supir angkot biasanya. Melainkan mereka digaji sehingga angkot Jak Lingko itu tidak boleh ngetem dan harus selalu lalu lalang meski hanya mengangkut satu-dua penumpang. Waaah ini nih yang aku suka! Angkotnya ga ngetem!!! Habis angkot ngetem itu tuh sumber bikin macet dan bikin waste waktu di jalan.
Kali kedua naik angkot Jak Lingko adalah saat aku mau pergi ke Halte Slipi Petamburan dari daerah Binus. Aku naik Jak-14 Tanah Abang Meruya. Lagi-lagi aku masih belum punya kartu Jak Lingko dan aku tanya saja apa bisa pakai kartu Bank DKI. Menurut pak supir sih bisa. Tapi emang dasar ga jodoh, kartu bank DKI tersebut tertinggal di rumah. 😤😤😤 Jadi deh aku masih tetap memberikan uang tunai kepada pak supir yang seharusnya dilarang dilakukan.
Kali berikutnya naik angkot Jak Lingko adalah kemarin Senin. Jadi aku hendak pergi ke Pizza Hut di daerah Jalan Panjang. Saat itu aku dari Halte Slipi Petamburan. Biasanya sih aku naik angkot M11 ya. Tapi lagi beruntung nih. Jadi aku bisa naik angkot Jak-14 lagi. Saat naik, penumpang yang ada saat itu memperhatikan aku. Aku bingung kenapa aku "diliatin" gitu. Ternyata....perilaku para penumpang yang naik angkot Jak Lingko itu saat sudah duduk, mereka langsung mengeluarkan kartu Jak Lingko dan minta tolong pada penumpang yang dekat dengan mesin tapping untuk melakukan tapping ke mesin tersebut. Itu yang tidak kulakukan saat aku sudah naik. Mungkin itu sebabnya aku "diliatin" sama penumpang lain karena aku tidak menyerahkan kartu untuk membayar.
Saat itu aku cuma membawa kartu Bank DKI. Aku sebenarnya harap-harap cemas kartu Bank DKI tersebut tidak bisa digunakan. Padahal di dalam mobil sudah terpampang jelas kalau tidak boleh bayar tunai. Saat sudah dekat tempat tujuan, aku serahkan saja kartu Bank DKI tersebut untuk di-tap. Pak supir melakukan tapping pertama terus lampu berkedip hijau dan ada bunyi "pip". Kemudian pak supir melakukan tapping lagi dan lampu berkedip hijau dan berbunyi "pip piiiippp". Aku agak panik. Wah maksud bunyi itu apa ya. Apakah kartunya ga bisa dipakai?! Tapi pak supir ga ada komplain kalau kartu itu tidak berfungsi. Jadi kupikir aman dan aku turun tanpa bayar uang tunai.
Esoknya di Halte Slipi Petamburan aku cek saldo dari kartu Bank DKI itu. Saldonya tidak berkurang dong. Apa memang naik angkot Jak Lingko masih gratis seperti tanda stiker di badan mobilnya atau memang kartuku kemarin tidak terbaca. Setibanya di Halte Tebet, aku tanyakan saja pada petugas halte apakah kartu Bank DKI bisa dipakai di angkot Jak Lingko. Menurut mba petugas halte sih tidak bisa. Jadi aku beli saja kartu Jak Lingko supaya bisa naik angkot Jak Lingko.
Kartu Jak Lingko |
Kartu Jak Lingko ini bisa dibeli di Halte Busway. Harga kartunya Rp 30.000 dengan berisi saldo Rp 10.000. Kulakukan top up dana sebesar Rp 20.000 ternyata ada potongan biaya layanan Rp 1.500 jadi saldo di kartu Jak Lingko milikku sebesar Rp 28.500. Kartu ini akan kugunakan nanti saat pulang dari kantor.
Sorenya, aku tap di halte busway pakai kartu Jak Lingko kemudian setibanya di Petamburan, aku tungguin tuh angkot Jak-14 supaya bisa jajal kartu baruku ini. Kemudian aku cek saldo dari kartuku keesokan harinya saat hendak naik busway kembali di Halte Slipi. Harusnya nilai saldo di kartku Rp 25.000 karena dipotong biaya naik busway Rp 3.500 dan karena nyambung dengan angkot Jak Lingko dan masih under 3 jam, harusnya jadi dipotong Rp 5.000. Tapi saldoku ternyata masih Rp 25.000. Aku gatau ini karena angkotnya gratis atau gimana. Hahaha...
Sebenarnya aku sempat nanya ke akun twitter PT TransJakarta perihal apa bisa menggunakan kartu Bank DKI. Tapi hingga saat ini pertanyaanku tersebut tidak dijawab. Nanti coba trial lagi deh bisa atau engga. Kalau ga bisa ya kan ada kartu Jak Lingko ya. Hehehe.
UPDATE
Jadi aku sudah tes dan kata pak supir kartu Bank DKI itu bisa untuk nge-tap di angkot Jak Lingko. Terus kemarin saldonya ga kepotong ya memang karena angkotnya masih gratis. Info dari bu-ibu penumpang sih masih digratiskan hingga 2022. Tapi aku ga yakin, masa selama itu gratisnya. Huahahaha.
UPDATE
Jadi aku sudah tes dan kata pak supir kartu Bank DKI itu bisa untuk nge-tap di angkot Jak Lingko. Terus kemarin saldonya ga kepotong ya memang karena angkotnya masih gratis. Info dari bu-ibu penumpang sih masih digratiskan hingga 2022. Tapi aku ga yakin, masa selama itu gratisnya. Huahahaha.
Harapanku sih ke depannya semua angkot di Jakarta ini sudah jadi Jak Lingko. Soalnya ga pake ngetem dan biayanya juga murah!! Namun kan keterbatasan biaya ya. Jadi ga bisa semua angkot berubah jadi Jak Lingko.
No comments: