Book Review: More Than Words

June 20, 2017
Goodreads.com
Judul                       : More Than Words
Penulis                    : Stephanie Zen
Jumlah Halaman : 224
Tahun Terbit          : 2015
Penerbit                  : PT Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis:
Marvel Wongso punya segalanya. Muda, cerdas, anak orang kaya.
Rania Stella Handoyo kebalikan dari semua itu. Murid beasiswa, sederhana, berusaha bertahan hidup di Singapura dengan tiap lembar dolar yang dimilikinya.
Mereka menyimpan rasa untuk satu sama lain, namun tak berani mengungkapkannya. Ketika berhasil terucap pun, yang satu selalu menganggap yang lainnya tak bersungguh-sungguh.
Dikerjar keterbatasan waktu, mampukah Marvel dan Rania memaknai cinta itu lebih dari sekadar kata-kata?

Biar gw ga merasa bersalah, bakal spoiler nih sedikit! ≧ω≦
Gw emang suka sih sama novel-novelnya Stephanie Zen. Karena pasti selalu memberikan suatu nasihat buat gw. Untuk novelnya yang ini, mengajarkan gw untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam segala hal, apalagi dalam mengambil keputusan. Keputusan yang akan berdampak jangka panjang dalam hidup. Ya di novel ini, menggambarkan bagaimana Rania berserah dan berdoa apakah memang Marvel pantas untuk dijadikannya teman hidup. Lalu ada juga bagian di mana Rania merasa rendah diri terhadap Marvel yang anak orang kaya, sedangkan dia anak beasiswa yang harus berhemat demi bisa hidup di Singapura. Sejujurnya gw agak ga setuju si dengan cap anak beasiswa itu pasti miskin. Gw malah merasa kalau menjadi anak beasiswa itu membanggakan. Prestasi lo diakui gitu sama instansi pemberi beasiswa dan merasa miskin itu relatif. Miskin itu bukan cuma karena kekurangan materi aja menurut gw. Memang menurut orang-orang di dunia ini, miskin itu lo ga punya uang. Tapi miskin kan bisa juga miskin pengetahuan, sedang anak beasiswa itu tentu tidak miskin pengetahuan. Malahan punya pengetahuan luas dan bisa membuat sebuah instansi mempercayakan uangnya untuk menyekolahkan kita.
Trus ini beberapa kalimat yang cukup ngena buat gw.
"Cowok sangat rentan selingkuh. Ketika mereka punya pacar, mereka butuh fisik pacar mereka ada, bukan hanya hati...Keberadaan, bagi sebagian besar dari mereka, haruslah solid bukan abstrak."
Yak kalimat ini cukup menggelitik buat gw. Hahaha Secara cowo gw emang pernah bilang kalau dia itu ga bisa LDR. Mungkin penyebabnya kalimat di novel ini. Dia butuh fisik pacar mereka ada, bukan hanya hati. Emang si, Mr. Kibo ga pernah ngasih tau alasannya ga bisa LDR. Hahaha tapi perkiraan gw ya karena ini.

Trus quotes di novel ini juga bagus-bagus.
"Holding on is loving, but sometimes letting go is loving more. (@ihatequotes)"
Stephanie Zen selalu bisa menyisipkan quotes yang ngena banget sama konflik yang terjadi di novel. Quote lainnya yang gw suka...
 "love is a choice and it represents a commitment. To love is to commit. Dan jika kamu sudah menemukan seseorang yang dengannya kamu tahu bisa berkomitmen, bahwa perasaanmu terhadapnya melebihi ketertarikan fisik ataupun emosional, berdoalah untuknya. Bersungguh-sngguhlah terhadapnya. Yang paling penting, tunjukkan kesungguhanmu kepadanya."
Ya, ini ngena juga nih buat gw.  Untuk umur gw sekarang, tentulah pacaran bukan buat main-main.

Satu lagi...
"The worst regret we can have in life isn't about the wrong things we did, but for the right things we could have down but never did"
Ya kalimat itu juga mengingatkan gw akan firman Tuhan di Yakobus 4:17
"Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."

Dalam novel ini, Stephanie menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang Rania dan sudut pandang Marvel. Jadi lucu aja gitu melihat reaksi dari keduanya untuk suatu kejadian. Gw suka cara penulisan ini. Memang si, di novel One Last Chance juga ada sedikit sudut pandang Danny, tokoh cowok utama di sana. Tapi untuk More Than Words, Stephanie benar-benar membuat bab khusus sudut pandang Rania dan bab khusus sudut pandang Marvel. Berganti-ganti gitu antar bab.
Meski konflik yang dibangun di sini sebenarnya merupakan common issue di kehidupan kekristenan, tapi gw cukup suka untuk mengikuti ceritanya. Bagaimana Marvel berjuang untuk mendapatkan Rania dan bagaimana Rania meyakinkan diri bahwa Marvel-lah pemilik tulang rusuk itu. Overall, gw kasih rating 3,5 dari 5 untuk novel ini.

No comments:

Powered by Blogger.