100 Tahun ITB

July 03, 2020
100 Tahun ITB

100 tahun ITB. Oh sudah 100 tahun ya?? Sebagai salah satu pelajar yang pernah mengemban ilmu di kampus gajah itu, jujur saja aku ga tahu kalau sudah genap 100 tahun umurnya kampus ini. 😅😅😅 Namun semenjak feeds Instagram dan story di IG banyak berseliweran foto-foto teman kampusku mengenang kembali masa-masanya di kampus. Aku pun tersadar kalau hari ini telah genap ITB 100 tahun.

Kebanyakan mereka nge-post foto saat ayahnya atau ibunya lulus dari ITB, kemudian ketika mereka lulus, dan juga ketika adik atau kakak mereka lulus dari sini. Sebagai penanda kalau dalam keluarga mereka, ada "darah" ITB gitu.

Kalau aku sih tim yang adem ayem aja. Ga ikutan post tentang 100 tahun ITB di Instagram. Posnya di blog saja deh karena aku si anak blog ketimbang si anak Instagram. Hehehe.

ITB itu merupakan kampus yang penuh kenangan dan berkesan buatku. Rasa syukur yang sangat dalam kepada Tuhan karena aku bisa masuk kampus ini. Kenangan nangis karena dapet nilai jelek di saat temen-temen main nilainya jauuuh bagusnya. Begimana sengitnya dulu saat kuliah. Masa transisi dari yang anak rumahan jadi anak kos. Belum lagi menghadapi situasi sengit persaingan nilai. Padahal dulu saat sekolah, persaingan ga sebegininya ceu. Terus pengalaman lari-lari dari gedung GKU Barat ke Gedung TI lantai 4 demi dapat kursi di depan. Masi ingat aku muka-muka ngos-ngosan karena habis lari terus naik tangga untuk sampai di kelas. Edan kan ambisnya? Iya seambis itu anak-anaknya. 🤣🤣🤣 Eh tapi ga semua kok. Ada juga yang santuy ga lari-lari. Tapi aku kayanya masuk ke kelompok yang agak ambis dulu. Kubilang agak karena aku ga sebegitu getolnya belajar. Tapi termasuk ke jajaran yang suka duduk depan. #plak Eh tapi tapi aku juga kalau lagi males, duduknya agak belakang kok. #beladiri

Semasa di kampus, aku sudah dicekoki nilai-nilai luhur. Terutama saat ospek. Baik ospek gabungan saat TPB dulu maupun saat ospek jurusan. 
Bisa kontribusi apa untuk negara ini??
Bahkan di masa akhir ospek jurusanku pun angkatanku harus melakukan projek pengabdian diri secara nyata di masyarakat. Saat itu angkatanku membantu renovasi SD dan juga pengabdian ke desa.

Baca juga: Tingkat Dua di ITB - Ospek Jurusan TI

Selain itu, aku juga dicekoki kalau lulus nanti, harus jadi orang hebat. Ga boleh kalah sama pada pendahulu seperti pak presiden RI pertama, bapak gubernur, pak pejabat DPR, de el el de el el. Eh ternyata hasilnya, lulus dari kampus gajah ini, aku kerja sama perusahaan milik kakak seniorku. HAHAHA. Meski ga bisa kontribusi besar dan tampil di publik seperti bapak-bapak pejabat, at least perusahaan milik seniorku ini sungguh berkontribusi bagi negara ini. Karena perusahaan tempatku bekerja ini membantu remintansi Indonesia agar lebih baik dari yang sudah ada. Kalau penasaran, bisa kepo-kepo sendiri ke aku ya. Hehehe. 😅

Sudah ah bicara yang seriusnya. Kalau bicara yang ga seriusnya, berkat di kampus ini, aku ketemu sama si aa alias si suami. Hehehe. Dia itu satu fakultas denganku. Teman main saat masih di tingkat satu. Eh taunya kami berdua sama-sama masuk di jurusan yang sama. Berkat itu juga sih kami jadi semakin dekat hingga akhirnya bisa menikah di tahun 2019 lalu. Kalau mengingat-ingat kenangan kisah kasih dulu jadi geli sendiri. HAHAHA.

Tuhan memang punya rencana yang luar biasa. Sebetulnya si suami tuh bukan maunya masuk di FTI. Dia sebetulnya ingin masuk ke STEI karena minatnya dia dengan coding-coding gitu dah. Eh guru BP-nya salah nangkep karena dianggap mau masuk TI (Teknik Informatika) itu ya masuk ke FTI. Padahal itu salah besar saudara-saudara. FTI itu Fakultas Teknologi Industri dengan jurusannya ada Teknik Industri, Teknik Fisika, Teknik Kimia, dan Manajemen Rekaya Industri.

Berhubung suami sudah keterima di FTI, mau ga mau dia putar haluan ke TI alias Teknik Industri karena di TI juga ada pelajaran coding-coding dan dia paling ga suka dengan kimia-kimia dan fisika-fisikaan. Begitu juga denganku karena memang sejak awal aku ingin masuk Teknik Industri. Nah jadilah kami berdua masuk di jurusan yang sama.



Ah semoga saja nanti anak kami juga bisa bersekolah di kampus gajah ini. Kampus yang sangat nyaman untuk menuntut ilmu dengan lingkungan yang mendukung karena adem udaranya. FYI, Bandung itu salah satu kota yang sungguh nyaman untuk ditinggali.

Sudah ah, aku sudah harus segera pergi...Kuucapkan selamat atas 100 tahunnya ITB berdiri.
In Harmonia Progressio... Untuk Tuhan, Bangsa, dan Alamamater.

6 comments:

  1. wah jadi pasangan sama ITB, berharap anaknya kelak ITB juga ya, aminnnn.
    aku juga berharap anakku kelak bisa masuk, untuk meneruskan cita2 emaknya yang gak kesampaian hahaha salam kenal ya mbak ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mba Kartika
      Iyaa berharap nanti anakku bisa menuntut ilmu di situ juga 😆😆😆
      Amiiinnn mba amiiinn
      Masuk ITB ini jg sbnrnya cita-cita papaku
      Eh trrnyata aku yg kesampean kuliah di sini ehehe

      Delete
  2. Wah lebih tua ITB ya daripada Indonesia hehe

    Btw itu suaminya kakak satu jurusan dan satu angkatan yah? Jodoh mah gak kemana-mana, eh taunya temen sejurusan sendiri😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya dulu namanya bukan ITB btw, pake nama Belanda gitu daaah hehe

      iya awalnya satu fakultas terus jadi satu jurusan...dan yes satu angkatan juga. Hehehe

      Iya jodoh ga jauh2 ceu :)

      Thanks ya sudah mampir ^^

      Delete
  3. baru tau saya kak frisca lulusan ITB, keren ih aslinya. saya mah cuman singgah aja waktu masih kuliah karena ada kegiatan kampus yang bersinergi sama salah satu jurusan kuliah disana. cuman ngayal ajah bisa kesana, hahaha. tapi dulu citacita pengen jadi astronom lho, dan beneran daftar jurusan astronomi pas beres STM dulu, tapi gak lulus! hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ke jurusan mana dulu mba?

      woow. Jarang-jarang loh ada yang mao jadi astronom heheh. Dulu pas tingkat 1 aku dapet mata kuliah sistem semesta alam. Buset itu aku ga paham...ngawang-ngawang karena belajar bintang hahaha

      Delete

Powered by Blogger.