Pos ini masih dalam rangka ODOP alias One Day One Post yang digagaskan oleh Rahul. Tema ODOP kali ini datangnya dari si penggagas ODOP ini yang ngajak bernostalgia dengan jabarin Kronik Masa Sekolah.
Ceritain kronik di bangku sekolah, ini kayanya bakal panjang deh. Soalnya banyak banget kan peristiwa yang terjadi dari TK hingga SMA. Meski sudah berpuluh tahun yang lalu, aku masih bisa sedikit banyak mengingatnya. Aduh kan jadi ketauan aku sudah tua. Tidak, tidak. Aku masih muda kok. Belum dipanggil nenek. π
Oke saudara-saudari, mari aku antar kepada Furisukabo pada masa sekolah yak. Jangan bosan bacanya. π€ͺπ€ͺπ€ͺ
Sebelum aku masuk TK, aku dileskan oleh orangtuaku di tempat les khusus balita yang cukup populer di lingkunganku. Oang-orang menyebutnya les Bu Lucy (bener ga ya nulis Lucy-nya begini, soalnya bisa Lusi/Lusy/Luci juga kan). Samar-samar aku masih ingat wajah guru pertamaku ini. Seorang ibu guru yang sabar yang mengajarkanku cara menulis. Rambutnya panjang dan suka diikat. Seingatku, aku les selama satu tahun dan tahun berikutnya aku resmi masuk TK.
Papaku cerita kalau dulu aku tuh pertama kali didaftarkan di TK Maitrea (yang super dekat sama rumah). Tapi kata papa, mereka belagu ga mau terima aku dan menyuruh daftar ke TK Y (sebut saja demikian, aku ingin merahasiakannya π€£). Akhirnya aku pun jadi masuk ke TK Y dan langsung masuk TK besar karena sebelumnya kan aku sudah les di Bu Lucy. FYI, TK Maitrea sekarang sudah ga ada. Kini lokasinya jadi pertokoan gitu, sedangkan TK Y hingga kini masi eksis.
Di TK Y ini aku masuk di kelas B. Aku masih ingat seragamnya berupa terusan berwarna merah hati. Rambutku saat itu cepak. Iya cepak. Ga ada manis-manisnya. Saat anak-anak cewe lainnya pakai jepit rambut berhiaskan kupu-kupu yang bisa goyang. Aku polos saja dengan rambut cepakku. Jepit kupu-kupu ini cukup populer loh di kalangan anak-anak cewe. Sungguh lucu karena seolah-olah ada kupu-kupu yang terbang (goyang-goyang) di atas kepala. Aku cuma bisa mengaguminya saja karena saat aku punya jepit itu, jepit itu sudah tak populer lagi dan aku tak pantas juga pakainya. π€£ Oia, alasanku berambut cepak bukan karena keinginanku juga sih. Tapi karena mamaku bilang lebih gampang urus anak dengan rambut pendek. Kalau panjang, ribet ceu keramasinnya. Maklum aku dan adikku itu selisih satu tahun. Aku kebayang sih ribetnya mamaku ngurusin kami berdua. Satu aja sudah pusing ye kan. Ini dua bocil yang musti diurus dan dijaga.
Kalau orang-orang liat foto TK-ku, pasti ga ada yang bisa nunjuk mukaku dengan benar. Karena selain karena aku berdiri di barisan para anak cowo, rambutku sudah mirip sama mereka. Jadi ga ada yang mengira kalau itu aku, si anak tomboy. Di masa TK ini, aku paling senang saat pelajaran main lilin. Soalnya bisa berkreasi jadi segala macam bentuk. Terus tentu saja saat istirahat karena aku suka main gelantungan Mongkey Bar. πππ
Lanjut ke SD, aku masuk ke SD Y. Iya namanya SD Y karena memang sama namanya dengan TK-ku sebelumnya. Lokasinya pun bersebelahan dengan TK Y. SD Y ini terbagi menjadi dua kelas untuk setiap tingkatnya. Aku selalu masuk ke kelas B selama enam tahun bersekolah di sini. Aku masih ingat di kelas 1 SD aku sekelas dengan anak yang dipanggil butet. Dia anak yang tempramen dan rambutnya entah mengapa seperti tidak disisir. Berantakan. Padahal rambutnya cukup panjang, sedada. Sedangkan aku, masih sama seperti TK, cepak. π§π» Butet suka diejek deh sama teman-teman yang lain. Mungkin karena rambut berantakan dan suka marah-marahnya itu. Jadi kalau dia marah, anak yang ngejek tuh jadi makin senang. Sungguh terlalu. Masih kecil sudah tukang ejek. Ckckck.
Ah tapi aku bukan anak yang sebaik itu juga kok. Aku pernah kasih jawaban ngaco ke anak cowo gemuk yang duduk di depanku. Seingatku namanya Agus, tenang ini bukan Mas Agus Warteg yang suka bikin cerpen π. Badannya Agus ini besar tapi suaranya lucu. FYI, Agus ini badannya paling besar!! Kalau dewasa, bisa jadi pesumo kali ya. Bayangkanlah perawakan sumo tapi ini masih anak kelas 1 SD. Ya seperti itulah Agus. Nah saat itu sedang latihan apa sedang tes ya. Intinya kami diminta guru untuk kerjain soal terus dikumpulkan. Aku tau jawabannya terus si Agus ini ga tau dan nanya aku. Aku kasih tau saja jawaban yang salah dengan ketawa-tawa. Jahat ya. π
Kelas dua SD, aku pernah lomba tahan makan pedas sama teman mainku si G. Jadi di kantin itu ada yang jual nasi goreng dibalut telur. Ini enak banget. Hingga SMA aku masih suka beli ini. Nah nasi goreng ini tuh ada yang pedas ada yang engga. Terus aku ditantang si G yang emang bisa makan pedas (anak kelas dua uda bisa makan pedas ceu) untuk makan nasi goreng telur pedas itu terus ga minum. Kami berdua pun melakukannya. Ga berapa lama, aku diare guys. Si G asik menertawakanku karena aku mencret π€£ terus langsung nyuruh aku minum pertanda aku kalah dari dia. π
π
π
SD-ku sebelum renovasi ini suka kebanjiran. Tenang bukan kelas-kelasnya tapi aksesnya saja. Akses ke SD-ku ini bisa dua jalur. Jalan depan dan jalan belakang pasar. Aku biasanya sih lewat jalan belakang pasar karena itu paling dekat dari rumah. Sebelum direnovasi, di kala hujan lebat biasanya suka ada genangan semata kaki di akses masuk sekolah. Kalau pagi hari hujan, sepatu kami pada basah kecuali ada orang tua yang bantu gendong kami supaya sepatu ga basah. Jadi pernah tuh di dalam kelas banyak anak yang jemur kaos kaki karena sepatu dan kaos kaki kebasahan. Aku termasuk anak yang jemur kaos kaki karena aku kan pergi sekolah sendiri, ga ditemani orang tua. Sungguh lucu. Pernah juga saat aku pulang sekolah, banjir sudah sedengkul! Ya ampun. Tapi sekarang sudah direnovasi. Uda ga pernah kebanjiran lagi deh area halaman sekolah maupun akses ke sekolahnya.
Di kelas tiga SD, aku kenal dengan anak cowo dari Madura (kayanya Madura deh) dengan nama Charkeu ah atau siapalah, namanya sulit ditulis olehku. Dia duduk di sebelahku. Anak baru ini sungguh lucu. Kegemarannya adalah makan pisang. Tapi diemut, jadi kalau makan pisang bisa satu jam. Sungguh lama. Aku ketawa saat dia cerita akan kegemarannya tersebut. Sayang si Charkeu ini kelas empat sudah pindah lagi. Jadi aku cuma kenal sebentar saja. Aku masih ingat wajah bulatnya dengan tahi lalat di dekat bibirnya. Sekarang dia sudah di mana ya?
Oia, menginjak kelas tiga SD ini, aku minta mamaku agar rambutku ga dipotong pendek lagi. Ceritanya aku iri sama teman-teman ceweku yang rambutnya ga ada yang sependek diriku. Jadi aku menolak keras saat mama mau menggunting rambutku. Sejak kelas tiga SD ini, rambutku dibiarkan panjang. Seingatku rambutku bergaya bob saat itu. π©π¦±
Kalau jaman sekarang anak SD sudah pacaran, pada jamanku juga sudah pada cinta monyet. π
Teman mainku, sebut saja si A. Dia ini bisa dibilang akil baliknya cepat. Dia pernah marah-marah ke cowonya saat itu dengan mengancam akan buang kalung pemberian si cowo dan putus dengannya. Drama ya. Hahah. Kalau diingat-ingat jadi lucu sendiri. Padahal saat itu baru kelas empat SD.
Nah karena aku tergolong yang "lambat" suka sama cowo. Jadi teman-temanku suka ngucilin aku dengan berkata "ah lu mah masih kecil" Padahal, heloooww kalian juga seumur denganku! Sama-sama masih kecil. HAHAHA. Tapi mereka bukan bully aku kok, tapi lebih ke arah kalau lagi bahas cowo, aku suka ga dilibatkan. π Terutama saat lagi berada di spot khusus liatin anak-anak SMA.
Kalian ga salah baca, beneran liatin anak SMA. Jadi SD-ku ini satu komplek dengan SMA. Saat anak-anak SMA jam pelajaran olahraga, kami yang masih kelas enam SD ini bisa berdiri di tangga merah. Ya sebutannya tangga merah karena pegangan tangganya warna merah. Terus kelas enam SD berada di lantai tiga, jadi ada satu spot di belokan tangga merah yang jadi spot liatin anak-anak SMA. Di situ teman-temanku membicarakan para kakak-kakak cowo SMA yang lagi main bola. Mereka sungguh bangga kalau kenal sama kakak SMA itu, apalagi kalau bisa jadian dengannya. π³
Kelas lima SD, sekolahku mengalami renovasi. Jadi diberlakukan shift kelas gitu. Aku kebagian jadi shift siang. Enak juga sih karena aku jadi bisa bangun siang. Terus tiap pulang sekolah, aku langsung bikin mi instan (you know lah namanya) di rumah sore-sore. Sungguh momen yang nikmat. Nah karena renovasi ini, mainan-mainan di TK tuh jadi ada di halaman SD. Aku senang memainkannya. Bisa main Monkey Bar lagi. Hehe. Eh pernah satu kali, teman cowoku, sebut saja si H, jatuh saat main Monkey Bar. Dagunya ngocor darah!! Sungguh peristiwa yang cukup mengerikan kalau diingat-ingat.
Saat SD ini, aku punya teman sekelas yang mengidap penyakit jantung. Oleh wali kelas kami, anak ini di-treatment spesial. Ga boleh dimarahin. Takut kena serangan jantung kan. Eh pernah pas lagi nunggu giliran ujian praktek (kelas enam), wali kelas sebelah, sebut saja Pak R gebrak pintu kelas kami dan ngomong dengan suara kencang. Pak R marah karena penggaris kayu kelas patah. Sontak sekelas kaget dong. Yang awalnya ribut karena asik ngobrol dengan teman atau sedang ngapalin materi buat tes praktek, jadi hening seketika. Untung saja teman yang mengidap penyakit jantung tidak kena serangan jantung. π±π±π± Oia, pak R ini terkenal sebagai guru killer. Pernah anak-anak cowo yang bandel dihukum di depan kelas dan dijewer satu-satu. Eh atau dihukum dengan dipukul tangannya pakai penggaris kayu ya. Aku sudah lupa.
Menginjak SMP, aku masih masuk ke SMP Y. Iya kamu ga salah baca lagi. Ini masih satu nama dengan TK dan SD-ku. Sekolahku ga jauh-jauh ya tetap saja ke Y lagi Y lagi. π€£ Masing-masing tingkatan di SMP Y ini terdiri dari tiga kelas (A, B, C). Kelas 7 aku masuk di kelas B, lalu kelas 8B, dan kelas 9C. Teman mainku di masa SMP ini hampir berubah total. Soalnya teman baikku, si G dan si J pindah ke SMP lain semua. Cuma si Ren yang masuk ke SMP Y bareng aku. Jadi di SMP Y ini, aku nambah pertemanan sama anak dari SD Y yang sebelumnya cuma kenal, tapi di SMP jadi temen main. Bahkan salah duanya ini sudah satu TK denganku. Cuma pas di SD, mereka di kelas A, aku di kelas B. Makanya cuma kenal, tapi ga main bareng. Eh tapi aku dengan salah satu dari mereka pernah satu tempat les juga. Jadi kenal juga di situ. Dan siapa sangka aku dan mereka temenan hingga kini.
Teman SMP-ku ini ga cuma yang dari satu SD saja kok. Ada juga dari SD lain. Tapi kebanyakan memang yang dari satu SD gitu sih. Teman mainku itu ada Lis, Ka, Ren, Nda, Mpe, dan Ri. Tujuh sekawan. Meski selama tiga tahun ini kelas kami beda-beda, tapi tiap jam makan siang kami selalu duduk barengan. Makan siang bersama ceritanya. Tapi kadang-kadang ga bareng juga sih. Apalagi saat si Ren dan si Nda lagi berantem. Si Ren biasanya memilih untuk istirahat di kelas. Jadi di kantin kami berenam deh. Entah mengapa dulu itu si Ren dan si Nda ini sering banget berantem. Aku lupa alasan berantemnya kenapa.
Di SMP kelas dua, aku masuk ke OSIS. Ini masa-masa aku mengenal chatting bernama Mig33. Lewat ini juga aku kenal sama De dan anak-anak lain yang bersekolah di SR. Kelas dua SMP ini juga aku berganti HP jadi Nokia 7610 yang berbentuk daun itu. Apakah kalian tau? Akhirnya aku bisa punya HP sendiri, setelah sebelumnya HP itu dipakai berdua. Gara-gara asik chatting ini, aku pernah baru tidur jam 3 pagi! Ini pas lagi masa liburan sekolah sih memang. Astaga diri ini kerajingan chatting. π
Terus aku dan teman-teman juga suka ikut latihan paduan suara karena ditunjuk guru agamaku. Paduan suara ini buat misa gereja yang setiap awal bulan diadakan. FYI, sekolahku ini berlatar agama Katolik jadi tiap awal bulan selalu diadakan misa di GKR (Gereja Kristus Raja) yang berada di tengah-tengah persawahan. Asri ya. Kalau orang-orang nikmat makan di tepi sawah, aku bergereja yang samping-sampingnya sawah. Jadi udara pagi hari cukup sejuk di sana.
Aku senang bisa ikutan tim paduan suara. Ini sebenarnya bukan karena suaraku bagus juga sih. Tapi karena nilai sikapku kali ya yang baik. Jadi ditunjuk ikutan paduan suara bersama anak-anak Katolik lainnya. Yang ikut jadi tim paduan suara itu biasanya yang beragama Katolik, nah aku kan bukan ya. Tapi ditunjuk juga buat nambah anggota paduan suara. Teman-temanku yang bukan beragam Katolik juga ditunjuk paduan suara juga. Tiap latihan paduan suara yang biasanya di akhir jam pelajaran, kami disuruh pergi ke ruang perpustakaan. Aku sih senang-senang saja karena bisa skip pelajaran. HAHAHA.
Selain paduan suara, aku ikut pasukan pengibar bendera. Nah ini bukan karena sikapku baik. Tapi karena aku anggota OSIS. Jadi seluruh anggota OSIS itu wajib hukumnya jadi pasukan pengibar bendera. Karena upacara bendera cukup sering juga ya dilakukan, kami juga harus latihan dong biar kompak. Latihannya biasanya di akhir pelajaran gitu. Siang bolong ceu. Jadi jemur-jemur terik matahari gitu saat latihan. Biasanya kami dilatih oleh kakak kelas saat itu. Jadi biasanya ketua OSIS yang jadi pemimpin pasukan dan latih kami adek-adek kelas baris-berbaris.
Saat kelas tiga, yang mimpin pasukan si Ren. Pernah tuh suatu hari kami kedatangan pelatih dengan background tentara. Pertama-tama si pak pelatih ini mau lihat cara kami mengibarkan bendera. Kami ditertawakan karena komando yang diucapkan sungguh panjang. Lalu pak pelatih ini membenarkan komando yang selama bertahun-tahun kami lakukan seperti itu. π
Seingatku si Ren kesal dengan pak pelatih karena sikapnya yang mengejek cara Ren memberikan komando yang panjang. Komandonya apa ya, aku lupa. Kalau ga salah "Pasukan, buka formasi, jalan di tempat, jalan!" Akhirnya komando apa ya yang dipakai. Mungkin si Ren masih ingat akan hal ini.
Oia, saat 17 Agustus, tentu saja sekolah memperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Biasanya tim paskibra ini pakai seragam hari Senin saja. Tapi khusus untuk upacara hari Kemerdekaan, kami diminta untuk pakai seragam putih. Eh ini pas jamanku apa jaman adekku yang jadi tim Paskib ya. Hmm. Lupa-lupa ingat. Yang kuingat, karena sedang Kemerdekaan itu, kami tim Paskib diwajibkan tidak bergerak sama sekali selama upacara berlangsung. Jadi kalau kaki dilalerin atau gatel gitu harus ditahan. Jujur aja aku kesulitan banget tuh harus diam mematung saat itu. Ada kali ya sejam saat dengerin pidato upacara itu loh. Kan biasanya aku masih bisa gerak-gerak dikit. Tapi kali itu aku harus tahan jadi patung. Sulit loh guys! Tapi untung saja ga kejemur matahari. Jadi masih lebih nyaman lah. Buat tim paskib ini dapet area istimewa yang teduh. Kalau ga jadi tim paskib, sudah pasti berpanas-panas ria di halaman sekolah π€£
Di tingkat akhir masa SMP, sekolahku mengadakan acara Open House gitu. Nah wali kelas kami, bu Fit mengajak kami untuk buka stand di bazaar sekolah. Bu Fit mengusulkan untuk buka stand meramal dengan bu Fit yang jadi tukang ramalnya. Kami mengiyakan dan semangat tuh menghias-hias stand kami dengan kain hitam. Saat hari bazaar bu Fit ini berdandan ala Gypsy gitu. Benar-benar seperti peramal. Bahkan si Ren cerita kalau bu Fit ini sampai puasa dan makan kembang gitu supaya bisa dapat wangsit! Totalitas yak wali kelasku. Terus bu Fit pun meminta dipanggil sebagai Madame 9C (Baca: nine si). Wah stand kelas kami ini sungguh ramai guys! Tiket ramal kami laku keras! Yang antri panjang. Tentunya aku ikutan beli tiketnya dan mau diramal. Madame 9C meramalkan jodohku adalah seorang yang kurus, tinggi, dan berkacamata. Setelah diingat lagi, ramal Madame 9C akurat guys! WOW. π²
Aduh kan, panjang banget ceritanya. Padahal masih banyak segudang peristiwa yang belum kuceritakan dari TK hingga SMP. Tapi kalau diceritain semua, bisa jadi buku kali ya. Hehehe.
Terakhir nih. Di masa SMA, setelah bergalau ria mau masuk sekolah mana. Akhirnya aku kembali bersekolah di Y. Hmm untung saja Y ini tidak buka universitas, bisa-bisa dari TK sampai Universitas aku sekolah di sini kali. HAHAHA. Awalnya aku tuh mau sekolah ke Jakarta, di SMA tempat mamaku dulu bersekolah. Tapi sepertinya mama ga percaya aku untuk bisa ngekos dan hidup mandiri di Jakarta. Jadinya tetap deh aku disekolahkan di Karawang. Terus jadi mengerucut tuh pilihannya. Entah di SMANSA alias SMAN 1 atau tetap di Y. Eh tapi pihak sekolah kasih aku keringanan uang bangunan (yang jutaan itu) karena aku berprestasi saat SMP. Jadilah aku dimasukkan kembali ke SMA Y.
Teman SMP-ku ada yang tetap bersekolah di SMA Y, ada juga yang pindah ke luar kota. Mpe ke Sukabumi seingatku. Nda ke Bandung. Sisa aku, Ren, Lis, Sis, dan Ri yang ke SMA Y. Di kelas 10, terbagi jadi tiga kelas. Kelas 10A, 10B, dan 10C. Aku masuk di 10C bersama Lis. Sis dan Ri di 10A. Ren sendiri di 10B. Di 10C ini, aku kenal dengan teman baru, yaitu Na dan De. De sih emang sudah kenal via Mig33. Na ini kenalnya gimana ya. Tapi aku dekat dengan Na karena satu meja. Lis dan De semeja. Saat kelas 10, kami selalu ngobrol berempat.
Menginjak kelas 11, mulai penjurusan IPA dan IPS tuh. Kelas IPA cuma ada 1 kelas dan IPS 2 kelas. Tentunya sebelum penjurusan ini, diadakan psikotest gitu. Hasil psikotestku menunjukkan aku cocok masuk di IPS. Mama juga bilang, masuk IPS gapapa soalnya IPA itu sulit. Saat pembagian rapot dan penentuan jurusan ini, aku sudah memantapkan hati untuk masuk ke IPS. Tapi siapa sangka wali kelasku saat itu, bu Vero, dengan senyum manisnya bilang,"Kamu masuk IPA ya." dan tulisan IPS dicoret. Aku terdiam membisu karena tau-tau sudah dimasukkan ke IPA. Pas aku komplain bermaksud masuk ke IPS karena psikotest-ku yang menunjukkan aku cocok IPS, bu Vero menyanggah. Bu Vero bilang ga apa kalau mampu di IPA, masuk IPA saja. Aku dipersuasi untuk tetap masuk IPA. Akhirnya aku mengiyakan. Di kelas IPA ini, aku bareng De, Ren, Sis, dan Lis. Ini awal mula terbentuknya Kembar Lima. π₯°π₯°π₯°
|
Sumber: Gambar De |
Saat kelas XI ini, kami diberi project oleh guru Bahasa Inggris kami, Mam Ida, untuk ikut lomba drama Bahasa Inggris di SMANSA. Drama ini juga menentukan nilai praktik kami. Dengan semangat, kami ngerjain project ini. Setiap pulang sekolah kami latihan. Ada juga yang desain latar belakang drama. Menurutku project ini membuat kami jadi kompak sekelas. Lalu perjuangan kami membuahkan hasil karena kami juara II!!! π₯³π₯³π₯³
Sebelum akhirnya menempuh ujian kelulusan, anak-anak kelas XII pasti disuruh pergi live in. Kami pergi ke daerah Yogyakarta situ dan tinggal di rumah pamong masing-masing. Perjalanan ke Yogya ini naik kereta kemudian dilanjut dengan bus. Aku bareng Lis satu pamong. Selama seminggu kami belajar untuk tinggal dan bantuin orang tua pamong kami. Pamongku punya sawah, jadi aku dan Lis ikut ke sawah. Nyambit ranting-ranting pohon gitu. Masuk ke sawah. Jemur beras juga masak.
Kehidupan di desa ini sungguh santai. Pagi hari ke sawah, siang sudah pulang dan istirahat. Pamongku ga meminta kami bekerja yang berat-berat. Malah nyuruh kami pergi main. "Ga kesel?", tanya bu Pamong. Aku bingung dong. Ha? Kok kesel sih. Wong baru dateng, aku kesel kenapa. Bingung aku ditanya begitu oleh bu Pamong. Kukira karena wajahku yang jutek kali ya jadi bu Pamong mikirnya aku kesal kali ya. Usut punya usut, ternyata kesel ini artinya main. π
Selesai Live In, sebelum kembali ke kota asal, kami diajak jalan-jalan ke Ketep Pass. Di sini udaranya sejuk karena memang berada di dataran tinggi. Sempat berfoto-foto dan ada juga yang makan jagung bakar. Setelah itu, kami lanjut jalan-jalan ke Candi Borobudur. Puanas tenan!! Tapi kami menikmati jalan-jalan ini.
Ah kan jadi panjang banget tulisan ini!!! Banyak banget cerita sekolah yang masih kuingat tapi kalau kutulis semua, kapan kelarnya. Ntar jadi satu buku sendiri hehehe. Sambil nulis ini, aku jadi nostalgia juga sama Kembar Lima di grup WA semalam bahkan sampai tengah malam. Mengingat-ingat masa-masa sekolah dulu dan betapa alay-nya kami jaman sekolah. Hihihi. Bikin senyam-senyum sendiri mengingatnya.
Kalau kalian, peristiwa apa yang paling membekas di jaman sekolah?