Resep Perkedel Kentang

Resep Perkedel Kentang

Stay at home tak terasa sudah lebih dari satu bulan ya. Aku mulai merasakan kerja dari rumah itu sejak pertengahan Maret 2020. Berarti sudah dua bulan lebih aku stay at home. Meski sebenarnya ga sepenuhnya di rumah aja sih. Buat yang ngikutin blogku pasti tahu deh alasannya. Ceileh kaya ada yang rutin baca posku saja ya 🤣🤣

Sejak aku kerja dari rumah, tentu saja waktu di rumah jadi lebih banyak. Kegiatan masak memasak pun jadi bisa kulakukan. Karena sebelumnya kalau kerja dari kantor, aku baru sampai rumah sekitar pukul 19.00. Ditambah waktu masak memasak, barulah jam delapan atau setengah sembilan malam baru kumulai makan malam. Perut keroncongan toh?! Ah alasan saja kamu. Padahal emang mau masak saja!

Resep perkedel kentang ini bukanlah resep milikku. Tapi ciptaan adikku dan mamaku. Berikut resepnya ya saudara-saudara!!!


Bahan-Bahan

4 buah kentang
2 butir bawang merah, iris halus
1 sachet kornet sapi (sesuai selera)
1 sdm garam
1 sdm gula
1 sdt pala bubuk (atau secukupnya)
1 sdt lada (atau secukupnya)
1 butir telur (kocok)
minyak secukupnya

Alat

1 buah talenan
1 buah pisau
1 buah spatula untuk menggoreng
1 buah wajan
1 buah piring
1 buah mangkok untuk menumbuk
1 buah tumbukan (coet?)
1 lembar tissue dapur

Cara Membuat

  1. Cuci bersih kentang dan kupas.
  2. Potong kentang, boleh potong dadu atau potong tipis. Yang penting dipotong saja. HAHAHA.
  3. Goreng potongan kentang hingga kuning keemasan. Api sedang saja.
  4. Angkat kentang yang sudah digoreng dan masukkan ke dalam mangkok.
  5. Tumbuk kentang hingga halus.
  6. Masukkan kornet sapi, irisan bawang merah, garam, gula, lada, dan bubuk pala. Aduk hingga merata.
  7. Pilin adonan kentang menjadi bulat pipih.
  8. Masukkan ke dalam kocokan telur.
  9. Goreng perkedel kentang. Api sedang.
  10. Perkedel kentang siap disantap.
Mudah bukan resep perkedel kentang tersebut? Yang paling cape membuat ini adalah tahap saat menumbuk kentang. Pernah suatu waktu saat aku selesai membuat perkedel kentang, tangan kananku jadi sakit. Sakitnya bahkan hingga 3 hari. Lebay banget kan?! Sejak sakit itu aku sudah tidak pernah buat perkedel kentang lagi. HAHAHAHA.

Terakhir, selamat menikmati perkedel kentang di rumah. Stay healthy stay safe and stay at home!

PS
Jangan salahin kalau jadi tambah ndut karena kebanyakan makan perkedel. Hehe Tapi tenang, bisa ikutin tips diet ala mba Eka karena mba Eka bisa turunin berat badan 5 kg dalam waktu 3 bulan saja loh!!

Series Review: Reply 1988 - Eungdabhara 1988 (2015)

Reply 1988 - Eungdabhara 1988, drama Korea satu ini sukses membuat aku nangis, tertawa terbahak-bahak, terharu, dan lain sebagainya. Cerita kehidupan bertetangga orang Korea jaman 1988 cukup seru untuk aku ikutin. Nonton ini juga karena direkomendasikan Aul, sohib yang suka nonto drakor. Bahkan series ini pun aku dapatin file-nya dari doi. Hehe....Makasih ya Ul buat rekomendasinya ^^

Reply 1988 - Eungdabhara 1988

 

Sutradara

:

Shin Won Ho

Penulis

:

Lee Woo Jung

TV

:

tvN

Jenis Film

:

Drama

Total Episode

:

20 episode

Tanggal Rilis

:

6 November 2015 – 16 Januari 2016


Cast Reply 1988

Sumber: asianwiki

Sinopsis Reply 1988

Di tahun 1988, Duk Sun (Hyeri), Jung Hwan (Ryoo Joon Yeol), Sun Woo (Ko Gyung Pyo), dan Dong Ryong (Lee Dong Hwi) adalah murid SMA, sedangkan Taek (Park Bo Gum) adalah pemain baduk. Kelima orang ini sudah berteman sejak kecil. Mereka tumbuh besar bersama dan hidup bertetangga. Keluarga mereka juga sangat dekat satu dengan yang lainnya. Mereka selalu berkumpul bersama di kamar Taek dan menghabiskan waktu bersama.

Keluarga Duk Sun adalah keluarga miskin dan tinggal di rumah semi-basement. Ayah Duk Sun, Sung Dong Il, kehilangan uang karena menjamin utang orang lain. Meskipun begitu, Duk Sun memiliki karakter yang ceria dan senang menyanyi juga menari. Duk Sun selalu bertengkar dengan kakak perempuannya, Bo Ra (Ryoo Hye Young).

Keluarga Jung Hwan adalah keluarga kaya dan Jung Hwan sangat senang bermain bola.

Sun Woo adalah murid teladan di sekolah, juga merupakan anak laki-laki dan kakak yang baik di rumah. Ibu Sun Woo telah membesarkan Sun Woo dan adiknya seorang diri setelah ayahnya meninggal.

Dong Ryong senang menari dan bermain dengan keempat temannya. Dia menyerah untuk pergi kuliah karena nilai akademiknya yang buruk.

Taek adalah pemain baduk terkenal bahkan dikenal sebagai God. Sejak dia keluar dari sekolah, Duk Sun, Jung Hwan, Sun Woo, dan Dong Ryong adalah teman-teman Taek satu-satunya.

Baca juga: Series Review Fall for Innocent (2015)


Review Reply 1988

Ceritanya ringan. Cocok untuk ditonton oleh keluarga bahkan bersama anak-anak. Cerita yang disuguhkan pun tentang kekeluargaan dan pertemanan di satu komplek. Ada juga sedikit cerita cinta antar teman. Kisah kehidupan suami istri, kehidupan seorang janda, serta kehidupan seorang duda. Paket LENGKAP dah. Ya kisah-kisah ringan yang bisa kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sukakkkk sama ceritanya.

Memang sih sedikit lambat alurnya di awal. Apalagi buat yang baru pertama nonton pasti awalnya bingung dan lupa dengan nama-nama tokohnya. Aku aja sampai pause filmnya gitu biar bisa ngenalin satu-satu karakternya. HAHA. Tapi lama-lama juga hafal kok. Apalagi si ganteng Taek. Ah, momen kemunculannya slalu aku nantikan. Tapi aku sempet patah hati pas lihat adegan Taek merokok untuk melepas stress. Ugh! Kenapa kamu harus merokok oppa?! Maklum aku ga suka orang merokok. HAHA jadi subjektif.

Pembuatan latar belakang ceritanya dapet banget sih buat aku. Barang-barang jaman dulu. Camilan di kala itu. Baju-baju dan model rambut para karakternya juga dapet ya kesan vintage-nya buatku. Aku ga habis pikir gimana para kru mengatur supaya terlihat sedang olimpic di tahun 1988. Soalnya kala itu Korea mengadakan olimpic gitu kan. Terus pastilah ada atribut-atribut  olimpic di kala itu. Pasti repot deh buat nyiapin semua propertinya.

Buat yang butuh tontonan ringan namun bermakna, WAJIB banget deh nonton Reply 1988. Banyak aku mendapatkan makna-makna di dalamnya. Contohnya aja kelakuan Sun Woo yang begitu sayang dengan ibunya. Ia selalu menghabiskan bekal makanan buatan ibunya meski rasanya tuh keasinan! Lalu Sun Woo juga selalu cerita apapun ke ibunya. Aktifitasnya di sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan di satu sisi Jung Hwan itu anak yang cuek dan ga pernah cerita sama ibunya. Sampai-sampai ibunya Jung Hwan jadi iri sama ibunya Sun Woo karena Sun Woo begitu dekat dengan ibunya. Tidak seperti Jung Hwan dengan ibunya.

Penonton jadinya bisa menilai dari kacamata masing-masing gitu. Perbandingan antar keluarga hasilnya gimana. Ya pokoknya bagus dan menarik untuk diikutin deh!

Rating di IMDb adalah 8,9 dari 10. WOW bagus banget ya. Berarti mantap kan series satu ini! Kalau aku pribadi sih akan kasih bintang 9 dari 10! Ceritanya menarik, pesan moralnya banyak, akhir ceritanya pun aaah bikin terenyuuuh.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐ (9/10)

Baterai iPad Kembung


Baterai iPad Kembung - Fix atau Kanibal Saja? Desember 2018 aku dikejutkan dengan kembungnya baterai iPad 3 milikku yang sudah kugunakan sejak aku masih di bangku kuliah (kurleb 5 tahun pakai). Memang ya penyakit dari gawai yang lama teronggok itu ya baterai kembung. Salahku juga sih kelupaan mengisi baterai iPad 3 ini. Jadinya setelah dicuekin beberapa lama, dia pun mulai speak up dengan rewelnya sampai-sampai bikin aku shock ga tau harus berkata apa.

Setelah menemukan "insiden" baterai iPad kembung, aku pun langsung putar akal dan tanya sana-sini perihal harus diapain gawaiku satu ini. Mau dibuang ya kok sayang karena iPad ini pemberian papa untuk membantuku selama kuliah. Mau dibenerin, harga servisnya mahal bisa jutaan karena kemungkinan harus ganti LCD juga. Habis LCD-nya melengkung gitu saudara-saudara. 😥😥😥

Awalnya temanku memberikan ide untuk pergi ke tukang servis gawai di pinggir jalan dan bilang mau beli baterai baru. Lalu setelah itu baru deh keluarin si iPad 3 nyelangap ini untuk minta dipasangkan baterai baru yang baru saja dibeli tersebut. Tapi aku terlalu malas untuk pergi ke tukang servis gawai sambil bawa-bawa iPad yang sudah rentan ini. Jadi opsi tersebut kuabaikan.

Temanku satunya malah bilang supaya aku kanibal saja. Terus dia pun mau membeli iPad rusakku tersebut dengan harga murah supaya dia bisa kanibal spare part yang masih bagus. Opsi ini membuatku tertarik. Tapi harga yang dia tawarkan sangatlah rendah. Tak rela aku melepaskan iPadku satu ini. Apalagi kan data-data di dalamnya tidak bisa aku hapus. Bisa-bisa disalahgunakan kan?!

Opsi lainnya, aku browsing tempat servis iPad terdekat dan tanya-tanya biaya perbaikannya. Harga yang mereka tawarkan jutaan. Gila aja! Masa ganti baterai sampai jutaan?! Padahal aku cari harga baterai iPad 3 itu sekitar Rp 300.000. Masa perbaikannya memakan biaya jutaan?! Opsi ini bikin tambah aku malas untuk mereparasinya. Akhirnya aku biarkan saja tergeletak tanpa nyawa selama setahun lebih. Ya beneran ga diapa-apain. Cuma digeletakin di bawah meja kosan. Tentunya kubungkus plastik dulu supaya ga kotor. Nanti debu-debu tebal malah masuk ke dalam akan lebih membahayakan nyawa si iPad kan?!

Nah setelah setahun silam itu, suamiku cerita kalau dia sudah servis iPhone milik almarhum kakak ipar yang kondisinya pun sama seperti iPadku. Baterainya kembung sehingga membuat nyelangap. Servis yang diberikan baik sehingga iPhone tersebut terselamatkan dan bisa digunakan seperti sedia kala.  Saat itu sih aku masih "Ooooh mantep juga ya servisnya. Bisa bener lagi." Tanpa melakukan misi penyelamatan si iPad.

Terus akhir bulan lalu saat aku membereskan barang-barang kosan adikku karena dia akan mengakhiri masa ngekosnya dan kembali ke rumah di Karawang, aku menemukan si iPad yang masih teronggok tak bernyawa dan mengingatkanku kembali akan jasa-jasa dan waktuku bersamanya. *ceileh* Hatiku pun tergerak untuk memperbaiki si iPad. Akhirnya aku pun tanya ke tempat servis yang direkomendasikan suami dan tanya apakah dia bisa benerin si iPad. Dia pun mengiyakan dan menawarkan biaya perbaikan yang puji Tuhan masih masuk di akal. Harga perbaikannya ratusan ribu. Tidak seperti waktu aku tanya tempat servis yang dulu. Harganya bisa jutaan. Jadilah aku berniat untuk memperbaiki si iPad.

Berhubung saat ini sedang wabah Corona, si tukang servis memintaku untuk mengirimkan si iPad via ojek daring. Untung juga lokasi si tukang servis tidak begitu jauh dari rumah sehingga biaya antarnya ga begitu mahal. Hari Waisak kemarin aku mengirimkan si iPad dan kemarin si iPad sudah kembali ke pelukanku. Berarti misi penyelamatan si iPad memakan waktu 4 hari. WOW.

Terima kasih ya Fynd Indonesia sudah menyelamatkan si iPad. Kini ia berfungsi seperti sedia kala meski yang kurasa sih agak lemot. Tapi aku maklum karena si iPad sudah umur juga. Ingat ya buat kalian yang punya gawai tak terpakai. Mending kalian jual saja saat kondisinya masih bagus. Kalau ga dipakai dan dibiarkan saja tak disentuh, dia akan marah dan malah membuatmu merogoh kocek untuk benerinnya. Makanya sekarang aku mau rawat si iPad supaya baterai iPad kembung tidak terjadi lagi.

Bintik-Bintik Merah di Tangan - Biang Keringat/Alergi?

Bintik-Bintik Merah di Tangan
Bintik-bintik merah di tangan entah mengapa jadi langganan nyangkut di tubuhku. Kali ini terjadi tanggal 19 April 2020 malam. Awalnya sih bermula dari jari-jari dan tangan yang muncul bentol-bentol kecil. Makin lama semakin menyebar ke seluruh tangan. Ngeri! 

Aku cari tahu kenapa tanganku bisa begini. Gatal-gatalnya itu loh yang ga tahan. Mama bilang mungkin itu karena paparan debu yang banyak jadi bikin kulitku gatal-gatal. Teman-temanku bilang bisa jadi karena hand sanitizer dan debu. Memang sih sejak tanggal 16 April 2020 itu aku bermain dengan debu nan tebal. Lebih tepatnya aku beresin lemari pajangan toko yang sudah sangat lama tidak dirapikan. Tentu debu yang ada ga usah ditanya..sangat banyak dan tebal!! Apalagi cuaca panas di kota Karawang membuat aku berkeringat. Bisa jadi ini biang keringat. Tapi kalau aku lihat gambar biang keringat tuh ga begini bentuknya. Soalnya ini tuh kaya bentol-bentol menyebar gituu membuat kulit bruntus kalau diusap dan SANGAT gatal!

Bintik-Bintik Merah di Tangan
Tanggal 23 April 2020 itu kondisi yang paling parah. Merah-merahnya begitu banyak dan terlihat. Super gatel! Sering banget aku pakein bedak herocyn supaya adem dan mengurangi rasa gatal. Soalnya kan nanti kulitku luka kalau kebanyakan digaruk. Tapi kalau ga digaruk ya gatel...gimana sih ya...Ga tahan!!

Yang aku lakukan untuk menyembuhkannya bukan pergi ke dokter. HAHAHA. Aku selalu mandi menggunakan sabun vitamin E merk Nouvelle Silhoutte. Waktu aku kecil dulu, aku sering kena biang keringat. Mama memandikanku dengan sabun Nouvelle Silhoutte berwarna merah ini. Selain harum, sabun ini ampuh menyembuhkan biang keringat membandelku. Jadi aku coba pakai sabun ini lagi. Mana tau kan sembuh kaya dahulu kala menyembuhkan biang keringatku.

Sabun Nouvelle Silhoutte Vitamin E
Selain pakai sabun NS, aku juga selalu rajin pakai bedak Herocyn. Bedak ini ampuh juga nih mengatasi biang keringat. Berangsur-angsur akhirnya gatal-gatalku membaik dan bentol-bentolnya mengering.

Bintik-Bintik Merah di Tangan
Nah setelah dua hari rutin mandi pakai sabun NS dan bedakan pakai Herocyn. Akhirnya gatal di tangan hilang. Aku juga sudah tidak bermain dengan debu nan tebal lagi. Jadi kondisi bintik-bintik merah di tangan yang super gatal itu sudah kering. Saat tulisan ini dibuat pun bintik-bintik merah di jari-jari sudah bersih. Tapi kalau di area tangan dekat siku masih terlihat sedikit nih bekas bintik-bintiknya. Jadi berwarna kecoklatan pudar gitu loh kaya bekas gigitan nyamuk. Semoga saja ke depannya pulih kembali jadi kulitku mulus lagi!

Oia, selama aku mengalami bintik-bintik merah di tangan ini aku juga puasa ga makan telur dan seafood. Soalnya kedua jenis makanan itu kupercayai bisa membuat gatal-gatalnya lama sembuh. Jadi puasa dulu sementara deh.

Begitulah pengalamanku menghadapi bintik-bintik merah di tangan nan super gatal itu. Aku pun bingung itu biang keringat atau kulitku sensitif jadi alergi debu. Tapi yang jelas sekarang sudah sembuh! Yeay!

Membuat Akta Kematian di Karawang

Membuat Akta Kematian
Membuat akta kematian adalah hal yang malas diurus tapi wajib diurus setelah sepeninggalan papa. Untuk mengurusnya di Karawang, dibutuhkan transportasi untuk berkeliling dari RT hingga ke Capil. Membuat akta kematian tuh bak menyelesaikan quest di games gitu deh. Ada hal-hal yang dibutuhkan dan pengerjaannya sekuensial alias berurutan. Jadi apa dulu nih yang harus disiapkan?

Membuat Surat Pengantar RT/RW

Hal yang paling pertama kali harus dilakukan adalah meminta surat pengantar dari RT/RW domisili papa. Kalian harus banget punya nomor HP pak RT soalnya kan musti janjian dulu tuh sama pak RT-nya. Apalagi sedang pandemi begini. Jadi ga enak juga kan bertamu ke rumah orang. Untunglah aku sudah save nomor pak RT di HP saat dulu mengurus surat nikah. Jadi aku tanya-tanya saja by WA untuk dibuatkan surat pengantar RT perihal membuat akta kematian. Terus janjian deh untuk ambil berkasnya. Untuk membuat surat pengantar ini tidak dipungut biaya alias gratis ya.

Mengambil Form Registrasi Akta Kematian di Capil

Hal kedua yang dilakukan bukan pergi ke kelurahan, melainkan ke Capil untuk minta form registrasi akta kematian. Dalam salah satu form registrasi capil ini dibutuhkan tanda tangan lurah/kepala desa. Jadi daripada nanti kalian dua kali kerja ke kelurahan, mending ke Capil duluan. Aku salah sih, urutannya malah ke kelurahan dulu, jadi dua kali deh ke kelurahan.

Membuat Surat Keterangan Kematian di Kelurahan

Kalau di Jakarta sih enak ya uda PTSP alias Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Cukup urus sampai kelurahan, sisanya tinggal tunggu akta kematiannya jadi deh. Tapi sayang di Karawang belum menerapkan PTSP nih. Jadi mau ga mau musti urus sendiri hingga Capil. Di kelurahan ini, surat pengantar dari RT diberikan ke petugas beserta dengan KTP almarhum dan KTP saksi yang menyaksikan almarhum meninggal. Nah nanti akan dibuatkan Surat Keterangan Kematian di HVS berwarna kuning. Setelah jadi (sudah ditandatangan oleh lurah), akan diminta untuk difotokopi supaya bisa dilegalisir. Beruntung dekat kelurahan ada tempat fotokopi. Aku fotokopi saja 10 lembar (ini kebanyakan) biar nanti ga repot bolak balik minta legalisir. Setelah difotokopi, balik lagi ke kelurahan dan minta dilegalisir. Jangan lupa form registrasi akta kematian dari capil diisi terlebih dahulu dan minta ditandatangani lurah. Di sini aku dimintakan biaya administrasi serelanya. Berhubung aku dua kali ke kelurahan, jadilah aku bayar administrasi dua kali. Huft.

Menyerahkan Berkas Registrasi Akta Kematian di Capil

Dari lurah, ga perlu ke kecamatan. Aku saat itu pergi ke camat karena kupikir urutannya dari lurah ya ke camat. Ternyata ga perlu saudara-saudara. Jadi langsung saja ke capil dan serahkan berkas-berkas yang diminta. Apa saja itu?
  1. Fotokopi KTP (apabila yang meninggal sudah memiliki KTP)
  2. Fotokopi Kartu Keluarga yang meninggal
  3. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran (apabila yang meninggal sudah memiliki Akta Kelahiran)
  4. Fotokopi Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan (apabila yang meninggal memiliki Akta Nikah/Akta Perkawinan)
  5. Fotokopi KTP dua orang saksi
  6. Surat Keterangan Kematian (F-2.29) --> ini dari Capil formnya
  7. Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit (bagi yang meninggal di RS)
  8. Surat Keterangan Kematian dan Berita Acara Pemakaman dari desa/kelurahan atau yayasan pemakaman
  9. Fotokopi Ijazah bagi yang telah lulus sekolah
  10. Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (apabila yang meninggal warga keturunan Tionghoa)
  11. Surat Keterangan Ganti Nama (apabila yang meninggal warga keturunan Tionghoa yang sudah ganti nama)
  12. Apabila meninggal lebih dari 5-9 tahun, melampirkan Surat Keterangan dari RT mengetahui kepala desa
  13. Apabila meninggal lebih dari 10 tahun, melampirkan Penetapan Pengadilan Negeri
Nah kalau semua berkas tersebut sudah lengkap dan form dari Capil diisi, langsung saja serahkan berkas ke Capil dan tunggu maksimal 7 hari kerja. Setelah serahkan berkas, nanti akan diberikan secarik kertas kecil sebagai bukti yang diserahkan saat pengambilan. Di dalam kertas kecil tersebut juga ada nomor WA yang bisa dihubungi untuk memastikan berkas sudah bisa diambil atau belum.

Saat aku membuat akta kematian, aku ambil form registrasi di hari Kamis siang. Terus baru bisa menyerahkan berkas hari Senin karena hari Jumat Dukcapil tutup. Lalu hari Rabunya sudah jadi aktanya. Lumayan cepat dan pembuatan Akta Kematian ini bebas biaya.

Note: Selama pandemi Corona, jam kerja di kelurahan Nagasari cuma dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang. Lalu untuk jam kerja di Dukcapil cuma dari Senin hingga Kamis jam 8 pagi hingga jam 11 siang.

Semoga informasi cara membuat Akta Kematian di Karawang ini bermanfaat ya! Jangan kaya aku yang dua kali ke kelurahan karena miss informasi....

Ganasnya Kanker Pankreas

Ganasnya Kanker Pankreas - Sumber: freepik.com
Ketika kamu divonis menginap penyakit kanker, tentu jiwa, raga, dan pikiran akan langsung drop dan merasa hidup ini berakhir sudah. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau kanker itu adalah penyakit yang mematikan. Tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa para pengidap kanker bisa sembuh. Makanya ketika aku mendengar kabar bahwa papa suspect mengidap kanker, seketika itu juga badanku gemetar. Air mataku pun turun seketika dan aku langsung berlari masuk ke kamar untuk menangis tidak percaya dan langsung secepat kilat jariku mengetikan kata kunci di internet terkait kanker.

Ya Tuhan....ujian ini sungguh berat. Tapi aku masih berharap kalau papa tidak mengidap kanker karena diagnosis dokter saat itu masih suspect. Jadi belum tentu kan kalau papa beneran mengidap kanker.... 

Saat itu hari Sabtu, 28 Maret 2020 pagi. Papa berobat ke RS Gading Pluit, rekomendasi dari sepupuku karena di RS tersebut ada dokter DG yang masih keluarga dengan sepupuku. Dokter DG melakukan pemeriksaan MRI pada bagian perut karena papa mengeluhkan mual, perutnya kembung (membesar), dan susah tidur. Hasil pemeriksaan keluar pada pukul 16.00. Sejujurnya aku ingin menemani papa berobat ke RS. Tapi diinfokan kalau pasien hanya boleh ditemani oleh satu orang karena wabah COVID-19. Dan entah apa yang merasukiku, aku pun malah tetap di rumah aja sesuai slogan yang dikumandangkan di mana-mana karena wabah COVID-19 ini. Dalam hatiku cemas. Berharap hasil pemeriksaan baik-baik saja. Jam 16.00 aku menanyakan kabar hasil pemeriksaan papa. Papa lama merespon. Tapi akhirnya diangkat juga telponku dan mengabarkan bahwa papa kena kanker pankreas.

Kalau kalian jadi aku, apa yang akan kalian lakukan????

Langsung saja aku meminta papa untuk tinggal di rumah Jakarta. Tapi papa menolak. Aku mau menjemput papa di RS tapi papa kekeuh menolak dan bilang sudah di jalan menuju pulang. Semalaman aku browsing tentang kanker pankreas. Tapi hasil yang kudapatkan begitu mengerikan. Para pengidap kanker pankreas itu harapan hidupnya kecil. Maksimal 5 tahun dari sejak divonis. Itu pun chance-nya cuma 1%. SATU PERSEN saudara-saudara. Chance kedua adalah harapan hidup 1 tahun saja dan chance-nya cuma 5%. Sama saja buruknya. Tapi aku masih berharap mukjijat Tuhan itu ada.

Kok bisa ya papa suspect kanker pankreas? Padahal papa tuh sehat-sehat aja. Jarang sakit apalagi masuk RS. Kalaupun sakit pun ya batuk pilek atau pegal-pegal. Ga sampai penyakit berat begini. Lalu sekalinya kena sakit, kok ya kanker pankreas?! Kanker pankreas yang begitu ganas!

Hari Minggu paginya aku langsung cus ke Karawang dengan meminta suami menemani dan mengantarkan. Puji Tuhan ya punya suami baik, dia mau anterin ke Karawang bersama adikku tercinta juga. Di rumah aku kaget melihat tubuh papa yang kurus dengan perut yang buncit. Padahal terakhir kali bertemu saat menemaninya berobat di RS Husada, kondisinya ga begini. Memang sih saat itu papa sudah kurusan tapi perutnya ga besar seperti itu. Papa mengeluhkan sakit pada bagian punggungnya, lebih tepatnya di kedua belikatnya, sehingga papa ga bisa tidur semalaman. Daripada papa menderita ga bisa tidur, aku bilang saja supaya papa ke RS untuk dirawat di RS. Lagipula, sepupuku juga menyarankanku untuk bawa papa segera ke RS daripada nanti makin memburuk. Papa pun akhirnya mau dan siang itu juga kami berempat cus ke RS Gading Pluit. Mama kuminta untuk tetap tinggal di rumah karena takut malah kena virus Corona. Tau sendiri kan kalau RS itu paling rawan dengan virus Corona. Jadi daripada menambah cobaan, kuminta mama tetap di rumah.

Sesampainya di RS Gading Pluit, kami disuruh masuk ke IGD terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan. Papa harus di-scan thorax untuk memastikan tidak suspect Corona. Diambil juga darahnya dan dicek EKG. Buat pemeriksaan sebelum masuk kamar rawat inap saja biayanya ratusan ribu guys. Apalagi deposit untuk masuk ke kamar rawat inap. Kami harus membayar uang deposit puluhan juta sebelum bisa dapat kamar. Memang ya, rumah sakit itu sangat memakan biaya...Tapi kami mau ga mau harus mau karena kondisi papa tidak baik begini.

Kami menunggu cukup lama untuk bisa masuk ke kamar. Dari siang hari hingga jam 5 sorean kami baru bisa masuk ke kamar. Huft. Aku memaklumi karena hasil tes kan ga bisa secepat itu keluar hasilnya. Di dalam IGD pun papa sudah mengeluhkan lamanya digantung di ruang IGD. Tapi aku cuma bisa bilang supaya papa bersabar karena masih harus menunggu hasil tes. Malam itu aku menginap di RS menemani papa. Aku memang sudah membawa baju untuk menginap yang sebenarnya kupersiapkan untuk menginap di Karawang semalam. Siapa sangka malah jadi menginap di RS. Oia, karena kondisi sedang Covid-19 begini, peraturan RS hanya memperbolehkan penjaga satu orang saja dan pasien tidak boleh dibesuk.

Hari Senin giliran adikku yang jaga. Sebelum pulang, aku sempat ketemu dokter onkologi papa dan diberitahu bahwa papa mengidap kanker pankreas dan sudah menyebar. Aku cuma bisa terdiam. Blank - ga tau harus gimana. Aku sempat tanya bagaimana tindakan penyembuhannya. Dokter cuma jawab kemoterapi dan bilang kalau itu bukan menyembuhkan tapi mengobati. Mungkin semacam penegasan kalau kemungkinan sembuh itu ga ada. Terus aku ga mendapat penjelasan lebih lanjut mungkin karena aku pun ga nanya apapun saking shock-nya. Aku pulang dari RS sekitar jam 10an. Selama perjalanan pulang aku cuma bisa menangis. Dari sejak kemarin aku selalu menahan tangis di hadapan papa. Papa ga boleh liat aku nangis. Takut papa makin sedih dan malah membuat kondisinya semakin drop. Aku cuma bisa semangatin papa supaya papa kuat dan bisa hadapin sakitnya. Hari Senin ini papa diberikan tindakan berupa punksi ascites, yaitu tindakan mengeluarkan cairan ascites dalam perut papa yang membuat perut papa besar. Info dari dokter sih setelah dilakukan punksi, akan dipasang pigtail gitu untuk mengeluarkan cairan secara rutin. Karena kalau cuma punksi saja, tidak bisa dilakukan setiap hari dan hanya boleh diambil 2lt cairan saja.

Hari Selasa aku, adikku, dan suami diberikan penjelasan soal sakitnya papa lebih detil oleh dokter DG yang masih keluarga kami. Soalnya kami tuh bingung dan kalau dijelaskan seorang diri tuh rasanya blank. Jadi kami bertiga minta untuk ketemu dokter dan dijelaskan dengan rinci. Penjelasan pun akhirnya kami dapatkan. Hari ini giliran aku yang jaga di RS. Papa sempet menanyakan kenapa dirinya ga diberi tindakan operasi. Dalam pikiran papa, tindakan operasi akan menghilangkan sakit papa. Aku cuma bisa jelasin kalau tindakan operasi tidak bisa dilakukan karena papa sudah tua dan solusi untuk kasus papa adalah kemoterapi. Papa cuma terdiam saat aku jelasin. Aku berusaha hibur dengan bilang kalau kemoterapi sekarang itu ga kaya dulu karena cuma target ke bagian sakitnya aja. Dalam hati aku hancur dan kasian juga sama papa karena papa tuh ga tau apa-apa soal sakit berat yang dideritanya. Gimana sih ya kalau kalian tuh merasakan sakit yang sangat luar biasa tapi kalian tuh ga tau detil itu kenapa. Yang papa tau tuh ya papa kena kanker pankreas dan kalau pankreasnya diangkat, bisa sembuh. Sedih dan miris kan??!

Singkat cerita, tanggal 2 April malam papa memulai kemoterapinya. Kemoterapi yang dilakukan papa cukup lama, yaitu 2 x 24 jam. Jadi baru bisa kelar tanggal 4 April. Kemoterapinya itu berupa infusan cairan yang dibungkus oleh aluminium foil gitu. Sebelum kemoterapi dimulai, sudah tentulah kami harus bayar biaya tindakan juga melakukan deposit dana untuk kamar rawat inap. Di RS sini, pasien harus bayar biaya tindakan dulu baru bisa dilakukan tindakan. Gimana kalau kami ga ada dana ya?? Puji Tuhan papa ada tabungan yang cukup untuk biaya pengobatan papa.

Suster bilang sih kalau kemoterapi papa berjalan lancar. Papa cuma merasakan mual-mual dan pegal-pegal. Hari Minggu tanggal 5 April papa sudah boleh keluar dari RS. Tentunya ada jadwal untuk kontrol dan melakukan kemoterapi kembali. Katanya sih jedanya 2-3 minggu gitu dari kemoterapi pertama. Oh ya, hari Selasa besoknya kami juga harus kembali ke RS karena papa harus ganti perban pada bagian perut karena masih terpasang pigtail untuk buang cairan ascites-nya.

Bosku yang ayahnya juga dulu menginap kanker limfoma bilang kalau masa-masa sehabis kemo itulah masa yang berat. Berat untuk pasien juga berat untuk yang menjaganya. Dari masa di RS saja aku sudah merasakan lelah fisik maupun batin. Fisik karena aku ga bisa tidur nyenyak karena sesekali harus terjaga membantu papa meredakan rasa sakitnya dan lelah batin karena menghadapi kondisi papa yang berat ini. Ya lebih-lebih papa sih yang kesakitan sangat di malam hari sehingga ga bisa tidur sama sekali. Cuma merem mata saja.

Dua hari setelah kemoterapi, papa jadi muntah-muntah. Baru makan atau minum, ga lama muntah. Aku frustrasi. Gimana asupan gizi papa kalau muntah terus. Yang paling parah itu saat Selasa tengah malam. Papa muntahnya banyak banget dan juga cegukan yang ga kunjung hilang. Papa juga ga bisa tidur karena mengeluhkan pegal-pegal. Rabu pagi muntahan papa hitam. Aku bingung apakah itu darah atau obat kemo yang dimuntahkan papa. Aku berasumsi kalau itu obat kemo.

Ternyata aku salah, Kamis dini hari papa makin parah kondisinya. Bahkan sempat jatuh entah kenapa. Adikku sih bilang karena sudah mulai hilang fokus. Bahkan Kamis pagi hari papa sesak napas dan papa setengah sadar. Akhirnya adikku memutuskan untuk segera kembali ke RS.

Di RS, seperti biasa, sebelum rawat inap, pasien harus masuk ke IGD dulu untuk dicek. Papa kali ini CT Scan Thorax dan hasilnya buruk. Ditemukan inveksi virus di paru-parunya. Awalnya kamar ICU biasa yang dipesankan. Tapi karena ada inveksi virus, jadinya harus ICU isolasi dan rapid test serta swap test akan dilakukan. Ya ampuuun.

Saat di IGD itu, aku liat kondisi papa yang kakinya kaku dan keram. Tangannya bergetar. Aku pijat-pijat kaki papa supaya papa lebih enakan. Cukup lama juga kami di IGD sampai akhirnya papa dibawa ke kamar ICU. Karena di ICU isolasi, keluarga tidak boleh ada yang menunggu. Awalnya aku mau tunggu di ruang tunggu. Tapi karena lagi Covid begini, kami disarankan untuk pulang dan update kondisi akan segera dilaporkan melalui telepon. Info kondisi papa, papa mengalami pendarahan yang entah di bagian mana. Dokter ICU cuma bilang kalau ada pendarahan di saluran cerna dan kemungkinan di bagian lambungnya. Tindakan yang diberikan adalah transfusi trombosit dan darah.

Berhubung papa suspect Corona, aku, adikku, suami, dan mama harus ngungsi dulu dengan mengisolasi mandiri takut malah menularkan anggota keluarga lain. Kami berempat ngungsi ke rumah di Bekasi. Puji Tuhan mertuaku baik jadi memperbolehkan kami tinggal sementara di Bekasi. Tiap hari kami bolak balik Bekasi-RS untuk mengurus urusan perawatan papa. Kami juga cuma diperbolehkan video call sama papa karena tidak boleh masuk sama sekali untuk bertemu papa. Sampai akhirnya...hari Minggu, 12 April 2020...hari saat memperingati Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Pagi harinya aku ikut ibadah online. Menangis saat menyanyikan pujian yang liriknya menyentuh hati dan sesuai dengan kondisi yang aku alami. Dalam hati aku berdoa agar di hari kebangkitan Tuhan ini, papa juga bisa ikut bangkit dari sakitnya.

Usai ibadah online, kami berempat ke RS dan minta supaya bisa video call kembali. Tapi kali ini tidak diijinkan karena kondisi papa juga sudah setengah sadar dan ga gitu bisa ngomong. Di samping sebenarnya HP yang sudah masuk ruang ICU tidak boleh keluar lagi. Alternatif lain, kami minta supaya kami bisa menulis surat dan surat tersebut dibacakan untuk papa. Dokter pun mengijinkan. Dalam surat itu kami berdoa buat papa dan menyemangati papa supaya bisa kembali lagi berkumpul bersama kami. Setelah itu kami kembali ke rumah di Bekasi.

Ga lama setelah kami makan siang dan mandi, kami mendapat telepon dari ICU dan meminta kami segera ke RS. Jam 15.00 lewat kami sampai di ICU dan kabar buruk yang kami dapatkan. Dokter ICU bilang bahwa papa sudah menghembuskan nafas terakhirnya jam 15.00 dalam kondisi tidur. Padahal pagi tadi kami mendapat kabar bahwa kondisi papa sudah lebih meningkat daripada sebelumnya....Tapi Tuhan berkata lain, Tuhan lebih sayang sama papa dan angkat sakit papa supaya papa ga sakit lagi.

Rasanya cepat banget kan?! Dari sejak divonis mengidap kanker pankreas tanggal 29 Maret 2020 sampai akhirnya papa tiada tanggal 12 April 2020. Betapa ganasnya kanker pankreas itu.

Selamat tinggal papa.

Terima kasih untuk segala kasih sayang dan ajaranmu.

Aku sayang papa.