Jalan-Jalan ke Bali: Gelas Petjah!!!
https://hasbullahmarwan.wordpress.com |
11 Mei 2018
Untuk menjalani serangkaian acara jalan-jalan makan hari ini, kami berempat sudah sewa mobil dan supir seharian (10 jam tepatnya, kalau lebih jadi kena biaya tambahan Rp 25.000/jam). Aku tidak tahu kami menyewa mobil dan supir di mana. Soalnya untuk urusan ini, Elis yang sudah meng-handle-nya. Maklum rental mobilnya di kenalan adiknya Elis, jadi doi deh yang kontak-kontakan dengan sang pemilik sewa mobil (Namanya Ko Peter). Untuk penyewaan mobil Avanza + supir, serta biaya bensin ini, kami harus mengeluarkan uang di dompet sebesar Rp 500.000.
Jadi, ngapain saja seharian ini????
Beberapa bulan sebelum kami berangkat ke Bali, aku, Devi, dan Elis sudah mengadakan pertemuan untuk membahas lokasi-lokasi di Bali yang akan kami jambangi. Daftar lokasi-lokasi tersebut aku simpan di menu "Your Place" dalam Google Map. Untuk cara penggunaannya, mungkin lain kali akan aku bahas....
Oke kembali lagi ke rangkaian perjalan kami di Bali....kami janjian dengan Ko Andi, supir yang akan menemani kami seharian, di lobi hotel jam 9 pagi. Tapi kami terlambat dan baru siap berangkat jam 10 lebih. Hahaaha.. Maapkeun. Lokasi pertama yang kami datangi adalah Warung Cahaya di Jalan Dewi Ratih, Legian. Di sini makanan yang biasa dipesan adalah nasi babi sambal matah. Tempatnya kecil dan sederhana. Meski begitu, tempatnya didekorasi agar bisa tetap terlihat cantik. Sesampai di sana...wuih sudah ramai orang. Kami harus menunggu orang lain selesai makan terlebih dahulu supaya kami bisa dapat tempat. Tapi sebelum menunggu, tentunya kami order pesanan dulu. Jadi nanti pas sudah dapat tempat duduk, pesanan kami sudah siap diantar di meja kami. Oh ya, seporsi nasi babi sambal matah di Warung Cahaya dibandrol seharga Rp 37.000. Penampakannya bisa kalian lihat di IG-ku @furisukabofood ya.
Setelah kenyang sarapan nasi babi (astaga pagi-pagi sudah makan babi 🐷), kami lanjut ke lokasi selanjutnya...Pasti kalian akan sedikit syok pas tahu lokasi yang kami datangi selanjutnya...hihi..ya kami pergi ke Gusto Gelato untuk mencicipi gelato nikmat yang hits di Bali ini. Padahal seharusnya kami pergi ke Warung Babi Guling Pak Malen, berhubung tadi sudah "sedikit" kenyang dengan nasi babi sambal matahnya Warung Cahaya, kami jadi memutuskan ke Gusto Gelato saja dulu untuk mencicipi yang manis-manis.
Sekitar pukul 11 siang kami sampai di Gusto Gelato. Masih sepi! Yeaaah!!! (ㆁωㆁ*) Di sini, kita harus melakukan pembayaran terlebih dahulu untuk mengambil es krim yang kita ingini (yaeyalah). Jadi pas masuk, kita ke counter di sebelah kanan dulu untuk bayar, baru kemudian ke counter display ice cream di sebelah kiri. Aku dan teman-teman memesan gelato dalam cone. Harganya Rp 28.000 sudah dapat dua rasa loh! Cukup murah kalau dibandingkan ice cream rasa unik di Jakarta. Di sini aku memesan rasa karamel dan susu. Combo manis ga tuh?! Tapi gelato karamelnya ada rasa sedikit pahit kok, jadi cukup balance lah. Namun soal rasa sih aku masih lebih suka pergi ke Latteria, PIK, ya dibanding Gusto Gelato.
Sudah selesai berurusan dengan gelato masing-masing, kami lanjut pergi ke destinasi berikutnya. Pas kami keluar dari Gusto Gelato, pengunjung yang datang semakin ramai looh. Bahkan antrian bayar itu sudah hampir ke pintu masuk. Buset deh..untung saja tadi pas datang masih sepi, jadi pas nyoba-nyoba rasa gelatonya lebih enak...Setelah kami naik ke dalam mobil, koh Andi menanyakan lokasi selanjutnya, dan kami pun menjawab Warung Babi Guling Pak Malen. Sontak koh Andi bilang ,"HAAAH?!" dengan nada super kaget seakan tak percaya. Yes koh, kami ini cewe-cewe setrong yang kuat makan. Hahahaha.
Kata ko Andi, kalau pergi ke Warung Pak Malen, paling enak hari Jumat karena rasa dari babi gulingnya tuh crispy dan tidak keras. Katanya sih mereka guling babinya hari Kamis, jadi rasa babi guling di hari Jumat jadi enak gituuu... Okeh percaya saja deh sama koko, tapi enak ga enak kami akan tetap ke sini kok karena kami memang sama sekali belum pernah makan di sini. Sesampainya di sana, warung sudah dipenuhi oleh orang-orang yang asik makan daging dewa itu. Meski terlihat ramai sekali dari luar (maklum tempat parkirnya penuh bro), tempatnya ternyata memanjang ke dalam gitu jadi sebenarnya masih cukup luas untuk menampung orang-orang yang haus akan nasi babi guling di siang hari. Di sini aku dan Devi makan paroan (pesan sepiring dibagi dua) karena jujur perut ini sudah ga bisa memuat lagi makanan. Sedangkan Iren dan Elis tetap memesan satu porsi karena mereka ingin menikmati lauknya lebih banyak. Harga satu porsi dari nasi babi guling ini Rp 40.000. Untuk rasa, ini nasi babi guling yang paling gw suka. Biasanya gw tuh ga gitu suka-suka amat sama nasi campur ala Bali ini. Tapi ini beda! Bahkan untuk perutku yang sudah membuncit ini saja aku masih tetap bisa menyisihkan ruang untuk diisi oleh nasi babi guling ini. Emang sih aku cuma makan lauknya dan sedikit nasi. Habis kalau makan nasinya aku tidak sanggup lagi...
Setelah puas dengan kenikmatan nasi babi guling Pak Malen, kami minta di antar ke Ayana Resort. Tujuan kami adalah Rock Bar yang ada di dalam resort tersebut. Saat sampai di sana Rock Bar masih belum buka, karena jam bukanya adalah jam 16.00 WIT. Untuk menunggu, kami jadi foto-foto dulu saja di resort tersebut. Saat beberapa menit mendekati jam empat sore, kami pergi ke Rock Bar deh. Untuk ke sana saja kami harus mengantri. Soalnya untuk menuju ke Rock Bar harus menggunakan "lift" turun ke bawah gitu dan "lift" tersebut hanya ada dua, satu untuk turun ke Rock Bar dan satunya digunakan untuk pergi dari Rock Bar.
Mengantri masuk Rock Bar ini merupakan suatu tantangan tersendiri. Maklum cuaca di Bali puanas sekali, sedangkan kami harus mengantri di alam terbuka yang membuat kami harus terpapar sinar matahari langsung. Weleh-weleh, sampai di Rock Bar sudah kucal dan kusam karena keringat nih. Tapi sisi positifnya kita bisa melihat pemandangan pantai dari atas tebing gitu. Keren loh!! Oh ya, biasanya orang-orang mengunjungi Rock Bar itu untuk menikmati sunset. Jadi kalau terlambat masuk ke Rock Bar, kita pasti tidak akan dapat tempat yang oke buat melihat sunset. Berhubung kami datangnya sangat tepat waktu (satu jam sebelum buka kami sudah sampai dong), kami dapat spot yang oke lah buat melihat sunset. Namun spot oke buat lihat sunset bukan berarti spot oke untuk menunggu sunset. Gila!!! Panas banget bro! Meski sudah diberi payung untuk menghalangi sinar matari, tetap saja udaranya panas sekali. Es dalam minuman yang kami pesan saja dalam beberapa menit sudah hilang karena mencair saking panasnya. Beruntung saat kami duduk di tempat masing-masing, pelayan dengan sigap memberi kami handuk dingin. Wah lumayan banget buat menyegarkan tubuh. Handuknya juga bisa dipakai buat menutupi kaki dari paparan sinar matahari langsung, maklum posisi duduk kami membuat kami terpapar sinar matahari dari arah depan. Karena kepala dan badan bisa ditutupi oleh payung, namun kaki tetap terpapar sinar matahari langsung. Oleh sebab ini juga kakiku berubah warna jadi merah layaknya kepiting rebus, maklum terpanggang matahari bro.
Setelah puas lihat sunset, kami menuju ke Jimbaran untuk santap seafood terkenal di Bali. Ko Andi menyarankan ke Jimbaran Bay Seafood (JBS) karena menurutnya di sana memiliki rasa masakan yang paling enak di antara semua tempat makan seafood Jimbaran. Katanya sih tempat makan seafood di Jimbaran ini harganya semua sama karena dikelola oleh satu koperasi gitu yang menetapkan harga yang sama untuk semua tempat, tinggal pilih saja mau di tempat mana karena yang membedakan dari jajaran tempat makan seafood di Jimbaran tentu cara masak dan rasa. Aku sendiri tidak bisa berkomentar soal rasa seafood-nya. Habis perutku masih kenyang, jadi di JBS aku cuma makan satu buah kelapa saja, sup jagung yang disuguhkan, serta buah semangka sebagai penutup. Kalau kata teman-teman sih ikan bakarnya enak (mereka memesan ikan bakar dan kerang bakar), namun mereka kesal karena pelayan wanita di sana tidak ramah. Saat memilih ikan untuk dibakar, mbo-nya jutek gitu , sehingga membuat teman-teman jadi kesal.
Seusai dari JBS, awalnya kami ingin kembali ke Hotel untuk mandi dan beristirahat. Namun kami memutuskan untuk mampir dulu ke Motel Mexicola untuk merasakan suasana bar di Bali. Di Motel Mexicola ini lagu-lagu yang diputarnya asik-asik. Bukan lagu-lagu EDM yang jedag-jedug, tapi lagu-lagu macam Despacitto gitu. Jadi alunan musiknya membuat pengunjung bergoyang aloha. Aku sendiri di sana asik menonton pengunjung yang bergoyang. Lalu dekorasi di Motel Mexicola ini juga bagus. Namun sayangnya di sana panas tidak ada pendingin ruangan. Jadi Elis selalu komplain kepanasan. Hihih. Akhirnya kami cuma sebentar saja di sana dan berjalan kaki kembali ke hotel. Jaraknya sama hotel tempat kami menginap ini hanya selemparan batu saja. Dekat banget bo...
Yak, begitulah perjalanan makan kami hari itu. Tapi kenapa judulnya gelas petjah??? Jadi cerita epic hari ini adalah payung yang menutupi Devi dan Elis tak sengaja tersenggol oleh Devi, sehingga payung tersebut hampir jatuh. Tapi bukan payungnya yang jatuh, melainkan gelas minuman Devi yang jatuh dan pecah akibat tersenggol oleh payung. Padahal Devi baru minum dua teguk dari minumannya dan belum cukup rasa perih karena harus bayar minuman sangat mahal, tangan Devi juga ternyata tergores pecahan gelasnya. Oooh poor Devi...(ಥ﹏ಥ) Karena kejadian ini juga, aku dan Iren jadi parno dan ganti-gantian jagain payung gitu supaya tidak terjadi kejadian serupa.
#kembar5trip #100Kfortwosipofbeer
Sekitar pukul 11 siang kami sampai di Gusto Gelato. Masih sepi! Yeaaah!!! (ㆁωㆁ*) Di sini, kita harus melakukan pembayaran terlebih dahulu untuk mengambil es krim yang kita ingini (yaeyalah). Jadi pas masuk, kita ke counter di sebelah kanan dulu untuk bayar, baru kemudian ke counter display ice cream di sebelah kiri. Aku dan teman-teman memesan gelato dalam cone. Harganya Rp 28.000 sudah dapat dua rasa loh! Cukup murah kalau dibandingkan ice cream rasa unik di Jakarta. Di sini aku memesan rasa karamel dan susu. Combo manis ga tuh?! Tapi gelato karamelnya ada rasa sedikit pahit kok, jadi cukup balance lah. Namun soal rasa sih aku masih lebih suka pergi ke Latteria, PIK, ya dibanding Gusto Gelato.
Sudah selesai berurusan dengan gelato masing-masing, kami lanjut pergi ke destinasi berikutnya. Pas kami keluar dari Gusto Gelato, pengunjung yang datang semakin ramai looh. Bahkan antrian bayar itu sudah hampir ke pintu masuk. Buset deh..untung saja tadi pas datang masih sepi, jadi pas nyoba-nyoba rasa gelatonya lebih enak...Setelah kami naik ke dalam mobil, koh Andi menanyakan lokasi selanjutnya, dan kami pun menjawab Warung Babi Guling Pak Malen. Sontak koh Andi bilang ,"HAAAH?!" dengan nada super kaget seakan tak percaya. Yes koh, kami ini cewe-cewe setrong yang kuat makan. Hahahaha.
Kata ko Andi, kalau pergi ke Warung Pak Malen, paling enak hari Jumat karena rasa dari babi gulingnya tuh crispy dan tidak keras. Katanya sih mereka guling babinya hari Kamis, jadi rasa babi guling di hari Jumat jadi enak gituuu... Okeh percaya saja deh sama koko, tapi enak ga enak kami akan tetap ke sini kok karena kami memang sama sekali belum pernah makan di sini. Sesampainya di sana, warung sudah dipenuhi oleh orang-orang yang asik makan daging dewa itu. Meski terlihat ramai sekali dari luar (maklum tempat parkirnya penuh bro), tempatnya ternyata memanjang ke dalam gitu jadi sebenarnya masih cukup luas untuk menampung orang-orang yang haus akan nasi babi guling di siang hari. Di sini aku dan Devi makan paroan (pesan sepiring dibagi dua) karena jujur perut ini sudah ga bisa memuat lagi makanan. Sedangkan Iren dan Elis tetap memesan satu porsi karena mereka ingin menikmati lauknya lebih banyak. Harga satu porsi dari nasi babi guling ini Rp 40.000. Untuk rasa, ini nasi babi guling yang paling gw suka. Biasanya gw tuh ga gitu suka-suka amat sama nasi campur ala Bali ini. Tapi ini beda! Bahkan untuk perutku yang sudah membuncit ini saja aku masih tetap bisa menyisihkan ruang untuk diisi oleh nasi babi guling ini. Emang sih aku cuma makan lauknya dan sedikit nasi. Habis kalau makan nasinya aku tidak sanggup lagi...
Setelah puas dengan kenikmatan nasi babi guling Pak Malen, kami minta di antar ke Ayana Resort. Tujuan kami adalah Rock Bar yang ada di dalam resort tersebut. Saat sampai di sana Rock Bar masih belum buka, karena jam bukanya adalah jam 16.00 WIT. Untuk menunggu, kami jadi foto-foto dulu saja di resort tersebut. Saat beberapa menit mendekati jam empat sore, kami pergi ke Rock Bar deh. Untuk ke sana saja kami harus mengantri. Soalnya untuk menuju ke Rock Bar harus menggunakan "lift" turun ke bawah gitu dan "lift" tersebut hanya ada dua, satu untuk turun ke Rock Bar dan satunya digunakan untuk pergi dari Rock Bar.
Mengantri masuk Rock Bar ini merupakan suatu tantangan tersendiri. Maklum cuaca di Bali puanas sekali, sedangkan kami harus mengantri di alam terbuka yang membuat kami harus terpapar sinar matahari langsung. Weleh-weleh, sampai di Rock Bar sudah kucal dan kusam karena keringat nih. Tapi sisi positifnya kita bisa melihat pemandangan pantai dari atas tebing gitu. Keren loh!! Oh ya, biasanya orang-orang mengunjungi Rock Bar itu untuk menikmati sunset. Jadi kalau terlambat masuk ke Rock Bar, kita pasti tidak akan dapat tempat yang oke buat melihat sunset. Berhubung kami datangnya sangat tepat waktu (satu jam sebelum buka kami sudah sampai dong), kami dapat spot yang oke lah buat melihat sunset. Namun spot oke buat lihat sunset bukan berarti spot oke untuk menunggu sunset. Gila!!! Panas banget bro! Meski sudah diberi payung untuk menghalangi sinar matari, tetap saja udaranya panas sekali. Es dalam minuman yang kami pesan saja dalam beberapa menit sudah hilang karena mencair saking panasnya. Beruntung saat kami duduk di tempat masing-masing, pelayan dengan sigap memberi kami handuk dingin. Wah lumayan banget buat menyegarkan tubuh. Handuknya juga bisa dipakai buat menutupi kaki dari paparan sinar matahari langsung, maklum posisi duduk kami membuat kami terpapar sinar matahari dari arah depan. Karena kepala dan badan bisa ditutupi oleh payung, namun kaki tetap terpapar sinar matahari langsung. Oleh sebab ini juga kakiku berubah warna jadi merah layaknya kepiting rebus, maklum terpanggang matahari bro.
Akhirnya... |
Pemandangan Rock Bar dari Tempat Antri Lift Pulang |
Setelah puas lihat sunset, kami menuju ke Jimbaran untuk santap seafood terkenal di Bali. Ko Andi menyarankan ke Jimbaran Bay Seafood (JBS) karena menurutnya di sana memiliki rasa masakan yang paling enak di antara semua tempat makan seafood Jimbaran. Katanya sih tempat makan seafood di Jimbaran ini harganya semua sama karena dikelola oleh satu koperasi gitu yang menetapkan harga yang sama untuk semua tempat, tinggal pilih saja mau di tempat mana karena yang membedakan dari jajaran tempat makan seafood di Jimbaran tentu cara masak dan rasa. Aku sendiri tidak bisa berkomentar soal rasa seafood-nya. Habis perutku masih kenyang, jadi di JBS aku cuma makan satu buah kelapa saja, sup jagung yang disuguhkan, serta buah semangka sebagai penutup. Kalau kata teman-teman sih ikan bakarnya enak (mereka memesan ikan bakar dan kerang bakar), namun mereka kesal karena pelayan wanita di sana tidak ramah. Saat memilih ikan untuk dibakar, mbo-nya jutek gitu , sehingga membuat teman-teman jadi kesal.
Seusai dari JBS, awalnya kami ingin kembali ke Hotel untuk mandi dan beristirahat. Namun kami memutuskan untuk mampir dulu ke Motel Mexicola untuk merasakan suasana bar di Bali. Di Motel Mexicola ini lagu-lagu yang diputarnya asik-asik. Bukan lagu-lagu EDM yang jedag-jedug, tapi lagu-lagu macam Despacitto gitu. Jadi alunan musiknya membuat pengunjung bergoyang aloha. Aku sendiri di sana asik menonton pengunjung yang bergoyang. Lalu dekorasi di Motel Mexicola ini juga bagus. Namun sayangnya di sana panas tidak ada pendingin ruangan. Jadi Elis selalu komplain kepanasan. Hihih. Akhirnya kami cuma sebentar saja di sana dan berjalan kaki kembali ke hotel. Jaraknya sama hotel tempat kami menginap ini hanya selemparan batu saja. Dekat banget bo...
Yak, begitulah perjalanan makan kami hari itu. Tapi kenapa judulnya gelas petjah??? Jadi cerita epic hari ini adalah payung yang menutupi Devi dan Elis tak sengaja tersenggol oleh Devi, sehingga payung tersebut hampir jatuh. Tapi bukan payungnya yang jatuh, melainkan gelas minuman Devi yang jatuh dan pecah akibat tersenggol oleh payung. Padahal Devi baru minum dua teguk dari minumannya dan belum cukup rasa perih karena harus bayar minuman sangat mahal, tangan Devi juga ternyata tergores pecahan gelasnya. Oooh poor Devi...(ಥ﹏ಥ) Karena kejadian ini juga, aku dan Iren jadi parno dan ganti-gantian jagain payung gitu supaya tidak terjadi kejadian serupa.
#kembar5trip #100Kfortwosipofbeer
Retweet Pik yang Gusto, murah banget itu gelato jadi g langsung pesen 2 cup buat g sndiri, ampe diketawain ama kasirnya, lho. wkwkwk Tapi, gak sewaw yang dibayangkan sih emang rasanya.
ReplyDeleteU pergi pas lagi musim liburan juga sih ya jadinya rame banget. Kalau g dulu pas abis Gunung Agung meletus itu, walau akhir taun jadinya termasuk sepi di sana. wkwkwkwk
hahahaha lucu juga sampe diketawain kasir >.<
DeleteIyaa pas lagi tanggal merah kan itu hehehe
jadi emang ruamaaaii deh haaha~
Iya, g macem bocah girang gitu pas nenteng2 gelato 2 cup 🤣🤣
DeleteOh yang pak malen juga endes pisan itu euy.. nah kan jadi pengen 🤤🤤
hahahaha tapi ga kebanyakan mei ampe 2 cup? itu berarti kan 4 scoop? @@
Deleteiya parah si Pak Malen enaknya ga ketulungan hahaha
G emangnya demen banget ama ice cream dkk sih, pik. Tapi ya akhirnya kenyang banget makan 2 cup, dan sebelumnya juga abis makan ribs nya Nuri's XD
DeletePak Malen napa gak buka cabang di jakarta aja sih ya #ngarep
Hahaha mantap! Tapi kapan lagi ya kalo ga pas di Bali ihihih
Deletekalo buka cabang ntr jadi ga ke bali lagi dong Mei hahaha