Jalan-Jalan ke Belitung : City Tour Belitung Timur
28 Desember 2017
Hari ini kami diajak untuk berkeliling kota Belitung Timur. Ada apa sih di sana? Ini nih lokasinya SD Laskar Pelangi dan Kampung Ahok!
Oke sebelum ke sana, kami harus isi perut dulu nih karena perjalanan ke Belitung Timur dari Grand Hatika Hotel itu cukup jauh ya. Yaiyalah sob jauh. Soalnya kan seperti jalan dari ujung Barat ke ujung Timur. Pak Mi'at pun mengajak kami untuk menyeruput kopi terkenal di Belitung sambil memesan menu sarapan yang kami suka. Untuk biaya kopinya sudah termasuk ke dalam paket tour ya. Nah kalau pesan makanan lagi ya dikenakan biaya lagi. Saat itu gw memesan bubur ayam untuk mengisi perut saya yang lapar. Tak lupa juga saya memesan kopi susu untuk mencoba seperti apa sih kopi khas Belitung itu?
Ah saya sampai lupa untuk memberitahu nama tempatnya. Kedai Kopi Kongdjie, ya itu nama kedai kopi terkenal di Belitung. Lokasinya tak jauh dari Grand Hatika Hotel, cukup 15 menit saja sudah sampai ke lokasi. Terus dekorasi kedainya kece gitu. Kalau kata anak jaman now sih instagramable gitu deh. Ada banyak grafiti-grafiti kece yang bisa dijadiin spot foto.
Sembari menunggu pesanan kami datang, beberapa dari antara kami bermain Exploding Kitten. Card game ampas yang tidak membutuhkan strategi bagus-bagus amat karena hampir sebagian besar bisa menang karena luck. Sementara sebagian dari kami asik berfoto di spot-spot foto kece di sana.
Setelah perut kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan ke Belitung Timur. Butuh waktu lama ya untuk sampai ke sana. Sekitar 1 jam kami baru tiba di Replika Sekolah Laskar Pelangi. Saat di perjalanan, hujan mengguyur cukup deras. Puji Tuhan saat kami sampai, hujan sudah berhenti. Namun karena di sana tanah di gerbang masuknya berupa tanah merah, jadi becek-becek licin gitu dan ugh sangat ga nyaman untuk saya yang memakai sendal jepit. Soalnya pasti jadi nyeplak-nyeplak nyiprat ke betis deh. #apasih
Dari gerbang masuk hingga ke replika sekolahnya cukup jauh ya jalannya. Tapi ga jauh-jauh amat kok. Haha. Lalu ternyata ukuran dari replika sekolahnya tidak besar. Benar-benar cuma satu kelas saja gitu. Buat kalian yang sudah menonton Laskar Pelangi pasti akan lebih senang karena bisa merasakan berada di dalam scene Laskar Pelangi gitu. Hihihi. Berhubung saya belum pernah menonton Laskar Pelangi, jadi ya gitu deh. Haha Hanya berfoto-foto ria saja. Di depan sekolahnya terhampar luas halaman yang di ujungnya tumbuh ilalang. Padang ilalangnya masih belum tinggi. Jadi agak kurang bagus untuk jadi spot foto. Namun ya kami tetap berfoto di sana. Hihi
Seusai dari sana, kami pun melanjutkan perjalanan ke Museum Kata Andrea Hirata. Tidak jauh loh, cukup 10 menit saja sampai. Untuk masuk ke sini kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp 50.000. Mahal? Ya tidak juga kok. Soalnya kalau di luar negeri untuk masuk ke museum bisa beratus-ratus ribu. Selain itu kita tidak cuma mendapat tiket masuk saja, tapi kita juga mendapatkan buku saku Laskar Pelangi. Keren kan?! Namun kata Kibo saat dulu dia ke sana, dia bisa masuk begitu saja karena tidak ada tembok depannya gitu yang membentengi Museum Kata ini. Bahkan katanya tidak ada biaya tiket masuk saat itu. Hmm ya karena sekarang sudah jadi spot wisata, jadi sudah tidak gratis lagi kali ya. Saat masuk ke dalam. Uiih! Keren banget. Warna-warni. Buat pecinta sastra, pasti suka deh di sini. Saya sih senang karena banyak sekali spot foto keren di sini. Hahaha.
Sesudah sesi foto-foto cantik di Museum Kata Andrea Hirata, kami melanjutkan perjalanan ke Kampoeng Ahok. Untuk ke sini pun tidak memakan waktu lama, hanya 5 menit saja. Jadi baru nempel di kursi eh sudah harus turun lagi. Di sini kami tidak begitu lama. Hanya masuk ke depan rumah Ahok dan berfoto di kursi yang disediakan di halaman rumah. Rumahnya gedong gitu. Besar. Berbeda sekali arsitekturnya dengan rumah-rumah yang sebelumnya kami lewati di sepanjang jalan Belitung.
Selanjutnya kami sempatkan berkunjung ke Vihara Dewi Kwan Im sebelum kami makan siang (yang benar-benar super late). Di sini teman kami yang beragama Budha menyempatkan diri untuk sembayang. Sedangkan yang lain foto-foto lagi. Haha~ Untuk sampai ke patung Dewi Kwan Im membutuhkan tenaga ekstra untuk menaiki tangga yang banyak. Saya sendiri tidak sampai ke puncaknya karena malas menaiki tangga. (・∀・)
Oh untuk yang tidak suka anjing, hati-hati di vihara ini banyak anjing kampung berkeliaran meminta makan. Ada anak anjingnya juga. Hehe.
Next, untuk makan siang kami diantar pak Mi'at ke Rumah Makan Fega. Cuaca saat itu mendung kembali. Di sini ada spot foto keren juga. Kita bisa berjalan ke daerah yang di sisi-sisinya adalah air laut. Bahkan ada seperti nahkoda kapal gitu di ujungnya. Jadi seperti replika kapal gitu deh. Namun sayang saat itu hujan deras sekali. Jadi kami sama sekali tidak dapat berfoto di sana. Bahkan untuk kembali ke mobil saja kami harus hujan-hujanan karena tidak ada satupun di antara kami yang membawa payung. Huft. Untuk makanan di sini ya makan seafood. Biaya makan di sini sudah termasuk ke dalam paket tour. Untuk rasa sih menurut saya kurang enak ya. Di menu ini pun dihidangkan sup ikan yang lagi-lagi cuma saya yang memakannya. Haha.
Selanjutnya kami diantar ke PANTAI! Wuhuuuu~ Tapi di sini kami tidak basah-bsasahan karena memang kami tidak sama sekali mempersiapkan baju. Jadi di sana kami hanya foto-foto loncat gitu dan menikmati suasana pantai saja.
Setelah itu kami pun kembali ke daerah hotel kami. Perjalanan cukup lama karena memang jauh dari Timur ke Barat. Haha. Karena hari sudah gelap jadi kami memutuskan untuk pergi ke tempat makan malam saja. Kami diajak makan malam di Kampong Belitong Timpo Duluk. Di sini kami diajak untuk merasakan cara makan masyarakat Belitung, makan bedulang disebutnya. Jadi makanan ditutup dalam tudung saji dan yang berhak untuk membuka tudung saji tersebut adalah orang yang paling tua. Dia pulalah yang harus membagikan nasi. Satu dulang untuk empat orang. Isinya ada 5 macam makanan khas Belitung. Ada baso ikan yang seperti baso tahu, ada "rendang" ayam, semacam sayur karedok karena ada kacang panjang mentah di situ, sup ikan kuah kuning, dan sambal. Karena kami semua masih kenyang, kami tidak begitu menikmati makan malam itu. Saya yang sudah muak dengan sup ikan pun tidak menyentuh sama sekali sup ikannya. (-_-;) Untuk rasa, baso ikannya bau amis deh. Karedoknya lumayan enak meski pedas, dan "rendang" ayamnya juga lumayan lah. Di samping diajak cara makan bedulang, kami juga bisa merasakan suasana tempoe doeloe di sini. Banyak sekali barang-barang kuno yang dipajang di sini. Ada radio jadul, piringan hitam, ditampilkan juga taksi pertama di Belitung. Di sini juga ada live music. Namun sayang penyanyinya memiliki suara yang agak sumbang. Tapi tak apa, at least he try. Untuk biaya makan malam di sini sudah termasuk ke dalam paket tour. Uwaa~
Selanjutnya kami pun kembali ke hotel untuk mandi dan beristirahat. Namun seperti biasa sebagian dari kami pergi bermain di kamar Septian, Budhi, dan Ko Mario.
Kesimpulannya: Selain pantai, Belitung juga menyuguhkan wisata kota yang menarik. Napak tilas film Laskar Pelangi menjadi daya tarik tersendiri untuk kota Belitung. Jangan sampai kelewatan ya bagi kalian yang pergi ke Belitung!
Kopi Susu |
Setelah perut kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan ke Belitung Timur. Butuh waktu lama ya untuk sampai ke sana. Sekitar 1 jam kami baru tiba di Replika Sekolah Laskar Pelangi. Saat di perjalanan, hujan mengguyur cukup deras. Puji Tuhan saat kami sampai, hujan sudah berhenti. Namun karena di sana tanah di gerbang masuknya berupa tanah merah, jadi becek-becek licin gitu dan ugh sangat ga nyaman untuk saya yang memakai sendal jepit. Soalnya pasti jadi nyeplak-nyeplak nyiprat ke betis deh. #apasih
Dari gerbang masuk hingga ke replika sekolahnya cukup jauh ya jalannya. Tapi ga jauh-jauh amat kok. Haha. Lalu ternyata ukuran dari replika sekolahnya tidak besar. Benar-benar cuma satu kelas saja gitu. Buat kalian yang sudah menonton Laskar Pelangi pasti akan lebih senang karena bisa merasakan berada di dalam scene Laskar Pelangi gitu. Hihihi. Berhubung saya belum pernah menonton Laskar Pelangi, jadi ya gitu deh. Haha Hanya berfoto-foto ria saja. Di depan sekolahnya terhampar luas halaman yang di ujungnya tumbuh ilalang. Padang ilalangnya masih belum tinggi. Jadi agak kurang bagus untuk jadi spot foto. Namun ya kami tetap berfoto di sana. Hihi
Seusai dari sana, kami pun melanjutkan perjalanan ke Museum Kata Andrea Hirata. Tidak jauh loh, cukup 10 menit saja sampai. Untuk masuk ke sini kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp 50.000. Mahal? Ya tidak juga kok. Soalnya kalau di luar negeri untuk masuk ke museum bisa beratus-ratus ribu. Selain itu kita tidak cuma mendapat tiket masuk saja, tapi kita juga mendapatkan buku saku Laskar Pelangi. Keren kan?! Namun kata Kibo saat dulu dia ke sana, dia bisa masuk begitu saja karena tidak ada tembok depannya gitu yang membentengi Museum Kata ini. Bahkan katanya tidak ada biaya tiket masuk saat itu. Hmm ya karena sekarang sudah jadi spot wisata, jadi sudah tidak gratis lagi kali ya. Saat masuk ke dalam. Uiih! Keren banget. Warna-warni. Buat pecinta sastra, pasti suka deh di sini. Saya sih senang karena banyak sekali spot foto keren di sini. Hahaha.
Sesudah sesi foto-foto cantik di Museum Kata Andrea Hirata, kami melanjutkan perjalanan ke Kampoeng Ahok. Untuk ke sini pun tidak memakan waktu lama, hanya 5 menit saja. Jadi baru nempel di kursi eh sudah harus turun lagi. Di sini kami tidak begitu lama. Hanya masuk ke depan rumah Ahok dan berfoto di kursi yang disediakan di halaman rumah. Rumahnya gedong gitu. Besar. Berbeda sekali arsitekturnya dengan rumah-rumah yang sebelumnya kami lewati di sepanjang jalan Belitung.
Selanjutnya kami sempatkan berkunjung ke Vihara Dewi Kwan Im sebelum kami makan siang (yang benar-benar super late). Di sini teman kami yang beragama Budha menyempatkan diri untuk sembayang. Sedangkan yang lain foto-foto lagi. Haha~ Untuk sampai ke patung Dewi Kwan Im membutuhkan tenaga ekstra untuk menaiki tangga yang banyak. Saya sendiri tidak sampai ke puncaknya karena malas menaiki tangga. (・∀・)
Oh untuk yang tidak suka anjing, hati-hati di vihara ini banyak anjing kampung berkeliaran meminta makan. Ada anak anjingnya juga. Hehe.
Next, untuk makan siang kami diantar pak Mi'at ke Rumah Makan Fega. Cuaca saat itu mendung kembali. Di sini ada spot foto keren juga. Kita bisa berjalan ke daerah yang di sisi-sisinya adalah air laut. Bahkan ada seperti nahkoda kapal gitu di ujungnya. Jadi seperti replika kapal gitu deh. Namun sayang saat itu hujan deras sekali. Jadi kami sama sekali tidak dapat berfoto di sana. Bahkan untuk kembali ke mobil saja kami harus hujan-hujanan karena tidak ada satupun di antara kami yang membawa payung. Huft. Untuk makanan di sini ya makan seafood. Biaya makan di sini sudah termasuk ke dalam paket tour. Untuk rasa sih menurut saya kurang enak ya. Di menu ini pun dihidangkan sup ikan yang lagi-lagi cuma saya yang memakannya. Haha.
Selanjutnya kami diantar ke PANTAI! Wuhuuuu~ Tapi di sini kami tidak basah-bsasahan karena memang kami tidak sama sekali mempersiapkan baju. Jadi di sana kami hanya foto-foto loncat gitu dan menikmati suasana pantai saja.
Setelah itu kami pun kembali ke daerah hotel kami. Perjalanan cukup lama karena memang jauh dari Timur ke Barat. Haha. Karena hari sudah gelap jadi kami memutuskan untuk pergi ke tempat makan malam saja. Kami diajak makan malam di Kampong Belitong Timpo Duluk. Di sini kami diajak untuk merasakan cara makan masyarakat Belitung, makan bedulang disebutnya. Jadi makanan ditutup dalam tudung saji dan yang berhak untuk membuka tudung saji tersebut adalah orang yang paling tua. Dia pulalah yang harus membagikan nasi. Satu dulang untuk empat orang. Isinya ada 5 macam makanan khas Belitung. Ada baso ikan yang seperti baso tahu, ada "rendang" ayam, semacam sayur karedok karena ada kacang panjang mentah di situ, sup ikan kuah kuning, dan sambal. Karena kami semua masih kenyang, kami tidak begitu menikmati makan malam itu. Saya yang sudah muak dengan sup ikan pun tidak menyentuh sama sekali sup ikannya. (-_-;) Untuk rasa, baso ikannya bau amis deh. Karedoknya lumayan enak meski pedas, dan "rendang" ayamnya juga lumayan lah. Di samping diajak cara makan bedulang, kami juga bisa merasakan suasana tempoe doeloe di sini. Banyak sekali barang-barang kuno yang dipajang di sini. Ada radio jadul, piringan hitam, ditampilkan juga taksi pertama di Belitung. Di sini juga ada live music. Namun sayang penyanyinya memiliki suara yang agak sumbang. Tapi tak apa, at least he try. Untuk biaya makan malam di sini sudah termasuk ke dalam paket tour. Uwaa~
Makan Bedulang |
Kesimpulannya: Selain pantai, Belitung juga menyuguhkan wisata kota yang menarik. Napak tilas film Laskar Pelangi menjadi daya tarik tersendiri untuk kota Belitung. Jangan sampai kelewatan ya bagi kalian yang pergi ke Belitung!
No comments: