Declutter

Decluttering atau bahasa lain dari beberes merupakan hal yang kadang-kadang gw suka. Iya, gw suka beres-beres. Eh tapi kalau disuruh beres-beres sih malah gw ga suka. Emang dasar ga suka disuruh-suruh aja 😁 

Nah ngomongin beres-beres, tentu saja tidak lepas juga dari menyingkirkan barang-barang lama. Terus weekend kemarin saat gw pulang ke rumah orang tua, gw pun menyingkirkan barang-barang lama gw dari lemari kamar. Ya tujuannya tentu supaya rapi, eh tapi lebih tepatnya supaya lemari itu bisa diisi dengan barang-barang lain (baca: baju mama).

Saat beres-beres itu, gw menemukan jaket lama gw. Karena nonton acara The House Detox yang telah di-review dengan ciamik sama kak Eno, gw pun langsung menerapkan salah satu tips yang diberikan, yaitu foto barang lama yang memiliki kenangan tersebut supaya bisa dibuang. Tujuan foto barang tersebut adalah agar kenangannya tersimpan dalam sebuah foto. Terus bisa juga berikan komentar terhadap foto tersebut supaya bisa mengingatnya.

Nah jaket lama gw tersebut termasuk ke dalam barang yang penuh kenangan buat gw. Makanya masih disimpan hingga kini, padahal dipakai pun tidak. Cuma disimpan saja sebagai kenang-kenangan yang berakhir cuma menuh-menuhin lemari. Jaket itu adalah jaket angkatan gw di klub Design Graphic saat masih SMP dulu. 

Kala itu klub Design Graphic merupakan salah satu ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Sesuai dengan namanya, di klub ini kami para anggotanya diajarkan untuk membuat design secara digital. Gw masih ingat jelas saat gw belajar menggunakan Corel Draw, juga belajar menggunakan Adobe Flash Player. Yang paling seru tentu saja saat belajar menggunakan Adobe Flash Player. Karena dengan aplikasi tersebut, gw bisa menciptakan sebuah animasi sederhana. Contohnya membuat animasi bola yang memantul atau bola menggelinding. Seru banget deh buat gw yang masih ingusan saat itu. Kalian ga perlu bayangin animasi yang gimana. Jujur aje gw cuma bisa bikin animasi yang superrr sederhana. Kalau disuruh bikin animasi kaya anime gitu sih gw angkat tangan juga. Wong gw bikinnya aja pake stick man gitu kalau mau munculin orang. HAHAHA.

Eh tapi kalau disuruh pakai aplikasi itu lagi, gw juga udah lupa deh. Habis cuma gw pakai saat berstatus anggota Klub Design Graphic saja sih. 😌😌😌

Jaket Angkatan

Bisa kalian lihat kan jaket tersebut tertera angka 07/08 yang berarti gw masuk di klub Design Graphic di tahun 2007 sampai 2008. Masih bocah ingusan ye. Hehe. FYI, di klub tersebut anak cewenya sedikit. Soalnya peminatnya lebih banyak anak cowo (yaeyalah, kan anak cewenya dikit =.=). Anak cewe yang lain sih pada ikutan ekskul pramuka atau engga jurnalistik. Eh tapi gw juga ikutan ekskul Keterampilan Wanita waktu SMP. HAHAHA. Tapi kayanya ekskul itu gw ikutin pada tahun 2006/2007 deh.

Kalau ditanya ngapain aja saat ekskul Keterampilan Wanita, ya sesuai dengan namanya, ngerjain kerjaan seperti belajar menjahit, belajar menyulam, juga belajar membuat keterampilan tangan dari pita/benang. Ini juga merupakan ekskul yang gw suka. Tentu saja isinya anak-anak cewe. Namanya juga Keterampilan Wanita. 😁😁😁

Selain gw mengabadikan jaket angkatan nan tua itu yang kini sudah berada di tangan entah siapa. Gw bilang entah siapa karena gw buang jaket ini ke dalam dua karton yang isinya juga baju-baju lama gw, adek gw, dan mama. Gw buangnya ke depan rumah, biar berkah buat pemulung bisa dapet baju-baju bagus. Hehe. Iya gw bilang bagus karena memang masih bagus. 😝 Gw juga mengabadikan dua tas yang menurut gw ada kenangan di dalamnya.

Yang pertama tas ini:

Ada yang tau itu karakter apa? Yup, Jack Skelington, si tengkorak yang merupakan karakter utama di film The Nightmare Before Christmas. Yang kenal gw pasti tau kalau gw penyuka The Nightmare Before Christmas. Sejak SMP gw sudah mengoleksi segala macam pernak pernik yang ada gambar si Jack atau si Sally, dkk. Nah tas slempang ini merupakan tas yang gw beli sendiri pakai uang hasil ngumpulin uang jajan sehari-hari. Iye gw nabung dan uang tersebut gw pakai buat beli tas slempang ini. Nemu tas ini juga ga sengaja sebenarnya saat mampir ke sebuah toko di perempatan jalan Johar dekat rumah temen gw. Pas nemu tas ini, langsung saja gw beli! Nemu barang dengan karakter ini merupakah hal yang langka buat gw yang tinggal di kota kecil. Makanya gw ga pake pikir panjang dah. Langsung beli aja tanpa ba bi bu be bo dan gw SENENG banget karenanya.

So pasti besokannya gw pake ni tas slempang ke sekolah dengan hati berbunga-bunga. Rasanya bangga dan seneng aja gitu pakai tas dengan karakter kesukaan. Dompet gw juga sudah bergambar si Jack. Jadi matching gitu buat bocah ingusan kala itu.

Tas yang kedua adalah ini:

Pesona Indonesia

Tau ga hayo itu logo apa?? Iklannya suka beberapa kali muncul di TV dan logonya suka bersliweran di busway ibukota. Yup, itu adalah logo dari Kementrian Pariwisata kita. Tas itu adalah tas laptop gitu. Gw dapat saat gw mengerjakan proyeknya Kementrian Pariwisata. Kementrian Pariwisata punya proyek percepatan 10 destinasi pariwisata supaya jadi Bali baru. Nah dibuatlah semacam FGD gitu untuk para stakeholder supaya bisa berkumpul dan berdiskusi agar proyek pak Jokowi ini bisa cepat rampung. Usai FGD tersebut, diberikan souvenir berupa tas laptop tersebut, tentunya selain tas laptop masih ada juga beberapa souvenir lain seperti kaos dan buku. Gw sebagai panitia juga kebagian cuy dan tas laptop ini sudah gw pakai untuk beberapa waktu lama. Kini, gw udah ga pakai tas ini lagi. Nah daripada menuhin lemari, jadilah gw buang alias sumbangkan ke orang yang lebih membutuhkan ketimbang gw. Tentunya gw foto dulu karena ada kenangan di dalam tas ini.

Begitulah sesi beres-beres gw akhir pekan kemarin. FYI, akibat beres-beres itu, gw bersin-bersin seharian dong. Emang dasar ya idung gw sensitif. Untung saja sekarang sudah sembuh. 🤧

Kalau kalian, tipe yang suka beres-beres dan buang barang yang sudah ga kepakai atau tipe yang "ah sayaang kalau dibuang...suatu saat juga dipakai kok"??

Kacamata


Kacamata bisa dibilang adalah benda wajib yang harus dekat denganku setiap saat. Ya begitulah nasib penderita rabun jauh sejak kecil begini jadinya. Ga bisa lepas dari kacamata. Kacamata ini tuh seperti bagian dari tubuhku gitu. Kalau ga ada dia, kerjaku jadi terhambat. Ibaratnya kalau lagi sakit, misal flu, berarti kan hidung lagi ga bener (mampet). Terus kerja pasti jadi terhambat kan??? Nah gitu juga kalau kacamataku kenapa-kenapa. Aku bisa nangis di pojokan kalau sampai kacamata ini rusak. 😭😭😭

FYI, aku sudah memakai kacamata sejak diriku masih taman kanak-kanak. Gila kan?! Untuk ukuran aku di masa kecil, ini termasuk gila. Soalnya ga ada tuh teman sebayaku yang sudah pakai kacamata. Cuma aku doang dan aku harus pakai kacamata terus sampai sekarang. Ejekan "si mata empat" sudah pastilah jadi makanan sehari-hariku di masa sekolah dulu. Eh untungnya berhenti sih sejak masuk SMP. Hehe. 😬

Penyebab diriku pakai kacamata, mungkin karena memang dapat DNA dari orang tua yang memang juga berkacamata. Menurut riset, orang Asia itu biasanya punya kelainan mata alias rabun jauh. Makanya ga heran deh kalau banyak yang berkacamata di Asia ini. Iya ga sih?

Selain karena DNA, kata mamaku, saat kecil aku tuh bandel. Kalau nonton TV, maunya dekat-dekat. Terus karena kurang pengawasan juga kali ya karena kedua orang tuaku sibuk kerja, jadinya ga ada yang awasin aku supaya nontonnya jangan terlalu dekat. Ditambah aku memang pada dasarnya suka baca buku. Awalnya buku cerita, terus cerpen, terus majalah (bobo), dan berakhir ke komik. Komik sih yang paling parah. Kalau sudah baca komik, ga bisa berhentii!!! 😅😅😅 Tapi kalau sekarang sih sudah ga segila dulu. Ceritanya pembelaan. Tapi racunnya sekarang ya laptop dan gadget. Jadi sama aja ya. 😆

Kalau ditanya berapa minus mataku? Ah sudahlah, ga perlu kujawab. 🤓 Beberapa orang menyarankanku untuk lasik saja. Tapi aku takut 😆. Biarin deh ga apa, aku tetap bermata empat. Beberapa juga menyarankanku untuk pakai softlens. Tapi aku merasa lebih nyaman kerja pakai kacamata. Kalau jalan-jalan sih ga apa deh ga pakai kacamata. Hehe.

Karena kacamata ini sudah seperti bagian dari diriku, bikin kacamata juga jadi rutinitas tahunanku. Hampir setiap tahun aku pasti pergi ke optik untuk bikin kacamata baru. Ya tentu saja bikin baru karena minusku bertambah. Ugh! 😔 Untungnya sejak SMA, minusku sudah mulai stagnan dan jadinya aku ga tiap tahun ganti kacamata. Eh tapi tetap sih aku suka minta ganti karena lensanya sudah mulai baret-baret atau bingkai kacamatanya sudah mulai bopel. 😝 

Meski begitu, ga pernah tuh dalam kamusku, kacamata sampai pecah ataupun patah sehingga aku harus mendadak bikin kacamata. Aku selalu menjaganya dengan apik. Seperti yang tadi kubilang, sudah seperti bagian dari diriku. Jadi aku betul-betul menjaganya dengan baik.

Padahal pernah loh mukaku ketimpuk bola, untungnya si kacamata ini ga pecah. Pernah juga beberapa kali jatuh. Tapi tetap aman. Sampai akhirnya, kemarin malam aku menjatuhkan kacamataku dan voila. ..bingkai kacamataku patah dong. Nangislah aku di pojokan. 😭😭😭 Eh engga sih. Soalnya aku masih menyimpan kacamata lamaku. Jadi aku masih terselamatkan dengan pakai kacamata lama. Kalau ga ada kacamata lama, wah ga tau deh. Aku bisa stress dan beneran nangis di pojokan deh.

Sehabis insiden itu, tentu saja aku langsung merengek minta diantarkan ke optik untuk beli kacamata baru. Ga mungkin aku bertahan dengan kacamata lamaku ini karena ya namanya juga kacamata lama, sudah ga enak dipakai. And yes, sekarang aku menderita dengan memakai kacamata lamaku ini!!!

Ah rasanya ingin cepat-cepat pergi ke optik!! Tapi lagi PSBB gini, optik mana yang buka ya? Hmm. Tapi suami bilang, Sabtu nanti aku akan diantarkan ke Optik untuk cari frame baru. Yeay! Jadi ingin cepat-cepat hari Sabtu.

Kalau kalian, pernah punya pengalaman yang sama denganku? Eh ini sih pertanyaan khusus buat yang pakai kacamata... Hehe

Jalan-Jalan ke Jepang: Osaka Museum of Housing and Living

Osaka Museum of Housing and Living

Sebelum aku ceritain jalan-jalanku di Osaka pada hari ketiga, aku mau bagiin itinerary yang telah aku suami buat.

Itinerary Hari Ketiga

Nah jadi pagi-pagi kami berangkat dari penginapan langsung ke Osaka Museum of Housing and Living yang berada di Tenjimbashi, Osaka. Sebelumnya, kami sarapan dulu cup noodle dari Jepang rasa kari. Enaak! Bedanya sama cup noodle di Indonesia, cup noodle ini tuh bumbu dan topping-nya ga diplastikin lagi. Jadi langsung saja seduh dengan air panas. Ga perlu acara gunting-gunting pembungkusnya kaya di Indonesia. Selain ga bikin banyak sampah plastik, juga bikin lebih cepat bikin mi instannya. Eh tapi karena ga diplastikin, jadi ga bisa seawet cup noodle Indonesia.

Sarapan Cup Noodle Rasa Kari

Oke lanjut! Kami memutuskan ke Osaka Museum of Housing and Living karena rekomendasi dari Kitin, teman kuliah kami dulu yang memang tinggal di Osaka saat ini. Sesuai dengan rute yang tertera pada itinerary, kami turun di stasiun Tenjimbashisujirukochome lalu jalan kaki ke Osaka Museum of Housing and Living.

Lokasi museum ini berada di sebuah gedung gitu. Kami sempat bingung menemukannya. Soalnya ga gitu keliatan sign dari museum ini!! Menurut Google Maps, kami sudah sampai di lokasi. Tapi saat melihat sekitar, kok kaya ga ada museum gitu. Oh ternyata oh ternyata, kami harus masuk ke dalam gedung gitu. Terus baru deh menemukan museumnya!!

Setelah melewati eskalator nan panjang, kami langsung melihat tempat masuk ke museum. Lalu kami membeli tiket masuk serta diminta untuk meletakkan barang-barang kami ke dalam loker. Iya, tas ga boleh masuk ke dalam museum. Jadi kami cuma bawa ponsel dan dompet. Setelah itu, kami pun memulai perjalanan seru kami di dalam museum.

Jadi pertama-tama kami lewat lorong gitu. Di lorong tersebut kita bisa melihat ke bawah lewat jendela kaca besar, lokasi desa Osaka jaman dulu. Bukan miniaturnya loh. Tapi dibuat replikanya gitu. Jadi kita beneran bisa berpetualang di desa itu. Tidak besar sih. Tapi cukup lah untuk merepresentasikan kota Osaka saat itu. Nah habis itu kita bisa masuk deh ke replika desa tadi. Ada toko mainan, toko aksesoris, toko alat tulis, toko buku, tempat permandian air panas, toko baju (kimono), juga rumah penduduk.

Saat memasuki desa, kita ditawarkan untuk menyewa kimono yang bisa kita pakai selama di museum. Tapi kami tidak sewa, selain karena mahal, juga karena sayang aja cuma pakai sebentar. Hehe.

Di area toko mainan, kita bisa mencoba permainan jaman dulu. Seperti baling-baling yang bisa berputar kalau kita gesek-gesekkan kayu ke batang baling-baling. Ada pula mainan dari kayu dan kain gitu yang kalau kita putar, dia akan berbalik-balik dan berubah warna. Sulit dijelaskan. Harus dicoba langsung! Hehe. Unik banget mainan yang satu ini.

Di area ini juga kita bisa nonton pemutaran film pendek gitu. Dalam Bahasa Jepang sih. Jadi aku ga begitu mengerti saat nonton. Intinya sih diceritakan tentang seorang anak kecil yang hilang dan dicari-cari di area pertokoan yang ada di museum tersebut.

Lampu dan back sound di area ini juga berubah loh. Jadi ada nuansa pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Bahkan ada nuansa hujan jugaa! Berasa beneran kaya di desa. Hehehe. Aku pun berasa kaya di luar ruangan gitu loh! Padahal sebenarnya ini tuh di dalam gedung. Pas lagi nuansa hujan, aku refleks bilang ke suami gini dong "Wah hujan!!! Kita ga bawa payung, ayo neduh!!!!" Terus langsung dikasih tampang meh sama suami dan bilang "Kita di dalam gedung oi!" Terus ku cuma bisa senyum dan garuk-garuk kepala. "Iya juga ya. Berasa kaya lagi di luar sih!!"

Lanjut ke area miniatur, di sini kita bisa lihat miniatur-miniatur kota Osaka dari masa ke masa. Sungguh cantik! Miniaturnya ada yang bisa bergerak juga. Keren sekali.

Osaka Museum of Housing and Living

Foto di atas dari kiri atas itu adalah tiket Osaka Museum of Housing and Living. Sebelah kanannya itu mesin jahit jaman dulu. Mesin jahit ini seperti mesin jahit mamaku yang digerakkan dengan menginjakkan kaki pada pedal supaya jarum jahitnya bisa bergerak. Lalu di kanan bawah itu foto toko mainan di area replika desa Osaka. Sebelahnya adalah foto yang kuambil dari area miniatur. Cantik ya miniaturnya!

Miniatur Taman Ria

Miniatur taman ria tersebut bisa bergerak loh! Sungguh cantik dan bagus! Terawat juga. Memang harga yang dibayarkan sebanding dengan perawatan yang dilakukan. Semoga museum di Indonesa bisa meniru perawatan yang ada di Jepang ini.

Miniatur Perlombaan Perahu

Mendekati jam makan siang, kami memutuskan untuk menyudahi sesi jalan-jalan kami di Osaka Museum of Housing and Living. Selanjutnya kami berjalan ke arah Den Den Town. Kami ga jadi ke Shinsekai karena tidak memungkinkan bagi kami untuk ke sana. Sudah keburu kelaparan. Jadi kami pilih makan siang di kedai seadanya. Eh tapi ga seadanya juga sih. Kami makan di Ehiya yang berlokasi di pasar gitu. Tapi rasa tendon yang kami pesan super enak!

Tendon ini adalah rice bowl gitu dengan beberapa macam gorengan. Ada tempura alias udang goreng, ubi goreng, ikan goreng, serta telur goreng. Wah ini enak banget! Padahal tempatnya ga begitu besar dan berada di pasar gitu. Tapi rasanya uenak pol!

Usai makan kenyang, kami belanja ria deh di Den Den Town. Di sini tempatnya buat para pecinta anime. Action figure di sini murah-murah loh! Perlu dicatat, soal harga di sini menurutku paling murah sih. Soalnya kalau di Yodobashi gitu masih lebih mahal sedikiittt. Bahkan dibanding di Radiokaikan pun masih lebih murah di sini. Menyesal ga beli banyakan di sini #eh

Kalap Liat Spot Studi Ghibli

Sesuai jadwal, kami ga bisa berlama-lama di Den Den Town. Makanya kami ga begitu banyak belanja di sana. Dari Den Den Town kami jalan kaki ke Namba-Yasaka Shrine. Iyah jalan kaki 😣 FYI, jaraknya sekitar 1 km lebih... Pas jalan ke arah Namba-Yasaka Shrine ini, suami berasa napak tilas ke tempat penginapan dia di Osaka tahun lalu. Benar saja! Ternyata di sebrang Namba-Yasaka Shrine ini adalah penginapan doi. Tapi saat itu, dia malah ga ke Namba-Yasaka Shrine yang cuma tinggal nyebrang selemparan batu doang. Eh malah ke Namba-Yasaka Shrine sama aku yang butuh effort jalan kaki 1 km. HAHAHA.

Namba-Yasaka Shrine ini khasnya adalah patung kepala singa besar. Jadi pastikan untuk berfoto bersama icon Namba-Yasaka Shrine ini. Hehee.

Namba-Yasaka Shrine

Usai foto-foto di Namba-Yasaka Shrine, kami melanjutkan perjalanan kami untuk shopping spree ke Yodobashi dan Hankyu Sanba Gai. Untuk mencapai dua toko ini, kami ke Namba Station dan turun di Umeda Station. Di sini kami belanja sambil nunggu Kitin yang kami ajak untuk ketemuan.

Oia, di sini aku memohon sama suami untuk mampir ke toko sepatu karena aku ga kuat lagi untuk pakai ankle boots. Sumpah ya. Mau sok gaya-gayaan tuh cuma menyiksa diri ini. Dari awalnya aku pede untuk pakai boots terus selama di Jepang, akhirnya hari ini aku nyerah juga dengan beli sneakers. Soalnya aku jalan uda kaya siput. Apalagi kalau nemu tangga! Beuh like hell! Jadi saranku, kalau mau gaya sok-sokan pakai heels, mending bawa sepatu cadangan juga. 😆😆😆

Di Hankyu, banyak barang yang unik-unik. Salah satunya benih tanaman yang bisa kita tumbuhkan di rumah. Tempatnya di dalam botol kecil, ada juga yang di semacam keramik? Ingin kubeli rasanya, eh tapi ga bisa karena itu tanaman. Nanti kena di imigrasi lagi.

Nanam Nanas?

Setelah bertemu Kitin, kami melepas rindu dan kami diajak kitin makan ramen kaldu kerang di tempat langganan doi. Awalnya kami mau makan ke kedai yang menjual kushikatsu enak. Eh tapi kedainya tutup dong. Apes... Jadi kami diboyong untuk cobain ramen kaldu kerang deh yang tidak jauh dari Umeda.

Tempat ramen ini dua lantai, namun tetap saja kecil. Buat makan di sini kami harus nunggu 3 antrian. Wuooow ramenyaa. Kata Kitin, tempat ini terkenal dan ga heran makannya harus antri. Untuk antrinya, kami berdiri di luar kedai, ada spot untuk antrinya gitu pake tiang. Pernah ingat ga antrian boba Xin Fu Tang pas baru buka? Nah antrinya begitu kira-kira kalau sedang ramai. Kitin bilang kami termasuk yang beruntung karena cuma menunggu 3 antrian. Biasanya bisa kaya antrian Xin Fu Tang yang baru buka ituuu. Panjaaang bos kaya ular.

Berhubung sedang musim gugur dan malam hari, suhu saat itu cukup dingin buatku. Untung aku ga begitu lapar. Masih bisa tahan jadinya. Hehe. Kalau ke daerah sini, jangan lupa kalian cobain ramen kaldu kerang ini! Rasa ramennya lain daripada yang lain!!! Eh tapi buatku sih tetap masih lebih suka yang berkaldu creamy alias tonkotsu ramen. Cuma ramen yang ini unik rasanya dan enak.

Usai makan kenyang, aku bilang ke Kitin pengen ngerasain makan di izakaya. Lalu kami pun diantar untuk pergi sana. Hihihi. Izakaya itu semacam kedai angkringan malam gitu. Jual jajanan dan minuman keras tentunya.

Di izakaya yang kami pilih cap cip cup, kami pesan sate-satean dan cocktail. Kitin sendiri sih pesannya sake. Aku dipilihkan untuk beli cocktail karena rasanya manis dan enak. Betul loh rasanya enak!! Eh tapi kalau belum cukup umur jangan minum ya! Beralkohol. 😄😄😄

Meski kadar alkoholnya tidak begitu besar, mukaku merah dong kaya tomat!!! Wadow wadow. Disangka mabuk kali ya aku sama orang-orang. Padahal aku ga mabuk sama sekali loh! Paling sedikit keleyengan #eh

Setelah itu kami berpisah deeeh dan kembali ke tempat masing-masing. Kitin sendiri memang tinggal tidak jauh dari tempat penginapan kami. Paling beda satu stasiun saja....

Begitulah perjalanan hari ketiga kami di Osaka.

Kalau kalian, ada yang suka pergi ke museum juga? Atau shopping spree aja? Hehehe.

Jalan-Jalan ke Jepang: Main Seharian di Universal Studio Japan

Main Seharian di Universal Studio Japan

Hari kedua diriku dan suami di Osaka, kami sudah berencana untuk pergi ke Universal Studio Japan seharian. Sebelum pergi, tentu kami sudah cek dulu ramalan cuaca. Kalau hujan kan berabe dan malah ga bisa main banyak atraksi! Beruntung hari itu ramalan cuaca cerah, jadi kami pede saja ga akan hujan seperti malam kemarin.

Baca juga: Jalan-Jalan ke Jepang - Universal Studio Japan

Pada pos sebelumnya, aku sudah ceritain tentang Universal Studio Japan (USJ). Pos tersebut lebih ke tips-tips yang perlu disiapkan sebelum berangkat ke USJ. Nah sedangkan pos kali ini, aku mau ceritain pengalamanku hari itu. Kejadian apa saja yang dialami sebagai kenang-kenangan untuk dibaca di masa depan. Mana tau kan anak cucu baca pos ini. 😁

Jadi meski kemarin malam badan rasanya rontok karena lelah perjalan menuju tempat penginapan, kami tetap bangun pagi di hari kedua kami di Jepang! FYI, kemarin kan aku sudah bangun jam 3 subuh waktu Indonesia, nah hari kedua ini aku bangun jam 6 waktu Jepang yang lebih cepat 2 jam ketimbang waktu Indonesia. Berarti hari ini aku bangun jam 4 subuh waktu Indonesia!!! Kurang tidur? Sudah pasti! 😅 Tapi aku ga mau bermanja-manja dengan bobok terus karena itu bisa dilakukan nanti di Indonesia!! HAHAHA. Sekali lagi, dasar anak TI yang pengen efektif efisien, jalan-jalan pun harus efektif dan efisien dalam memanfaatkan waktu yang ada.

Baca juga: Hari Pertama ke Jepang - Kehujanan

Setelah mandi, iya akhirnya aku dan suami mandi pagi karena air panasnya jalan!! Thanks God!! Kami bersiap-siap. Tentu saja yang paling lama siap-siap aku karena dandan dulu biar cantik karena nanti akan banyak sesi foto! #Eh. Jam setengah 9 pagi pun akhirnya kami jalan ke stasiun kereta terdekat dari penginapan.

Tak lupa kami sarapan dulu dengan mampir ke コンビニ (Fam*ly M*rt) dekat penginapan yang sejalan ke arah stasiun Shin-Imamiya yang kami tuju. Di コンビニ aku cukup galau pilih onigiri yang mana yang mau kubeli. Habis semuanya rasanya pengen kucoba >.< Tapi akhirnya pilih 2 rasa yang nanti makannya bisa join sama suami gitu. HEHEHE.

Tak lupa aku bawa botol minum supaya nanti di theme park bisa refill minum dan GA USAH beli minum lagi. #autohemat. Tau sendiri kan kalau main di theme park pasti teriak-teriak dan butuh minum air banyak. Nah makanya aku sudah siap sedia dengan botol minum yang bisa diisi dengan tap water yang tersebar banyak di USJ.

Setelah sampai di USJ, wah gila sih, baru juga buka tapi sudah penuh lautan manusia dari sejak kami keluar stasiun kereta yang memang khusus ke arah USJ saja. Ini juga berarti semua orang yang dalam kereta itu sudah tentu tujuannya ke USJ.

Kami berjalan kaki masuk ke arah gerbang masuk. Nah tiket USJ ini sudah kami beli juga di Indonesia. Tiketnya kami cetak di kertas HVS terus dalam tiket tersebut sudah ada barcode yang bisa di-scan di gate masuk USJ. Kami juga sudah beli Universal Xpress Pass untuk menghindari antrian panjang. Kalau Universal Xpress Pass ini cukup tunjukkin saja dari aplikasi HP kepada petugas USJ saat masuk ke suatu atraksi.

Ada kejadian yang perlu kuceritakan saat antri masuk. Jadi petugas USJ itu selain memastikan para pengunjung scan ticket dengan benar, juga akan memeriksa isi tas. Nah kalau kedapatan bawa makanan dan minuman, akan diminta untuk dihabiskan atau ditinggalkan. Tidak boleh dibawa masuk seperti kalau kita naik pesawat terbang!! Aku yang sudah pernah ke USJ satu kali, tentu tahu akan hal ini. Makanya aku cuma bawa botol minum saja supaya bisa refill air di dalam. #eh.

Jadi dua orang cewe bule di depan kami kedapatan membawa permen coklat dalam tasnya. Langsung lah oleh petugas diminta untuk ditinggalkan dengan menyimpannya dalam loker di luar USJ atau dihabiskan atau dibuang. Dua turis tersebut pun menyingkir sejenak karena snack coklat yang dibawanya tersebut. Lalu giliran aku deh yang scan ticket dan diperiksa isi tasnya. FYI, botol minumanku meski masih berisi setengah air mineral masih diperbolehkan untuk dibawa masuk. Jadi kalian aman tuh kalau mau bawa botol minum dan refill air di tap water sepertiku. 😁

Setelah masuk, tentu saja hati ini berdegup kencang karena gembira bisa masuk ke sini!!! Langkah kaki kami pun cepat supaya ga ada wasting time karena transportasi. #eh. Langsung saja kami menuju atraksi pertama yang akan kami coba,  yaitu Harry Potter and the Forbidden Journey yang dua tahun lalu kulewatkan permainannya!!! Ah akhirnya penyesalanku di masa lalu bisa tertebus 😁😁😁

Karena Harry Potter and the Forbidden Journey merupakan salah satu wahana yang paling diminati, tentu saja antriannya lumayan lama. Eh tapi saat aku ke sana, sebetulnya waktu antriannya sekitar 45 menit. Waktu antrian ini termasuk tidak terlalu lama bagi kalian yang tidak beli Universal Xpress Pass. Jadi si suami agak menyesal juga karena selama kami bermain wahana-wahana di USJ, rata-rata waktu antriannya terbilang cepat. 😅😅 Yah ga apa, toh tetap kami bisa langsung main wahananya karena punya Universal Xpress Pass tanpa harus antri kan...

Intinya kali kedua aku ke sini, aku main semua wahana yang ada!! Terutama atraksi yang kulewatkan saat pertama kali ke USJ seperti Harry Potter and the Forbidden Journey, Flight of the Hippogriff, Space Fantasy, Despicable Me Minion Mayhem, Freeze Ray Sliders, dan Jurassic Park - The Ride. Parah banget kan aku melewatkan semua atraksi tersebut, terutama atraksi di The Wizarding World of Harry Potter dan Minion Park!!

Saat aku pergi, atraksi yang baru buka itu SING on Tour. Sebetulnya ini lebih ke nonton pertunjukkan karakter SING secara LIVE. Tidak begitu seru buat yang ingin adrenalinnya dipacu.

Ah tapi aku tetap tidak mau naik atraksi The Flying Dinosaur, selain karena takut, juga karena cuaca dingin. Ya bayangin aja naik roller coaster dengan kaki menggantung karena ceritanya kita itu dibawa terbang sama Pteranodon. Kebayang ga? Lalu aku juga ga naik Hollywood Dream - The Ride. Nah kalau yang ini karena takut...takut masuk angin! HEHEHE.

Selama di USJ kali ini, aku puasss asss asss. Soalnya bisa naik wahana-wahana yang terlewatkan saat pertama kali pergi ke sini, main atraksi yang sama lebih dari sekali, juga karena suasana baru USJ. Aku ke sana kan saat musim gugur akhir, jadi temanya sudah mulai masuk winter gitu. Bahkan gelas butter beer yang dijual itu yang edisi khusus winter. Jadi ada corak seperti es gitu looh ❄❄❄

Terus aku juga beli tempat pop corn berbentuk minion bernama Bob dengan style Christmas gitu. Pop corn bucket ini edisi khusus winter gitu! Lucu banget loh!!! Kucek-cek di ebay, pop corn bucket yang special edition itu bisa dihargai sebesar Rp 1.000.000 loh!! Mantep ga tuh? Jadi kalian kalau pergi saat momen tertentu, misal musim dingin, sedang Haloween, dll, jangan lupa beli souvenir USJ karena bisa dijual mahal!

Bob Pop Corn Bucket yang Kubeli

Gelas butter beer edisi winter yang kuceritakan sebelumnya juga bisa dihargai mahal. Nah lucunya, saat itu kan aku open jastip. Karena aku suka dengan rasa butter beer, aku beli dong butter beer yang cuma bisa kurasakan di sana kenikmatannya. Aku belinya pakai cup kertas saja karena gelas butter beer sudah pernah kubeli. Eh terus di sore hari, ada temanku yang jastip gelas butter beer-nya!! Alhasil kami antri beli butter beer lagi 😂😂😂 FYI, gelas butter beer tersebut bisa didapatkan kalau beli dengan isinya, jadi bukan beli gelasnya doang. Jadilah kami minum butter beer dua kali.

FYI butter beer itu cuma bisa dibeli di area The Wizarding World of Harry Potter. Jadi kami memang dua kali ke sana, yaitu saat pertama nyampe di USJ, juga saat sore ke malam hari karena ada acara puncak di sana. Acara puncaknya adalah pemutaran film gitu dengan Hogwarts Castle sebagai latar. Biar kebayang, jadi ditembakan cahaya proyektor ke arah Hogwarts. Jadi Hogwarts tampak hidup gituu seperti ada salju turun di atasnya. Sungguh indah!

USJ - The Wizarding World of Harry Potter

Tapi sayangnya, semua film itu dalam Bahasa Jepang. Jadi aku tidak begitu mengerti narator ngomong apa. 😂😂😂

Malam hari sekitar hampir pukul 8, kami sudah beranjak keluar dari area bermain USJ. Tak lupa kami ber-selfie dulu di globe Universal Studio yang berada di area luar taman bermain. Setelah itu, kami memilih untuk makan di resto Universal City karena perut sudah keroncongan. Setelah putar-putar area makanan, akhirnya pilihan kami jatuh ke Bistro 309 yang menawarkan makanan dengan cita rasa barat.

Saat kami memesan makanan, kami agak kesulitan karena pelayan Bistro 309 tidak bisa menggunakan Bahasa Inggris. Lebih tepatnya, menu yang diberikan itu cuma pakai Bahasa Jepang dan ga ada gambarnya yang membuat kami lebih sulit menentukan pilihan makanan. Kemampuan Bahasa Jepangku saat itupun super minim, jadi aku pilih saja makanan yang kanjinya sedikit banyak aku mengerti.

Aku ingat aku sempat mengucapkan Bahasa Jepang tentang makanan seperti gohan, niku, dan tori niku. Tapi pelayan pun mengucapkan Bahasa Jepang dengan kurang jelas dan suaranya agak kecil. Makin ga ngerti aku dibuatnya. HAHAHA.

Beruntung makanan yang keluar masih dapat kami terima dan rasanya pun oke...

Bistro 309 - Universal City

Menu yang kiri adalah menu yang suami makan. Dipesan karena melihat ada katakana チ-ズ yang berarti cheese alias keju. Sedangkan menu yang disebelah kanan itu daging ayam dengan mushroom sauce. Menu itu pun dipilih karena ada tulisan tori yang berarti ayam. Setiap porsi ini disajikan dengan gohan alias nasi. Gile banyak bener dah. Nasi yang ada tidak kami makan karena too much.

Setelah kenyang, kami pun pulang ke penginapan kami kembali. Oh ya, selama di Osaka, kami cuma menginap di satu tempat di daerah Ebisuhonmachi. Kami malas kalau harus pindah-pindah tempat penginapan terus, makanya cuma dipilih satu saja selama di Osaka. Kami pilih di daerah itu pun karena cukup dekat ke Dotonburi. Ya meski masih harus naik kereta sih. Jalan kaki bisa sih, cuma lama saja karena sekitar 2 km.

FYI, malam ini air panasnya jalan!! Untunglah, jadinya bisa mandi deeeh. Hehehe 😂😂😂

Yak begitulah hari keduaku di Jepang, main seharian di Universal Studio Japan. Memang sih kalau ke sini tuh ga bisa cuma sebentar! Harus satu hari dikhususkan untuk ke Universal Studio Japan. Kalau kalian akan seharian juga ga ke Universal Studio Japan? Atau malah beli tiket untuk dua hari?

Jalan-Jalan ke Jepang: Kehujanan

Pos kali ini aku mau ceritain kedua kalinya aku jalan-jalan ke Jepang. Trip ke Jepang kedua ini kulakukan bersama dengan suami. Ceritanya honeymoon gitu. 🙈🙈🙈

Awal cerita kenapa aku bisa melancong ke Jepang adalah karena si suami chat aku di akhir Maret 2019 terkait harga tiket ke Jepang pulang pergi dari Indonesia. Entah ada angin apaan, dia cek-cek aplikasi jualan tiket pesawat gitu dan nemu harga murah gitu untuk perjalanan ke Jepang. Setelah bergalau-galau ria, akhirnya diputuskan beli tiket PP ke Jepang saat itu karena harga yang sangat menggiurkan. FYI, untuk penerbangan pergi tanggal 18 November 2019 dan pulang di tanggal 30 November 2019, harga tiket pesawatnya adalah Rp 3,8jt. Lalu pesawat yang kami naikin adalah ANA Airlines baik untuk pergi maupun untuk pulang. Penerbangannya pun direct. Gila kan?! Makanya langsung deh kami cus beli tiket tersebut. Sebagai tambahan, fasilitas ANA itu sama kaya Garuda, dapat makan dua kali dan kursi yang nyaman. At least untuk penerbangan panjang itu, kaki ga sakit-sakit amat karena jarak lutut ke kursi depan yang sempit. Juga ga kelaparan karena dapat makan 2x.

Oke setelah dapat tiket murah tersebut, masih banyak tuh persiapan yang harus dilakukan sebelum akhirnya menginjakkan kaki di negeri sakura itu. Tapi aku ga mau ceritain itu di pos ini. Mungkin lain kali kalau aku niat >.< Di sini aku mau ceritain kejadian hari pertama saat sampai di Jepang.

Singkat cerita, tanggal 18 November 2019 lalu aku dan suami berangkat honeymoon ke Jepang. Flight kami jam 06.20 WIB. Pagi juga kan?! Jadi subuh-subuh sekitar jam tiga atau empat pagi, kami sudah cus tuh ke bandara Soekarno-Hatta. Daripada ketinggalan pesawat, mending berangkat pagian saja deh kan. Tau sendiri kondisi jalanan Jakarta. Ga bisa diprediksi guys!

Untunglah perjalanan kami ke bandara Soekarno-Hatta tidak terhambat macet. Kami tiba di bandara sekitar pukul setengah 5 pagi? Aku lupa tapi yang jelas aku dan suami ga terlambat lah. Hehehe. Terus jadwal berangkat on schedule dan kami landing pukul 13.40 WIB berarti 15.40 waktu Jepang. Sampainya pun ga terlambat. Masih sesuai jadwal.

Makan Siang di Pesawat

Oia, karena berangkat pagi, kami diberi sarapan berupa mix kacang gitu sebungkus dan roti. Menu sarapan gitu deh ceritanya. Aku suka sama kacang bungkusnya. Pengen minta lagi tapi malu 😆. Buat rotinya itu, roti tawar dengan di tengahnya berisi spagethi. Dingin guys makanannya. Jadi kurang enak. Hmm. Suami jadi ga makan itu karena ga suka. Aku sih makan aja karena mubazir kan kalo ga dimakan. 😅

Kemudian untuk makanan kedua adalah saat makan siang. Makanannya dapat dilihat pada gambar. Untunglah ada sosis kesukaanku. Sebenarnya ditawarin dua pilihan menu. Yang satu menu ala Jepang dan satunya menu ala Barat. Aku pilih yang ala Barat saja karena kalau yang Jepang nanti kan aku di Jepang akan tiap hari makan ala Jepang. Biar ga bosen gitu. Hehehe.

Buat makan siang ini lumayan lah. Meski sedikit hambar? Kurang micin. Ah dasar anak micin. Jadinya ga gurih-gurih enyoy gitu. Buat makan siangnya, lagi-lagi si suami ga habisin. Terutama yang ada mayonnaise-nya karena doi benci itu. Kalau makan mayonnaise, dia bisa muntah. 😅 Jadi side dish dari makanan kedua ini tidak dimakan sama sekali sama doi. Aku pun demikian. Tapi diicip-icip sedikit lah. FYI, side dish-nya dingin. Jadi bikin kurang napsu juga.

Nah ini jadwal yang kami rencanakan hari itu

Jadi setibanya kami di bandara Narita, kami langsung cus ambil bagasi dan langsung menuju ke bagian pembelian tiket kereta. Kami antri di depan ticket machine untuk beli Suica. Suica ini semacam e-money yang bisa dipakai untuk bayar tiket kereta dan bus, juga buat belanja di コンビニ (minimart) di Jepang.
Suica Card

Antrinya lumayan lah ada kali 10 orang yang antri beli di tiap mesinnya. Padahal ada 3 mesin yang beroperasi. Agak lama karena ada beberapa orang yang kurang paham menggunakan machine untuk beli Suica ini. Aku pun membantu tante yang ada di depanku supaya doi bisa lebih cepat beli tiketnya. Biar ga bottle neck! Lagi-lagi dasar anak TI, mikirnya efisien efektif melulu. 😳

Setelah dapat Suica, kami cus ke bagian JR Pass. Yup kami sudah beli JR Pass sejak di Indonesia dan tinggal kami tukarkan saja ke JR Pass yang bisa dipakai di Jepang. Jadi kalau beli di Indonesia itu kaya semacam tiket pesawat gitu, kita musti tukerin ke bagian JR Pass dengan JR Pass seperti di gambar. JR Pass yang kami beli itu untuk 7 hari saja.

JR Pass

Saat itu juga kami langsung pesan tiket shinkansen ke Osaka supaya dapat kursi di shinkansen. Kalau ga pesan tiket, duduknya nanti rebutan. Berhubung perjalanan dari Tokyo ke Osaka itu 3 jam, jadi kami pilih beli seated ticket supaya bisa nyaman saat di shinkansen. Oia, pesan tiket shinkansen sudah tidak perlu bayar lagi karena kan sudah pakai JR Pass. Dengan JR Pass ini, kita bisa naik kereta JR tanpa perlu beli tiket lagi. Tapi kenapa beli Suica? Nah Suica ini fungsinya untuk naik kereta/bus/subway yang bukan JR.

Petugas JR Pass itu English friendly alias bisa ngomong Bahasa Inggris dengan baik. Jadi ga perlu segan tanya apapun sama doi. Dia juga akan jelasin rute untuk menuju Osaka. Tentunya kami diberikan peta rute kereta JR sebagai pegangan kami untuk cari rute kereta.

Nah berhubung kami langsung pesan tiket shinkansen, waktu kami ga banyak, jadi kami harus tiba di stasiun tempat naik shinkansen-nya tepat waktu (aku lupa nama stasiunnya apa). Ya namanya juga Jepang. Sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu. Jadi kami sebagai turis pun dituntut tepat waktu. Hahaha.

Sebagai gambaran, kereta di Jepang itu ada banyak. Rutenya pun naujubile banyaknya. Ga kaya di Indonesia. Kalau di Indonesia kan kereta api itu cuma dikelola oleh PT KAI. Kalau di Jepang ada banyak perusahaan yang mengelola kereta. Salah satunya ya si JR itu. JR Pass pun cuma bisa digunakan untuk kereta JR dan bus JR (yaiyalah). Untuk subway gitu ga bisa deh jadinya. Kadang ada yang lebih deket naik subway ketimbang kereta. Terutama kalau lagi di Osaka, enakan naik subway daripada kereta JR. Cuma biar hemat, tetep pake jalur JR. 😁

Baca juga: Main Seharian di Universal Studio Japan

Oke balik lagi, jadi kami langsung tuh buru-buru menuju stasiun tempat kami naik shinkansen. Kalau ga salah kami tuh cuma dikasih waktu satu jam lebih dikit supaya ga telat naik shinkansen ke Osaka. Makanya kami buru-buru dah. Terus ga boleh sampe nyasar. Untung suami udah tiga kali ke Jepang dan pergi sama aku ini yang keempat kalinya. Aku pun ini kedua kali ke Jepang, jadi sudah ga kaget buat baca peta kereta Jepang. Google Maps juga sangat membantu loh untuk menentukan rute jalan.

Ah sebagai penyelamat, suami sudah sewa pocket wifi dari Indonesia supaya kami bisa internetan selama di Jepang. Pocket wifi ini sudah kami terima sejak di Jakarta dan bisa langsung diaktifkan saat touchdown di Jepang. Ini penyelamat banget nih! Memang sih di Jepang banyak wifi gratis, tapi punya akses internet sendiri adalah pilihan kami supaya membantu kami melalang buana di Jepang. Jangan lupa fitur auto update applications di HP dimatikan dulu, supaya kuota internetnya ga habis terpakai untuk update aplikasi yang ga perlu. Roaming di HP juga diatur supaya mati. Biar ga kena biaya roaming juga.

Setelah kami sampai di stasiun tempat naik shinkansen, kami masih ada waktu untuk beli makanan dulu. Di peron situ, ada semacam warung gitu. Nah di situ aku beli beberapa onigiri dan minuman. Selama di perjalanan, kami ganjel dulu deh pake onigiri tersebut. Satu onigiri sekitar 100 yen lebih. Minumnya pun 100 yen juga. Kalau dirupiahkan, hmm, ga murah. Kalau di Indonesia kan air mineral cukup dengan Rp 3.000 dan paling mahal Rp 5.000. Di sana, boro-boro bisa dapat segitu. Paling murah juga 100 yen. 🙃

Perjalanan menuju Osaka dari Tokyo itu sekitar 3 jam. Jadilah kami sampai di Osaka sudah malam, sekitar pukul 8 malam saat itu. Rencana untuk makan malam di Dotonburi gagal total karena setibanya kami di Osaka, langit sedang menangis. Apalagi kami masih harus check in ke tempat penginapan. Oleh sebab itu, kami langsung putuskan saja menuju tempat penginapan yang sudah kami sewa jauh-jauh hari.

Saat berjalan kaki dari stasiun terdekat dari tempat penginapan, perutku sudah keroncongan. Aku menyesal ga makan dulu di stasiun supaya bisa lebih punya tenaga berjalan di tengah hujan. Apalagi kan aku harus gerek koper besar saat berjalan menuju penginapan. Huft. Untunglah kami melewati satu tempat makan yang masih buka. Sialnya tempat makan itu tidak menerima dine in, cuma bisa take away. Saat itu sudah ada tiga orang yang menunggu pesanannya jadi. Menunggunya pun ga duduk ceu. Berdiri!! Memang sih tempat makannya kecil. Jadi di dalam itu cuma muat empat orang lah yang berdiri. Empat orang saja pun sudah penuh sesak. Idealnya tiga orang sih di dalam. Berhubung kami bawa dua koper besar, suami menunggu di luar dan aku di dalam. Di sinilah ilmu Bahasa Jepang yang kupunya saat itu digunakan. Tapi lebih tepatnya cuma pakai bahasa tubuh sih. HAHAHA.

Aku memesan dua bento set yang harganya kedua paling murah. Murah pun sudah 1000 yen. Hmm. Kami menunggu lumayan lama di situ. Setelah pesanan jadi, kami lanjutkan kembali berjalan kaki. Sumpeh ini menyiksa banget. Gerek koper untuk cari tempat kami menginap di tengah hujan. Perut pun makin lapar guys karena cuma makan satu onigiri selama di shinkansen. Kebayang ga nyiksanya?? 😭 Satu lagi, berhubung kami berangkat di pertengahan November, saat itu Jepang masih musim gugur, jadi suhu saat itu sudah sekitar 17 derajat alias DINGIN. Ditambah hujan, hmm, nikmat dah. Apalagi kelaparan. Makin nikmat lagi rasanya.

Terus ya, jarak dari stasiun ke tempat kami menginap sekitar 800 meter kali ya, baru setengah perjalanan, hujan makin lebat. Kalau nerobos, pasti basah kuyub. Jadi kami berteduh dulu di depan satu toko yang sudah tutup. Lumayan ada kanopinya sedikit buat neduh. Sambil neduh, kami makan satu set bento yang tadi kami beli. Sekali lagi, uda kelaperan cuy terus dingiiiin. Aku mending makan pinggir jalan gitu dah daripada kelaparan terus masuk angin.

Kondisi saat itu sepi pejalan kaki, selain karena hujan, juga karena sudah malam. Sekitar jam sembilan malam. Beda dengan Jakarta yang jam sembilan malam masih ramai lalu lalang mobil dan motor, di Osaka sepi. Sedikit mobil yang lewat. Motor apalagi, kayanya aku ga menjumpai ada motor lewat. Pejalan kaki pun masih hitungan jari yang lewat. Suasana itulah yang menemani kami saat itu makan malam di pinggir jalan. Bento yang kami beli seadanya itu terasa sungguh nikmat. Entah karena memang enak atau karena aku kelaparan. 🤣🤣🤣

Setelah satu set bento habis, hujan masih ga begitu reda. Tapi mau sampai kapan kami neduh di situ. Waktu sudah setengah sepuluh malam. Akhirnya kami putuskan untuk lanjut saja jalan kaki sampai penginapan. Toh memang sudah tidak begitu jauh. Sampah bento kami, tetap kami bawa. Soalnya ga ada tempat sampah! Di Jepang memang terkenal sih sampah itu dipilah-pilah dulu baru dibuang. Mungkin karena banyak bener kategori pemilahan sampahnya, jadi tempat sampahnya pun minim. Hehehe.

Setibanya kami di tempat penginapan, kami sudah tidak perlu lagi bertemu dengan pemilik penginapan. Kuncinya itu sudah ada di dalam gembok dengan kode kombinasi empat angka. Kebayang ga? Jadi gemboknya itu besar. Panjangnya sekitar setelapak tanganku lebih dikit. Nah kalau kode dalam gembok itu sesuai, bisa buka kotak badan gembok yang berisi kunci apartemen. Begitulah cara kami masuk ke tempat penginapan kami.

Tempat penginapan kami selama di Osaka cukup nyaman. Cuma sialnya, air panas pada malam hari itu ga jalan dong?! What the hell?! Aku dan suami sudah agak basah kuyub. Ingin kan rasanya keramas dan shower-an dengan air hangat??? Eh ini adanya air sedingin air es. Aku cuma sanggup cuci muka. Itu saja sudah membuat aku menggigil. >.< Suami bahkan ga sanggup cuci muka, doi cuma sikat gigi dan tuker baju tidur.

Langsung saja aku chat via Airb*b kepada pemilik apartemen. Aku komplain karena air panasnya ga jalan. Ternyata air panasnya itu per batch gitu. Jadi ada tabung besar yang menampung air dan itu akan dipanaskan. Jadi kalau sudah kelewat dari jamnya, air panasnya ga ada. Kalaupun ada juga harus nunggu lama dulu karena musti dipanasin lagi. Sueek. 🙄

Begitulah hari pertama kami jalan-jalan ke Jepang. Penuh perjuangan gitu untuk sampai ke tempat penginapan dan beristirahat >.< Menyesal sih ga bawa payung lipat karena pede kalau ga akan hujan. Huft.