Jarang-jarang nih aku nonton film Indonesia di bioskop. Dasar ga cinta produk negeri sendiri #plak. Sebenarnya aku tuh ga ada niatan sama sekali nonton Mantan Manten ini. Tapi mamaku pengen banget nonton Mantan Manten ini setelah lihat trailer-nya di TV. Dengan semangatnya ngajakin aku buat nonton Mantan Manten. Oke-oke, sebagai anak yang berbakti, aku pun mengiyakan ajakan mama. Langsung saja kupesan dua tiket bioskop Mantan Manten pakai TixID. Nontonya sih di Resinda Park Mall, mall besar di Karawang. Kupilih yang jam 19.00 WIB karena jam segitu sudah santai lah buat kami berdua. Nontonya pun kemarin, 4 April 2019, yang merupakan tanggal tayang perdana Mantan Manten ini. Gila niat banget ga tuh?!
Sedikit review buat XXI Resinda Park Mall...pengunjung di sana saat weekdays itu terhitung sedikit. Jadi sebenarnya aku ga perlu beli tiket online karena beli tiket langsung pun tidak antri panjang kaya di Jakarta. Tapi yasudahlah...
Mantan Manten (2019)
Sutradara
|
:
|
|||
Penulis
|
:
|
|||
Produksi
|
:
|
|||
Jenis Film
|
:
|
Drama
|
||
Censor Rating
|
:
|
13+
|
||
Tanggal Rilis
|
:
|
4 April 2019
|
||
Durasi
|
:
|
1 jam 42 menit
|
||
Sinopsis
|
:
|
Sebagai manajer investasi terkenal, Yasnina
(Atiqah Hasiholan) punya segalanya. Kehidupan glamor, kekayaan dan Surya
(Arifin Putra), tunangan yang sangat mencintainya. Namun ketenangan hidup
Yasnina harus berakhir ketika ia dikhianati oleh Iskandar (Tyo Pakusadewo)
dalam sebuah kasus di perusahaannya.
Dalam sekejap harta Yasnina habis tak bersisa.
Tak hanya itu, rencana pernikahannya dengan Surya juga di ujung tanduk. Ardy
(Marthino Lio), asisten Yasnina mengingatkan bahwa ia masih memiliki sebuah
villa di Tawangmangu yang tidak disita karena belum pindah nama. Villa itu
kini menjadi harapan satu-satunya Yasnina untuk bangkit lagi.
Namun untuk mengambil kembali villa tersebut,
Yasnina harus menjadi asisten seorang dukun manten bernama Marjanti (Tutie Kirana). Bisakah Yasnina memenuhi syarat dari Marjanti dan bangkit dari
keterpurukannya?
|
Review Mantan Manten (2019)
Berhubung aku ini bukan penonton yang emang pengen nonton Mantan Manten, jadi aku memang tidak punya ekspektasi apapun akan bagusnya film ini. Yang kutahu film ini ada si ganteng Arifin Putra eh dan bercerita drama akan pernikahan. Mungkin karena tentang pernikahan, mama jadi semangat ngajak aku nonton ini karena aku memang sebentar lagi akan menikah #curhat.
Alur permulaan untuk menjelaskan konflik yang ada menurutku sih belum bisa dibilang bagus. Mungkin karena durasi juga kali ya. Jadi penonton dibuat menerka-nerka saja kenapa si Yasnina tiba-tiba ketakutan dan minta pertolongan sama Arifin Iskandar, which is bapaknya Surya Iskandar. Awal-awal aku bahkan ngira-ngira siapa itu Arifin Iskandar..eh belakangan baru tahu kalau dia itu bapaknya Surya Iskandar. Kupikir si Arifin ini bosnya Yasnina saja..ternyata ada hubungan darah sama Surya, tunangan Yasnina.
Terus aku juga bingung, kenapa si Yasnina mau-mau saja gitu nurutin syarat yang diberikan budhe Marjanti. Padahal harusnya si Yasnina ini lebih kuat karena memang dia sudah membeli villa tersebut dari budhe Marjanti. Ah aku juga kurang ngerti sih hukum jual beli properti begini..Apa karena villa tersebut masih atas nama budhe Marjanti kali ya jadi si Yasnina ini tidak kuat di mata hukum. Maka dari itu Yasnina mau tidak mau menuruti syarat yang diberikan Marjanti, yaitu menjadi asisten dukun manten.
Sebagai orang yang tidak mengerti adat Jawa, aku dibuat terpukau dan memahami apa itu pekerjaan seorang dukun manten. Awalnya aku bingung, kok disebutnya dukun manten. Yang ada di kepalaku, seorang dukun manten tuh paling kasih doa-doa gitu buat calon pengantin supaya nanti langgeng pernikahannya. Ternyata ga cuma itu cik. Dia adalah orang yang berperan penting bagi pasangan pengantin budaya Jawa. Kalau ga ada dukun manten yang juga membantu membuat paes, pernikahan Jawa itu ga bisa dilaksanakan. Bahkan untuk bisa melaksanakan tugasnya, seorang dukun manten itu harus semedi, mutih, dan mandi di 7 jenis mata air. Wah wah....Sebegitunya ya ternyata...terus ternyata paes itu begitu sakral loh. Bukan cuma make up yang menandakan pengantin Jawa. Tapi paes itu ga bisa sembarangan dibuat. Harus orang khusus yang bisa melakukannya, yang kita sebut dukun manten itu.
Menjelang puncak film, aku dibuat berurai air mata. Gila!! Film ini bagus banget! Mengajarkan kita untuk ikhlas. Ga paham lagi laaah. Kalau aku jadi Yasnina, aku ga bisa sampai seikhlas itu. Tapi Yasnina punya tanggung jawab dan harus merasa ikhlas untuk melakukannya. The best banget lah buat karakter Yasnina ini.
Intinya sih aku suka sama film ini...Mengajarkan keikhlasan dan juga mengingatkan kita akan budaya Jawa. Bahkan meski jaman sudah modern begini, kita jangan sampai lupa akan budaya Jawa, terutama paes tersebut. Harus diturunkan terus. Jangan sampai ga ada penerusnya.
Rating dari IMDb sebenarnya masih belum bisa dipercaya karena baru 5 users yang kasih rate. Jadi aku bakal tulis rating dariku saja deh kali ini. Buat film Mantan Manten ini kukasih bintang 8 dari 10! Mantap sekali mengocok-ngocok isi hatiku. Huhuhu.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐ (8/10)
Oh ya, ada adegan Nina bersama Ardy sedang bertemu di kedai kopi. Baristanya adalah Chicco Jerikho loh. Mentang-mentang ya si Chicco ini sekarang memang jadi barista kopi, dimasukkan pula ke dalam film ini. Hihihi.
spoiler alert. Jangan baca ini karena ini adalah rangkuman dari film Mantan Manten versiku.
Yasnina adalah seorang manajer investasi yang sangat terkenal. Punya acara talk show di TV sendiri, sering menang penghargaan bergengsi, membuat Yasnina memiliki banyak harta dan reputasi yang luar biasa. Selain itu ia juga punya Surya Iskandar, tunangan yang sangat mencintainya. Di malam penghargaan, Yasnina bahkan dilamar oleh Surya untuk menikah dengannya. Tentu saja Yasnina mengiyakan lamaran Surya tersebut.
Namun sayang, di puncak karirnya tersebut, Yasnina tersangkut kasus investasi bodong. Ia dicap sebagai manajer investasi yang menipu para kliennya. Merasa takut akan tuntutan dari para kliennya yang kelas kakap, ia meminta bantuan dari Arifin Iskandar, bosnya yang berjanji akan melindungi dirinya dari kehancuran. Tapi janji hanyalah janji. Ia dijebak oleh Arifin. Segala harta dan reputasinya hancur seketika. Ia jatuh miskin. Kembalilah ia ke panti asuhan tempatnya dibesarkan.
Surya sebagai tunangannya pun ingin membantunya untuk bangkit dari kehancurannya. Meski memang posisi Surya ini sulit. Secara yang udah menghancurkan Yasnina ini adalah Arifin Iskandar, ayahnya sendiri. Jadi Yasnina pun ragu sama Surya. Meski begitu, Surya berhasil meyakinkan Yasnina agar Surya bisa tetap berada di sisinya.
Untuk membantu Nina, Surya mengajaknya bertemu dengan pengacara agar bisa membalas perbuatan Arifin. Satu-satunya aset yang dimiliki oleh Nina adalah villa di Tawangmangu yang belum sempat ia balik nama sehingga aset tersebut tidak ikut disita. Pengacara tersebut pun bilang untuk menjual aset tersebut agar ia bisa maju melawan Arifin.
Segeralah Nina pergi ke Tawangmangu untuk meminta tanda tangan dari Koes Marjanti, pemilik dari villa sebelum Nina membelinya. Marjanti ini adalah seorang dukun manten. Ia tidak mau begitu saja memberi tanda tangan. Ia memberi syarat pada Nina untuk menjadi asistennya dan tinggal bersamanya selama tiga bulan.
Awalnya Nina menolak tapi ia harus mendapatkan tanda tangan Marjanti. Mau tidak mau Nina pun mengiyakan dan ia menjadi asisten dukun manten tersebut. Ia diajari tahapan-tahapan apa saja untuk melakukan ritual sebagai dukun manten.
Membuat Paes |
Memang maksud dari Marjanti ini adalah menjadikan Nina sebagai penerusnya. Marjanti tidak memiliki anak, sehingga ia takut kalau paes tidak ada yang menerusi. Berkali-kali ia sebenarnya sudah akan dipanggil pulang oleh almarhum suaminya. Namun ia menolak sebelum ia mendapatkan penerus.
"Aku tidak takut leyap dari dunia ini. Yang kutakutkan paes mati ditelan jaman."
Itu sedikit kalimat yang diucapkan Marjanti yang aku ingat. Gila dalem banget ga sih kata-katanya. Pipi basah. Oleh sebab itu Marjanti melatih Nina karena ia melihat bahwa Ninalah yang akan menjadi penerusnya kelak.
Tinggal bersama Marjanti dan berlatih menjadi dukun manten membuat Nina berubah. Ia sekarang sudah menyukai hari-harinya di Tawangmangu bersama Marjanti. Apalagi ketika ia turut andil dalam melaksanakan pernikahan adat Jawa. Namun Surya memberinya kabar bahwa ia akan membawa dua calon pembeli villa tersebut dan meminta Nina untuk menemuinya di Solo. Segeralah Nina berkemas dan pergi ke Solo untuk bertemu Surya. Sebelum pergi, Nina pun berjanji akan segera mentransfer 25% uang hasil penjualan kepada budhe Marjanti setelah Nina berhasil menjual villa tersebut. Marjanti hanya terdiam karena Nina tetap kekeuh untuk menjual villa tersebut.
Di suatu tempat lain, Surya sedang bersama ayahnya dan bertemu dengan kawan dari ayahnya. Namun Surya ijin pamit karena harus bertemu dengan Nina. Ayahnya tahu bahwa Surya berusaha membantu Nina untuk menyerang dirinya. Melihat hal itu, Arifin pun mengancam Surya agar tidak pergi menemui Nina dan nurut dengan arahan darinya. Surya yang ciut dan tak berdaya tanpa topangan dari ayahnya pun hanya bisa pasrah dan merelakan Nina.
Di Solo, Nina yang sudah menanti-nantikan Surya pun mulai gelisah. Ketika malam hari, yang datang ternyata Ardy, asistennya. Melihat itu Nina pun paham bahwa Surya sudah kabur dan tak akan membantunya untuk membalas dendam. Nina pun kembali bersedih dan ia kembali ke rumah Marjanti untuk tetap menjadi asistennya.
Suatu hari Salma (Oxcerila Paryana) dan ibunya datang ke rumahnya. Salma adalah calon pengantin yang meminta bantuan Marjanti untuk memaes dirinya. Saat Salma ingin mencari batik di Solo, Nina pun menawarkan diri untuk menemani Salma mencari batik yang diinginkannya.
Salma menceritakan bahwa pernikahannya tersebut adalah pernikahan yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Ayah Salma dan ayah calon suaminya adalah sahabat karib, sehingga mereka menjodohkan anak-anak mereka. Tak lama, Salma pun menyebutkan bahwa calon suaminya bernama Surya Iskandar dan ayahnya adalah Arifin Iskandar. Sontak Nina pun terdiam dan segera pamit pulang.
Di rumah Marjanti, Nina marah-marah pada Marjanti yang sudah menusuknya dari belakang karena menerima tawaran untuk membantu pernikahan anak dari Arifin. Padahal Nina sudah menceritakan semua kisah hidupnya, termasuk kisah cintanya yang kandas. Namun Marjanti tetap menerima projek dari Arifin tersebut karena Marjanti terikat janji dengan kesultanan. Sedangkan Arifin ini adalah anggota dari kesultanan.
Nina pun langsung segera berkemas-kemas dan pergi meninggalkan Marjanti. Ia menghubungi Ardy untuk menceritakan semua kesedihan dirinya.
Pada malam harinya, Nina bermimpi berada di labirin kebun sirih dan melihat anak kecil berlari. Sebelumnya Nina sudah pernah bermimpi tentang itu namun ia tidak menemukan anak kecil tersebut. Tapi kali ini ia menemukan sebuah pintu yang mirip dengan pintu kamar budhe Marjanti. Ia pun membuka pintu tersebut dan melihat Marjanti. Karena mimpinya tersebut, ia pun segera kembali ke rumah Marjanti dan menemukan bahwa Marjanti sudah tiada. Meninggalnya Marjanti pun membuat keluarga Arifin kebingungan untuk mencari dukun manten pengganti Marjanti. Arifin tahu bahwa Nina-lah dukun manten penerus Marjanti. Ia pun meminta bantuan Nina agar mau menggantikan Marjanti membantu pernikahan anaknya tersebut.
Nina menolak permintaan Arifin mentah-mentah. Setelah semua yang sudah dilakukan Arifin padanya tentu berat bagi Nina membantu Arifin. Apalagi bantuan berupa menjadi dukun manten untuk pernikahan Surya, mantan tunangannya.
Setelah Nina melihat buku harian Marjanti dan ingat pesan Marjanti untuk ikhlas dan bertanggung jawab atas tugas yang sudah diterima tersebut, akhirnya Nina berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas Marjanti tersebut. Bantuan Nina untuk menjadi dukun manten pengganti Marjanti sempat ditolak oleh keluarga Salma. Namun akhirnya bantuan Nina pun diterima setelah keluarga Salma mengetahui bahwa Nina ini memenuhi syarat-syarat menjadi dukun manten.
Pada hari-H, Nina pun sudah memaes Salma dengan cantiknya. Tentu sebelumnya Nina sudah menjalani ritual dukun manten sebelum hari-H agar semua dapat berjalan lancar. Tapi ada satu masalah, baju Surya tidak muat dan keluarga pun bingung karena baju Surya ini tidak muat. Nina pun langsung meminta keluarga untuk keluar dan akan menyelesaikan masalah tersebut. Awalnya Surya ragu, takut Nina akan berbuat macam-macam dan menghancurkan pernikahannya. Tapi Nina meminta Surya untuk percaya padanya.
Nina pun meminta Surya untuk mencopot bajunya. Kemudian Nina menggantungkan baju tersebut dan dengan selinting rokok, ia pun mulai menyalakan rokok dari kotak sakral milik Marjanti. Nina pun lalu menghembuskan asap roko tersebut pada baju Surya. Setelah itu, Nina pun memakaikan kembali baju tersebut pada Surya. Ajaibnya baju tersebut pun kini pas dikenakan oleh Surya. Pernikahan Surya dan Salma pun kini bisa berlangsung. Tentunya dengan arahan dari Nina sang dukun manten.
Di suatu tempat lain, Surya sedang bersama ayahnya dan bertemu dengan kawan dari ayahnya. Namun Surya ijin pamit karena harus bertemu dengan Nina. Ayahnya tahu bahwa Surya berusaha membantu Nina untuk menyerang dirinya. Melihat hal itu, Arifin pun mengancam Surya agar tidak pergi menemui Nina dan nurut dengan arahan darinya. Surya yang ciut dan tak berdaya tanpa topangan dari ayahnya pun hanya bisa pasrah dan merelakan Nina.
Di Solo, Nina yang sudah menanti-nantikan Surya pun mulai gelisah. Ketika malam hari, yang datang ternyata Ardy, asistennya. Melihat itu Nina pun paham bahwa Surya sudah kabur dan tak akan membantunya untuk membalas dendam. Nina pun kembali bersedih dan ia kembali ke rumah Marjanti untuk tetap menjadi asistennya.
Suatu hari Salma (Oxcerila Paryana) dan ibunya datang ke rumahnya. Salma adalah calon pengantin yang meminta bantuan Marjanti untuk memaes dirinya. Saat Salma ingin mencari batik di Solo, Nina pun menawarkan diri untuk menemani Salma mencari batik yang diinginkannya.
Salma menceritakan bahwa pernikahannya tersebut adalah pernikahan yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Ayah Salma dan ayah calon suaminya adalah sahabat karib, sehingga mereka menjodohkan anak-anak mereka. Tak lama, Salma pun menyebutkan bahwa calon suaminya bernama Surya Iskandar dan ayahnya adalah Arifin Iskandar. Sontak Nina pun terdiam dan segera pamit pulang.
Di rumah Marjanti, Nina marah-marah pada Marjanti yang sudah menusuknya dari belakang karena menerima tawaran untuk membantu pernikahan anak dari Arifin. Padahal Nina sudah menceritakan semua kisah hidupnya, termasuk kisah cintanya yang kandas. Namun Marjanti tetap menerima projek dari Arifin tersebut karena Marjanti terikat janji dengan kesultanan. Sedangkan Arifin ini adalah anggota dari kesultanan.
Nina pun langsung segera berkemas-kemas dan pergi meninggalkan Marjanti. Ia menghubungi Ardy untuk menceritakan semua kesedihan dirinya.
Pada malam harinya, Nina bermimpi berada di labirin kebun sirih dan melihat anak kecil berlari. Sebelumnya Nina sudah pernah bermimpi tentang itu namun ia tidak menemukan anak kecil tersebut. Tapi kali ini ia menemukan sebuah pintu yang mirip dengan pintu kamar budhe Marjanti. Ia pun membuka pintu tersebut dan melihat Marjanti. Karena mimpinya tersebut, ia pun segera kembali ke rumah Marjanti dan menemukan bahwa Marjanti sudah tiada. Meninggalnya Marjanti pun membuat keluarga Arifin kebingungan untuk mencari dukun manten pengganti Marjanti. Arifin tahu bahwa Nina-lah dukun manten penerus Marjanti. Ia pun meminta bantuan Nina agar mau menggantikan Marjanti membantu pernikahan anaknya tersebut.
Nina menolak permintaan Arifin mentah-mentah. Setelah semua yang sudah dilakukan Arifin padanya tentu berat bagi Nina membantu Arifin. Apalagi bantuan berupa menjadi dukun manten untuk pernikahan Surya, mantan tunangannya.
Setelah Nina melihat buku harian Marjanti dan ingat pesan Marjanti untuk ikhlas dan bertanggung jawab atas tugas yang sudah diterima tersebut, akhirnya Nina berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas Marjanti tersebut. Bantuan Nina untuk menjadi dukun manten pengganti Marjanti sempat ditolak oleh keluarga Salma. Namun akhirnya bantuan Nina pun diterima setelah keluarga Salma mengetahui bahwa Nina ini memenuhi syarat-syarat menjadi dukun manten.
Pada hari-H, Nina pun sudah memaes Salma dengan cantiknya. Tentu sebelumnya Nina sudah menjalani ritual dukun manten sebelum hari-H agar semua dapat berjalan lancar. Tapi ada satu masalah, baju Surya tidak muat dan keluarga pun bingung karena baju Surya ini tidak muat. Nina pun langsung meminta keluarga untuk keluar dan akan menyelesaikan masalah tersebut. Awalnya Surya ragu, takut Nina akan berbuat macam-macam dan menghancurkan pernikahannya. Tapi Nina meminta Surya untuk percaya padanya.
Nina pun meminta Surya untuk mencopot bajunya. Kemudian Nina menggantungkan baju tersebut dan dengan selinting rokok, ia pun mulai menyalakan rokok dari kotak sakral milik Marjanti. Nina pun lalu menghembuskan asap roko tersebut pada baju Surya. Setelah itu, Nina pun memakaikan kembali baju tersebut pada Surya. Ajaibnya baju tersebut pun kini pas dikenakan oleh Surya. Pernikahan Surya dan Salma pun kini bisa berlangsung. Tentunya dengan arahan dari Nina sang dukun manten.
No comments:
Post a Comment