Sudah seminggu ini aku bergulat dengan alat transportasi umum di Jakarta. Yah berhubung aku sekarang tinggal bersama adikku di Jakarta Barat, sedangkan kantorku di Pancoran, Jakarta Selatan, mau tidak mau aku harus menggunakan alat transportasi umum. Jadi gimana ulasannya terkait alat transportasi umum di Jakarta ini?
Sumber: http://picbear.club/tag/scaniak320ia from @uerie28f |
Awalnya dari kos aku naik Gojek seharga Rp 8.000/Rp 9.000 ke Halte Slipi Petamburan. Kemudian aku naik busway arah Pinang Ranti atau PGC dan turun di Tebet dengan mengeluarkan kocek Rp 3.500. Setelah sampai Halte Tebet, aku melanjutkan perjalanan ke kantor dengan berjalan kaki sekitar 800 m. Total ongkos transportasi untuk perjalan pergi adalah Rp 12.500. Namun entah mengapa tarif Gojek naik. Jadi untuk pergi ke Halte Slipi Petamburan saja aku harus mengeluarkan Rp 13.000. Padahal aku berangkat jam 6 kurang. Wah wah wah. Jadi aku memutuskan untuk naik angkot M 11 dengan hanya mengeluarkan kocek Rp 4.000 saja. Jadi total ongkos yang kukeluarkan untuk perjalanan pergi adalah Rp 7.500. Jauh lebih murah ketimbang aku naik Gojek. Tentu dengan ongkos segitu ada kelebihan dan kekurangannya. Saat ini aku berangkat pukul 7 kurang. Angkot M11 tidak begitu padat, sehingga aku hampir pasti dapat angkot. Namun, perjalanan ke arah halte itu selalu tersendat saat memasuki area pasar Rawa Belong dan mendekati lampu merah Slipi. Jadi kekurangannya kalau aku naik angkot ya aku harus bermacet-macet ria dulu dan memakan waktu hampir 20 menit untuk menuju halte. Sedangkan kalau naik Gojek cukup 10 menit saja. Tapi lain cerita kalau aku berangkat jam 6 kurang. Naik angkot jam segitu sudah bebas hambatan deh. Lancar jaya. Jadi waktu perjalanan ke halte pun tidak beda jauh dengan naik Gojek. Selain itu kalau aku naik angkot, aku bisa terhindar dari kehujanan Hihi. So far aku lebih suka naik angkot ketimbang Gojek. Habis ongkosnya jauh lebih mahal dan tentunya kelebihan yang diberikan lebih banyak ketimbang Gojek. Ckck.
Untuk perjalanan pulang dari kantor, aku nebeng teman kantorku hingga Plaza Slipi Jaya. Pas sekali doi harus menjemput sang bunda di sana dan aku jadi bisa turun di sana. Hihihi. Lalu dari Plaza Slipi Jaya aku naik M 24 ke arah kampus Binus Anggrek. Awalnya sih aku pakai jasa Gojek. Tapi lagi-lagi tarifnya mencekek dompetku. Awalnya aku cukup bayar Rp 9.000, tapi sekarang jadi Rp 17.000. Gila ga tuh?! Ya aku akan pilih naik mikrolet sajalah kalau begitu ceritanya. Tapi kekurangan kalau naik M 24, dia akan ngetem sampai penumpang yang naik full. Jadi buat kalian yang mau naik M 24, akan agak sulit dapat angkot nih kalau bukan naik di Plaza Slipi Jaya. FYI, ngetemnya bukan persis di depan Plaza Slipi Jaya ya. Kalian harus jalan dulu menyebrangi flyover di samping Slipi Jaya dan kalian akan menemukan kenek yang berteriak "kampu kampus kampus Anggrek. Ayo kampus kampus!". Nyebrangnya bukan nyebrang flyover sih, tapi nyebrang di bawahnya. Di sana ada semacam pasar malam gitu yang jualan jajanan dan rupa-rupa. Jadi sebelum naik angkot, aku bisa jajan dulu di situ kalau kelaperan. Hihihi.
Naik M 24 ke arah Binus Anggrek itu membuat aku harus berjalan kaki dahulu ke kosku. Karena dari jalan Syahdan, angkot akan berbelok ke kiri untuk ke arah Binus. Sedangkan kalau ke kosku kan harus belok ke kanan ke arah Kebon Jeruk. Jadi aku turun deh di pertigaan Syahdan situ dan lanjut jalan kaki hingga ke kos. Jadi total untuk ongkos perjalanan pulang adalah Rp 4.000 saja. Namun kalau aku tidak bisa nebeng teman kantorku, ya terpaksa aku naik busway. Jadi total ongkosnya sama seperti total ongkos pergi, yaitu Rp 7.500 saja.
Untuk ulasan terkait transportasi umum...aku mulai dari Busway dulu saja ya. Busway yang aku naiki sih sejauh ini selalu datang tidak lama dari waktu aku sampai di Halte. Jadi aku tidak perlu menunggu lama deh untuk naik busway. Selain itu busway yang lewat juga cukup banyak. Ya karena ini memang jam sibuk sih. Jadi armada busway yang disediakan sudah okelah untuk menampung para penumpang. Sejauh ini sih aku selalu nyaman kalau naik busway. AC yang adem dan petugas yang sigap untuk membuat penumpang prioritas dapat tempat duduk membuat busway ini semakin nyaman dinaiki. Tentu jalur khusus busway juga membuat perjalanan naik busway ini bebas hambatan. Dari Halte Slipi Jaya hingga Halte Tebet itu kira-kira memakan waktu 20 menit deh. Jadi biasanya kalau aku berangkat jam 7 kurang, jam 7.40 aku pasti sudah di kantor. Beda lagi kalau aku berangkat jam 6 kurang. Jam 7.30 aku pasti sudah di kantor. Hahaha. Memang kalau pagi-pagi itu lebih lancar sih.
Kalau mikrolet di Jakarta...mengemudinya ngebut-ngebut. Terus yang bikin sebel ya suka berhenti tidak di pinggir jalan dan membuat macet jalanan. Terutama sih di Pasar Rawa Belong. Aku suka lihat banyak angkot ngetemnya tuh kurang pinggir, bikin kendaraan lain susah kalau lewat belokan Rawa Belong. Ckckck. Supir-supir itu tidak mikir apa ya sudah bikin kemacetan begitu. Weleh-weleh.
Hmm, kalau untuk mikrolet pergi sih aku suka-suka saja karena jarang ngetem. Selama hampir 3 hari ini berangkat pakai mikrolet 11 sih tidak pernah ngetem ya. Hehehe. Tapi kalau untuk pulang, si M 24 ini ya ngetem dulu sampai penumpangnya penuh. Cukup lama sih jadi aku harus bersabar-sabar dulu. Kenapa ya angkot-angkot ini tuh selalu ngetem. Memangnya kalau ngetem itu pendapatannya pasti lebih besarkah? Ya tapi karena para penumpangnya juga sudah tahu sih si M 24 ini pasti mangkal di sana, jadi para penumpang yang hendak naik pun akan menuju sana dulu deh. Hmmm. Sistem angkot ini memang sebaiknya dibenahi biar seperti busway yang ada jam berangkatnya gitu. Jalanan pun jadi ga tersendat karena ada angkot yang ngetem. Penumpang yang butuh cepat juga jadi lebih enak karena ga harus nungguin si supir yang entah sampai kapan akan ngetem. >.<
pelik sekali ya kalo naik transport umum dengan segala kekurangan dan kelebihan (walaupun ini cuma nyelametin dompet aja) :" semangat dan sabar terus ya kaak!
ReplyDeleteiyaa pelik hahaha
ReplyDeletetapi yasudahlah..penghiburanku jadinya itung-itung olahraga karena harus bergulat di jalan hihihii