Series Review: Twenty Five Twenty One (2022)

Sering lihat cuplikan drama Twenty Five Twenty One di IG story teman-teman bikin gw penasaran dan berkeinginan kuat ingin nonton juga. Pengen tau gitu seperti apa sih drama yang mengangkat perjuangan atlit anggar (fencing). Review dari teman-teman bilang kalau drama ini bagus banget dan bikin nagih penasaran nontonnya. Oke baique, gw pun akhirnya nonton juga deh di bulan Maret kemarin.

Twenty Five Twenty One - 스물다섯 스물하나

Sutradara

:

Jung Ji Hyun

Penulis

:

Kwon Do Eun

TV

:

tvN

Jenis Film

:

Drama, Olahraga, slice of life

Total Episode

:

16 episode

Tanggal Rilis

:

12 Februari 2022


Cast Twenty Five Twenty One - 스물다섯 스물하나

Sinopsis Twenty Five Twenty One - 스물다섯 스물하나

Na Hee Do (Kim Tae Ri) adalah anggota dari club anggar (fencing) di SMA. Karena krisis keuangan yang dialami Korea Selatan, sekolah Na Hee Do memutuskan untuk membubarkan club anggar yang memakan biaya tinggi. Karena cintanya dengan anggar, Na Hee Do pun memutuskan untuk pindah ke sekolah yang sama dengan Ko Yu Rim (Bona), atlit anggar nasional peraih medali emas.

Krisis moneter Korea Selatan juga membuat bisnis ayah Back Yi Jin (Nam Joo Hyuk) bangkrut. Hal ini mengubah hidup Back Yi Jin dari hidup sebagai anak orang kaya menjadi orang miskin. Dia pun bekerja paruh waktu sebagai tukang antar koran dan penjaga toko penyewaan buku. Di kemudian hari, Back Yi Jin pun berhasil menjadi reporter olahraga di stasiun televisi.

Keduanya bertemu saat Back Yi Jin mengantarkan koran ke rumah Na Hee Do. Pertemanan dan kisah romansa antara mereka pun dimulai.

Review Twenty Five Twenty One - 스물다섯 스물하나

*Caution! Spoiler Alert*

Drama ini ringan. Slice of life dari gadis remaja yang sangat cinta anggar hingga berjuang untuk jadi lawan tarung atlit anggar peraih gold medal yang seumuran dengannya. Cita-citanya big ga sih? Kalo bisa ngalahin atlit gold medal berarti dia lebih hebat dong? Ygy.

Meski Na Hee Do sering dibilang oleh pelatih club anggar di sekolahnya untuk berhenti saja karena kemampuannya buruk, ia tetap tak mau menyerah. Bahkan saat club anggar di sekolahnya dibubarkan karena sudah tak ada biaya untuk mengoperasikan club itu, Na Hee Do pun berusaha untuk keluar dari sekolahnya tersebut agar bisa pindah ke sekolah yang sama dengan Ko Yu Rim, sang atlit gold medal. Kegigihan Na Hee Do patut diacungi jempol. Segigih itu dan berusaha untuk melewati rintangan yang menghadang cita-citanya. Kegigihannya ini pulalah yang membuat Back Yi Jin tersentuh dan berusaha juga untuk dirinya. Bukan hanya mengasihani diri karena jatuh miskin, tapi berusaha kembali untuk bangkit mengejar mimpi.

Dalam drama ini gw suka mengikuti perkembangan hubungan antara Na Hee Do dan Ko Yu Rim. Dari yang awalnya benci, hingga jadi karib. Momen hate-love relationship antara Na Hee Do dan Ko Yu Rim tuh lucu. Momen saat mereka saling mengetahui kalo dunia mereka itu sempit, sesempit itu karena ternyata mereka temen curhat di dunia maya, tapi musuh di kehidupan nyata adalah momen yang bikin gw gregetan. Di titik ini pulalah yang membuat mereka akhirnya jadi sahabat karib. Nontonnya tuh nyesss gitu.

Jatuh bangunnya Ko Yu Rim juga merupakan hal yang membuat gw terenyuh. Miskin tapi berjuang mendapatkan medali emas agar uang tersebut bisa digunakan untuk menghidupi keluarganya. Bahkan ia pun rela mengorbankan kewarganegaraannya demi mendapatkan uang yang lebih banyak. Pola pikir anak SMA yang sudah sangat dewasa ga sih? Berusaha untuk menghidupi keluarganya.

Untuk kisah romansa antara Na Hee Do dan Back Yi Jin sejujurnya gw kurang sreg. Chemistry antara keduanya itu lebih ke arah kakak dan adik di mata gw. Jadi gw pun ga mengharapkan mereka bakal jadian juga sih. Cukup sebagai sahabat dekat saja yang saling membangun. Gw malah lebih suka lihat kisah kasih antara Ko Yu Rim dan Moon Ji Woong. 😍

Dari drama ini gw bisa melihat kegigihan, persahabatan, perjuangan, kompetisi, bangkit dari kegagalan, melawan penindasan, pencarian solusi akan masalah. Kisah hidup dari masing-masing karakter tuh bisa dijadikan pelajaran untuk kita para penonton. Ga heran banyak teman-teman gw yang sangat suka dengan drama ini. Memang slice of life yang ngajarin banyak hal gitu ke penonton.

Soundtrack dari drama Twenty Five Twenty One yang gw suka tentu saja Starlight dari TAEIL. Irama yang easy listening dan up beat yang membangkitkan semangat. Selama drama Twenty Five Twenty One ini masih on going, sering banget nih gw denger lagu ini berseliweran di jagat Instagram. Silahkan kalian dengarkan dengan klik tautan di bawah ini.

Kalau untuk irama mellow-nya, gw suka lagu Very, Slowly yang dinyanyikan oleh BIBI.

Soundtrack series Twenty Five Twenty One sebetulnya ada banyak tapi dua lagu itu yang hits menurut gw.

Oia, hal yang paling gw suka adalah saat nonton pertandingan anggarnya. Omeji, seru banget serasa nonton pertandingan anggar betulan. SERU dan MENEGANGKAN!

Secara keseluruhan, tontonlah drama Twenty Five Twenty One ini!!! HAHAHA.

Rating dari IMDb untuk Twenty Five Twenty One adalah 8,7 dari 10. Tuh kan bagus!! Kapan lagi coba IMDb kasih rating untuk drakor sampe angka hampir 9. Gw sendiri akan kasih bintang 8,5 dari 10 untuk drama Twenty Five Twenty One ini. Menurut kalian yang sudah nonton gimana?

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐✨(8,5/10)

Shapewear


Have you ever tried shapewear? Do you even know what is shapewear and the function of shapewear? Let me tell you a little about shapewear, or you can also call it corset which I believe more familiar for us. Shapewear is women's tight-fitting underwear intended to control and shape the figure. A long time ago, back to around 1600 BC in the Mycenaean Greek Times, the people cherish female with an hourglass form. In some cultures, this type of figure even symbolizes virginity and fertility. Therefore women worn shapewear to make their body slim and emphasized more of the chest even though it’s uncomfortable to wear.

Nowadays, shapewears are designed to be more comfortable to be worn. Manufacturers also doing continuous research and they use better materials so they can provide more adjustable, more breathable, and thinner shapewear. Present shapewear can even helps you during the postnatal after normal or caesarean section (c-sect) surgery. I experienced it myself. After the c-sect surgery, I was in pain, and every time I moved around, my belly felt like "falling to the ground" which makes me uncomfortable. Thanks to the shapewear, it supports my belly and even reduce the pain. Additionally, the shapewear also help speeds up my recovery. As a bonus, the shapewear helps me getting my pre-baby body back. 💃🏻

There are many types of shapewear that can fit to your needs. For example, full body shaper makes your waist like an hourglass, boosts up your chest and helps you look stunning while wearing your slim sexy dress. One of the best that provide this type of shapewear is Scluptshe. Sculptshe mainly focuses on women's shapewear and postsurgical & postpartum compression garments. Their purpose is providing more professional and suitable garments. Checks out these three of their full body shapers here:

  1. Sculptshe High Compression Full Body Shaper with Side Zipper
  2. Sculptshe Low Back Mid Thigh Bodysuit
  3. Sculptshe All Day Every Day Slimming Bodysuit

Ooh I wish I have Sculptshe Low Back Mid Thigh Bodysuit to give me a super model shape when I go to the party using a nice evening dress. 😆 Which full body shaper that you wish for?

Another type of shapewear is waist trainer wrap. This kind of shapewear helps to burn fat and calories. Also helps to correct posture and helps to eliminate lower back pain. Even can protect and prevent injury, especially when you frequently working out and do weight lifting. I remember watched Korean Drama about weight lifter, Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo, the female lead character uses shapewear when she do the weight lifting. Yeah, the shapewear helps to protect and prevent the injury.

Scluptshe also provides this kind of shapewear. Let's check their Tummy Wrap Waist Trainer. This kind of shapewear is perfect to helps you easily burn fat and calories whether you’re working out or just sitting all day at home or at the office or going about your normal daily activities.

Scluptshe Tummy Wrap Waist Trainer

So, what do you think about shapewear? Do you consider using it? When I write this post, actually I wear one kind of shapewear that helps me reduce the pain after my c-sect surgery. I have already worn it for more than a month and it's not only helping me with the pain but also helping me to be slim again. 😍

Series Review: Moonshine (2021)

Gw mulai nonton drakor Moonshine ini sejak gw dirawat di RS (akhir Januari lalu). Tentu saja nonton Moonshine karena Hyeri main sebagai aktris wanita utama. Entah mengapa gw menjadi fans Hyeri sejak nonton dia dalam drama Reply 1988. Mukanya yang cantik dan kelakuannya yang gemesin membuat gw terpesona dengannya.

Moonshine - 꽃 피면 달 생각하고

Sutradara

:

Hwang In-Hyuk

Penulis

:

Kim Joo-Hee

TV

:

KBS2

Jenis Film

:

Drama, historical

Total Episode

:

16 episode

Tanggal Rilis

:

20 Desember 2021


Cast Moonshine - 꽃 피면 달 생각하고

Sinopsis Moonshine - 꽃 피면 달 생각하고

Drama ini berlatar belakang akhir pemerintahan Joseon, saat larangan alkohol yang ketat diberlakukan.

Nam Young (Yoo Seung Ho) adalah orang memiliki penampilan fisik yang atraktif dan memegang prinsip yang teguh. Ia datang ke Hanyang (nama lama dari Seoul) dari kampung halamannya untuk mencari kesuksesan. Di Hanyang Nam Young mengikuti seleksi masuk pegawai negeri sipil dan berhasil lulus sebagai lulusan terbaik. Dia pun bekerja sebagai petugas Saheonbu. Salah satu misi dari Saheonbu adalah untuk melacak dan menangkap orang-orang yang melanggar peraturan larangan alkohol.

Kang Ro Seo (Hyeri) adalah anak dari keluarga bangsawan miskin. Dia tinggal berdua bersama kakak laki-lakinya dan menjadi tulang punggung keluarga. Dia tak peduli mengerjakan pekerjaan kasar untuk mendapatkan uang. Suatu waktu kakaknya tersangkut pinjaman besar dan apabila tidak bisa membayar, harus mengganti dengan tangannya. Demi membantu membayar utang tersebut, Ro Seo pun mulai membuat minuman beralkohol selama masa larangan alkohol.

Review Moonshine - 꽃 피면 달 생각하고

Drama Moonshine menurut gw memiliki konflik yang tidak terlalu seru-seru amat sebetulnya. Tiap episode mulai timbul konflik-konflik baru dan lama-lama menguak konflik besarnya. Jadi semacam kepingan puzzle yang makin lama akan makin terlihat big picture masalah utama. Buat gw sih masalah yang ada ga begitu membuat gw penasaran banget sampe ingin pencet next gitu. Tapi cukup seru lah untuk killing time. Apalagi gw nonton ini saat gw sedang isolasi karena Covid kan. Jadi daripada ga ngapa-ngapain, yauda deh nonton drama Moonshine ini.

Dalam drama ini gw kena second lead syndrome lagi guys! Asli gw lebih kepengen Kang Ro Seo jadian sama Crown Prince (Byeon Woo Seok) daripada sama Nam Young. 🤣😂😂 Habis chemistry antara Ro Seo dan Crown Prince lebih dapet gitu daripada sama Nam Young. Gimana menurut pemirsa sekalian?? Tapi sayangnya Ro Seo naksirnya sama Nam Young. Huhuhu.

Gw paling seneng pas nonton episode 6. Di sini ada adegan Nam Young cemburu karena Ro Seo jalan-jalan bareng Crown Prince. Gw seneng banget lihat Ro Seo jalan bareng Crown Prince guys. 😍Apalagi pas ending dari episodenya. Ro Seo lagi pake baju bagus dan duduk bareng Crown Prince di rumah Ro Seo. Aduh gemessss... 🥰 Bikin penasaran pengen nonton lanjutannya. Huahahaha.

Secara acting sih cukup oke buat gw. seperti yang gw bilang sebelumnya, chemistry antara Seung Ho dan Hyeri di sini kurang dapet buat gw. Lebih seperti kakak-adik, bukan sebagai pasangan. Tapi sepertinya soal ini agak bias karena gw ngeship Kang Ro Seo dengan Lee Pyo. 😛

Untuk soundtrack dari drama Moonshine ini ada dua yang berkesan buat gw karena melodinya menurut gw enak didengar. Judulnya Who You Are yang dinyanyikan oleh Ha Sung Woon dan Fly High yang dinyanyikan oleh LUCY. Kalau Who You Are lebih ke mellow gitu sedangkan sesuai judulnya, Fly High, lebih up beat. Kalian bisa dengerin dengan klik tautan di bawah. Gimana menurut kalian? Suka juga ga?

Secara keseluruhan, dramanya ringan dan cukup oke untuk orang-orang yang penasaran dengan keadaan Seoul saat jaman akhir pemerintahan Joseon. Gw pun baru tau kalo Seoul itu dahulu bernama Hanyang dari drama ini. Plus pakaian-pakaian kerajaan dan petugas sipilnya bagus-bagus. Oia, dalam drama ini juga ada mengambil setting waktu perayaan menerbangkan lampion. Sungguh cantik melihatnya.

Rating dari IMDb untuk drama Moonshine ini adalah 7,4/10. Lumayan juga yak. Tapi dari gw sih gw kasih bintang 7 dari 10. Mungkin karena ekspektasi gw akan drama ini agak tinggi kali ya. Gw mengharapkan komedi yang banyak, tapi dalam drama ini hanya disuguhkan komedi ringan saja. Plus romansa antara pemeran utamanya kurang terbangun, serta masalah yang disajikan yang sebetulnya agak bisa terprediksi. Jadi so so buat gw.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐(7/10)

Pregnancy - Our First Meet

Saat masih dalam kandungan, tentu saja ada rasa penasaran dan keinginan untuk segera bertemu dengan si buah hati. Untunglah sekarang sudah ada teknologi USG 4D, jadi kita bisa melihat gambaran rupa si bayi meski masih di dalam perut. Semasa hamil, gw melakukan 2x pengambilan USG 4D ini. Pertama kali USG 4D, baby Z menampilkan pose muka datar dengan alisnya yang mengkerut. USG 4D yang kedua, baby Z menampilkan pose duck face dengan pipi chubby-nya. Sungguh menggemaskan dan rasanya ingin segera berjumpa dengannya.

Saat kontrol kehamilan terakhir kalinya tanggal 13 Juli 2022, gw dan Mr. Q sudah book tanggal lahiran di RS. Yah apa daya, Tuhan punya rencana sendiri. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Tanggal 16 Juli 2022 kemarin merupakan our first meet with baby Z. Yup, insiden pecah ketuban membuat gw harus lahiran di hari itu, melenceng dari rencana yang sudah ditetapkan. But it's ok, semua hari baik kok. ^^

Kala itu gw harus menunggu hasil PCR negatif terlebih dahulu supaya operasi bisa dilakukan di gedung utama. Kalau hasil PCR belum keluar, operasinya hanya bisa dilakukan di ruang operasi darurat which is kurang nyaman lah. Jadi dr. Hendrik Sutopo (dokter kandungan gw) menyarankan untuk tunggu saja hasilnya, toh memang kondisi gw masih memungkinkan untuk menunggu hingga jam 1 siang.

Selama menunggu itu gw diberikan obat infus untuk meredakan kontraksi. Mau tau gimana rasanya kontraksi? Perut tiba-tiba mengeras diiringi dengan rasa sakit. Rasa sakitnya seperti rasa sakit menstruasi hari pertama gitu deh. Mulas-mulas gimana gitu. Tiap gw merasakan kontraksi, gw diminta untuk memanggil suster. Nah saat dipanggil, suster mengatur aliran infus obat. Jadi kadang dinaikan dan kadang diturunkan gitu alirannya. Pengaruh obatnya cukup cepat, kontraksi lambat laun berkurang. Namun sesekali gw merasakan air ketuban masih suka keluar. Sungguh tak nyaman rasanya.

Puji Tuhan hasil PCR-nya keluar lebih cepat, sehingga jam operasi pun maju setengah jam. Sebelumnya, gw dibawa ke ruang persiapan operasi menggunakan kursi roda. Mungkin sekitar jam 11an gw mulai diboyong ke ruang persiapan operasi. Di sana, baju gw diganti menjadi baju operasi dan bagian belakang gw diberikan salep gitu. Kata suster sih itu salep supaya gw merasa baal ketika gw disuntik bius lokal. Infus gw pun diganti menjadi cairan lain yang entah itu buat apa. Saat gw diinfus, rasa sakit ditusuknya lebih mantep daripada rasa sakit ditusuk oleh jarum infus yang pernah gw rasakan. Suster memang sudah memperingatkan bahwa akan terasa sakit karena jarum infusnya besar. Sampai tulisan ini dipos, bekas tusukan jarum infusnya masih ada loh di tangan gw. Hmm.

Setelah persiapan selesai, gw hanya terbaring saja di kasur menunggu jam operasi dimulai. Di sebelah kiri gw, sudah ada satu ibu yang juga akan dioperasi hari itu. Ibu itu terlebih dahulu masuk ke ruang operasi. Ga seberapa lama, giliran gw deh yang akan masuk untuk dibelek operasi. Perasaan gw mulai menegang. Gw bertanya pada suster yang ngurusin gw di sana soal seberapa sakit sih suntikan obat bius itu. Konon kata orang-orang kan sakit banget. Plus penasaran juga bagaimana rasanya nanti dibelek. Suster mengatakan bahwa lebih sakit saat dipasang infus tadi daripada disuntik bius lokal. Selain itu lahiran c-sect itu tidak berasa sakit sama sekali. Hanya seperti dipegang-pegang. Oke baik, gw mulai membayangkan apa yang suster tadi ucapkan. Sepertinya suster ini sudah pengalaman operasi c-sect karena dari ucapannya seperti sharing pengalaman dia saat operasi dulu. Semoga operasi gw nanti berjalan lancar. Amin.

Di dalam ruang operasi gw melihat lampu operasi, beberapa suster, dan alat-alat operasi lainnya. Penampakan yang suka gw lihat dari series The Good Doctor gitu. Gw diangkat oleh tiga suster (kalo ga salah ingat) dari kasur ruang persiapan operasi ke kasur ruang operasi. Karena kasurnya lebih kecil, gw diminta untuk tidak banyak bergerak. Lalu ada tumpuan untuk meletakan tangan gw yang direntangkan. Tangan kanan gw dipasang alat ukur tekanan darah sedangkan tangan kiri gw terpasang infusan. Sebelum dipasang alat ukur tekanan darah, gw diminta untuk duduk oleh dokter anestesi dan disuntikan obat bius lokal di punggung bawah gw, tempat si salep sebelumnya diolehkan. Oke betul kata si suster tadi, rasa sakitnya lebih sakitan saat jarum infus ditancapkan. Yang ini mah ga gitu berasa sakit, kaya digigit semut aja. Malah lebih sakitan suntik vaksin Covid deh.

Seusai dibius, dr. Dedy (dokter anestesi) bertanya apakah gw merasakan kaki gw kesemutan. Gw jawab iya. Lebih kaya aliran listrik (?) yang menjalar setiap kali kaki gw dipegang. Lalu dr. Dedy seperti menyuntikkan jarum di perut kiri gw. Gw sebetulnya ga bisa melihat apa yang sedang dr. Dedy lakukan karena sudah terbentang tirai dari baju operasi gw menutupi area dari dada gw ke bawah. Gw bilang saja kalau terasa sakit. Kemudian dr. Dedy bingung dan sepertinya menyuntikkan kembali jarum di perut kanan gw. Gw refleks bilang, "aw"-saat dr. Dedy melakukan tindakannya. Kemudian dr. Dedy bilang ke gw kalo gw harus bisa bedain mana rasa sakit dan bukan. Sepertinya dr. Dedy bingung kenapa gw masih merasa sakit. Akhirnya dr. Dedy melakukan tes dengan mengusapkan kapas yang sudah diberi alkohol pada bahu gw dan bertanya,"Di sini kamu rasakan dingin ga?" "Iya dok." "Kalau di sini (area perut gw) rasanya dingin ga?" "Engga dok. Cuma kaya diusap aja." "Nah itu artinya biusnya bekerja. Sekarang kamu coba angkat kaki kamu. Bisa ga?" Otak gw pun mulai mengirimkan sinyal-sinyal perintah kepada kaki gw untuk diangkat. "Ga bisa diangkat dok." Wow jadi gini ya rasanya dibius setengah badan. 😯 "Ga bisa kan? Yaudah berarti obat biusnya bekerja."

Tak berapa lama, giliran dr, Hendrik beserta dr. Mediana (selaku dokter asisten dalam operasi ini) datang dan bersiap untuk membedah gw. "Halo Frisca. Kita mau mulai ya operasinya. Kamu mau diputarin lagu apa?" "Hmm, apa aja dok." "Yauda saya puterin lagu instrumental aja ya biar kamu rileks." "Ok dok."

Terus mulai deh intro kaya di film-film bergenre kedokteran yang menandakan dimulainya operasi. Gw dalam keadaan sadar saat itu karena tidak dibius total. Perasaan tegang mulai menjalar. Rasanya badan gw mulai gemetaran. Gw cuma bisa pasrah dan dalam hati berdoa kepada Tuhan meminta kekuatan untuk melewati operasi ini. Ga lama, gw merasa perut gw mulai diobok-obok. Tapi tentu saja gw ga melihat pembedahannya karena ditutupi oleh tirai dari baju operasi gw itu.

Begini toh rasanya dioperasi setengah sadar, batin gw. Lama-kelamaan, gw merasa kesulitan bernafas, bak berada di ruang hampa udara. Meski sebetulnya gw juga ga tau sih rasanya ada di ruang hampa udara bagaimana. Tapi kondisi gw saat itu terbayang seperti berada dalam ruang hampa udara. Berusaha menghirup udara, tapi rasanya tak ada oksigen yang kunjung masuk ke paru-paru gw. 😖

"Sus, engap," ucap gw dengan lemah.

Selang oksigen pun ga lama dipasangkan di hidung gw.

"Hirup ya oksigennya," ucap salah satu suster.

Gw berusaha menghirup oksigen yang dipasang. Rasanya sama saja. Tak ada bedanya saat sebelum dipasang selang oksigen maupun sesudah dipasangkan.

"Tetap engap sus."

"Maaf ya saya dongakkan kepala ibu supaya nafasnya mudah."

Suster pun mendongakkan kepala gw. But nothing change. Dalam hati gw berkata hanya ingin melewati ini sekali saja. Ga mau lagi deh rasanya dioperasi kaya begini. Tak lupa gw juga berdoa juga kepada Yang Maha Kuasa supaya gw bisa melewati ini. Mata gw terpejam. Kesadaran gw sepertinya mulai hilang karena gw mulai tertidur.

"Bu ... buuu ...," panggil suster yang memasang selang oksigen tadi sembari mengguncang pundak kanan gw.

Gw ingin menjawab "iya" kepada suster itu tapi rasanya malas untuk mengeluarkan suara karena kesulitan bernafas ini. Jadi gw jawab dengan membuka mata gw yang sedari tadi terpejam.

Tak lama ...

"Happy birthday yaaa. Selamat ya bayinya sudah lahir dengan selamat. Sehat dan normal," ucap dr. Hendrik sembari menunjukkan bayi yang masih merah dan basah. Berlumur air ketuban dan darah.

Perasaan gw saat itu to be honest agak takjub karena beneran tidak berasa sama sekali sayatan pisau bedah. Tau-tau baby Z sudah lahir saja. Selain itu perasaan bahagia belum gw rasakan saat itu karena gw sedang berjuang untuk bernafas dan ingin operasi ini segera selesai.

Setelah baby Z dibungkus kain, muka baby Z ditempelkan dengan muka gw. Tak lupa suster mengabadikan momen tersebut. Tentu saja gw masih agak setengah sadar saat itu. Tak ada senyum yang gw kembangkan saat difoto. Meski sebetulnya mulut gw ditutup masker juga sih jadi ga akan kelihatan juga kalau gw tersenyum atau tidak. Namun bisa terlihat dari mata gw yang tak memancarkan mata senyum. Tau kan kalau tersenyum mata kita terlihat 'tersenyum' juga? Nah di foto, mata gw menunjukkan mata yang 'jutek'. 🤣

Sesi foto selesai, baby Z dibawa keluar dari ruang operasi untuk dibersihkan. Dr. Hendrik dan tim juga kembali melakukan closing operasi, yaitu dengan menjahit perut gw. Again, gw merasakan perut gw seperti diobok-obok. Tapi tusukan jarum jahit tak gw rasakan. Gw fokus memperhatikan pembicaraan dr. Hendrik dan dr. Mediana untuk mengalihkan perhatian gw dari rasa diobok-obok itu. Mereka sedang berbincang tentang pertemuan yang mereka lakukan di minggu lalu sepertinya. Gw juga mendengar arahan dr. Hendrik kepada dr. Mediana. Sepertinya sedang diajarkan untuk menjahit yang rapi? Entahlah. Gw tidak begitu jelas juga nguping pembicaraan kakak-beradik ini. Yes, dr. Hendrik dan dr. Mediana ini bersaudara.

Kemudian dari kejauhan gw mendengar tangisan pertama baby Z yang sepertinya sedang dibersihkan oleh suster. "Eaaa ... Eaaa ... E ... aaa ..." Suara tangisannya tidak begitu cempreng dan menggebu-gebu. Namun suara tangisan itu rasanya memberikan kebahagiaan di hati gw saat itu. Syukur kepada Tuhan baby Z bisa lahir dengan selamat.

Setelah operasi gw selesai, gw dibawa ke ruang observasi. Gw hanya terbaring lemah dan badan gw menggigil. Gw pun bilang ke suster di sana bahwa badan gw rasanya gemetaran. Tapi sepertinya ini adalah reaksi yang wajar. Salah satu efek samping dari obat bius. Jadi suster pun tidak melakukan tindakan apapun. Gw hanya bisa menahan rasa menggigil itu dan tak lama tertidur. Dua jam gw di ruang observasi sebelum akhirnya dibawa ke kamar inap gw, kamar nomor 202.

Di kamar sudah ada Mr. Q yang menunggu, namun baby Z masih belum dibawa ke kamar. Infonya akan diantar nanti. Dua suster membantu gw berpindah kasur dan memakaikan korset after melahirkan. Tentu saja korset bawaan sendiri karena memang menjadi salah satu hal yang harus dibawa saat melahirkan. Gw sudah boleh makan dan minum saat itu. Beda dengan operasi c-sect terdahulu yang masih mengharuskan puasa setelah operasi, metode ERACS memperbolehkan pasien untuk makan dan minum setelah operasi. Mr. Q membantu gw makan dan minum dengan menyuapi bubur dan memberi minum air putih saat itu.

Tak lama dari itu suster dari ruang bayi mengantarkan baby Z ke kamar.

"Halo baby Z!" ucap gw yang masih terbaring lemah di kasur. Gw masih belum bisa menggendongnya, jadi cuma bisa mengusap-usapnya dari samping. Sungguh mungil makhluk yang ada di samping gw ini dan wajahnya masih terlihat tua karena keriput-keriput kulitnya. Terlihat juga ruam-ruam merah di leher dan tangannya. Baby Z lahir dengan berat 2,71 kg dan panjang 49 cm. Seulas senyum merekah di wajah gw melihat kehadiran makhluk kecil ini. Yaampun gw sudah jadi seorang ibu... 🤱🏻

Pregnancy - Saatnya Ke RS

Kamis, 14 Juli 2022.

Sekitar jam 11 malam saat lagi asik nonton series bareng Mr. Q, gw merasa perut gw mengeras. Gw pun memberi isyarat pada Mr. Q dan mulai untuk menghitung jumlah kontraksi menggunakan aplikasi. Dari aplikasi itu, sudah memberitahukan agar kami pergi ke RS. Namun kami masih merasa ganjil.

Gimana nih Q? Ke RS masa kita?

Mr. Q pun menenangkan dan bilang untuk cek keesokan harinya. Malam itu pun berlalu dan kami menganggap hal itu hanyalah sebuah kesalahan saja. Toh di hari esoknya, kondisi gw baik-baik saja. Bahkan gw masih bisa bepergian ke Serpong. Meski memang selama di jalan pun kadang gw merasa perut gw mengeras. 

Sabtu, 16 Juli 2022.

Subuh sekitar jam 3 pagi, gw terbangun dan dengan kesulitan gw turun dari ranjang. Kaki melangkah pelan-pelan, kedua tangan berkacak pinggang menopang bobot dalam perut yang kini sudah sebesar buah semangka. Susah payah gw menuju ke kamar mandi hanya untuk sekedar buang air kecil. Perasaan cemas sesekali datang tiap kali dirasa perut mulai mengencang.

Ah, paling kontraksi palsu lagi.

Selesai buang air kecil, gw kembali berjalan dengan perlahan menuju kasur. Naik ke atas kasur merupakan tantangan tersendiri buat gw. Apalagi untuk posisi tidur, karena harus memposisikan diri miring ke kiri. Sesekali miring ke kanan juga. Kali ini gw pilih posisi miring ke kanan. Ga seberapa lama, diri ini sudah masuk ke alam mimpi kembali.

Subuh sekitar jam setengah 6 pagi, kembali gw terbangun dan mengulangi adegan yang sama hanya untuk sekedar buang air kecil. Kali ini di toilet gw merasakan hal yang berbeda. Seperti ada perasaan bayi dalam perut gw mulai ingin keluar. Gw cek kondisi perut. Betul kencang dan ga lama hilang rasa kencangnya. Again gw masih berpikir itu adalah kontraksi palsu.

Gw pun berjalan perlahan kembali ke tempat tidur. Sekarang gw pilih untuk tidur dengan posisi miring ke kiri. Saat mata terpejam, gw merasakan ada aliran air yang keluar dari bagian bawah tubuh gw. Alirannya seperti aliran darah yang keluar saat menstruasi hari pertama. Gw pun terbangun dan segera gw bangunkan Mr. Q yang masih terlelap di sebelah gw.

Q, kayanya air ketuban gw pecah. Ayo ke RS!

Perlahan gw turun dari kasur dan kembali berjalan ke toilet. Aliran airnya kini keluar tiap gw melangkahkan kaki. Membahasi lantai yang gw lewati. Di toilet gw duduk di closet, celana gw sudah basah kuyub layaknya orang yang pipis di celana. Ga lama badan gw jadi gemeteran. Serangan panik. Mr. Q memeluk gw, berusaha menenangkan gw. Lalu ketika gw sudah tenang, dia pun mulai mempersiapkan barang-barang yang harus dibawa ke RS seraya bertanya apa saja barang yang belum masuk ke dalam koper.

Jauh-jauh hari gw memang sudah menyiapkan semua barang yang mau dibawa ke RS sebelum hari H gw melahirkan istilahnya mah sudah siapin hospital bag. Sebetulnya gw berencana untuk lahiran c-sect di hari ulang tahun gw. Apalagi menurut dr. Hendrik (dokter kandungan gw) hari kelahiran bisa dilakukan bertepatan dengan hari ulang tahun gw. Namun memang saat kontrol kehamilan terakhir kalinya, dr. Hendrik sempat menanyakan apakah gw mau memajukan tanggal kelahiran. Tapi beliau masih optimis juga kalau lahiran bisa dilakukan saat gw ulang tahun. Yah apa daya, Tuhan berkehendak lain, sehingga hari kelahiran harus maju dari yang semestinya secara mendadak.

Berhubung kamar gw di lantai atas, gw menuruni tangga dengan perlahan-lahan. Puji Tuhan sampai di bawah dengan selamat. Tentu saja beberapa kali air ketuban mengalir sehingga lantai yang gw pijak pun basah. Saat gw duduk di ruang tengah (tentu saja duduk di kursi plastik mang bakso gitu supaya gampang dibersihkannya karena kalo di sofa akan basah kuyub kena air ketuban) sambil menunggu mobil siap, mama mertua mendampingi gw untuk menenangkan gw. Beliau pun menganjurkan untuk menghubungi dokter kandungan gw supaya dokter pun sudah siap di RS. Untunglah dokter kandungan gw ini mudah dihubungi via WA. Gw telpon nomornya dan mengabarkan kalau gw pecah air ketuban dan saat ini akan menuju ke RS. Terdengar suara baru bangun tidur dari ujung telepon. Yaampun gw mengganggu waktu istirahatnya. Meski begitu pak dokter dengan lembut mengarahkan untuk segera ke IGD saja dan dia pun akan segera ke RS juga.

Perjalanan ke RS tentu saja menjadi suatu tantangan tersendiri. Meski papa mertua membawa mobil dengan pelan saat jalanan rusak, namun gw ga bisa duduk nyaman selama di perjalanan. Maklum kondisinya air ketuban yang sesekali keluar membuat gw tak nyaman. Apalagi kalau kondisi jalanan tak mulus. Goncangannya bikin makin ga nyaman. Ditambah bonus kontraksi yang hilang timbul membuat tambah makyusss. Gw ga bisa duduk bersandar sama sekali. Kedua tangan gw menopang tubuh gw. Sungguh posisi yang sangat awkward. Puji Tuhan jalanan di pagi hari itu lancar, ga macet sama sekali. Gw pun sampai di RS dengan selamat. Petugas keamanan di depan IGD dengan sigap menyiapkan kursi roda supaya gw bisa dibawa ke dalam IGD. Suster jaga langsung menanyakan kondisi gw dan sudah berapa minggu usia kehamilan gw.

Gw terbaring di kasur IGD dan ga berapa lama darah gw diambil, kemudian tes PCR pun gw lakukan sebagai salah satu prosedur untuk bersalin di gedung utama. Setelah itu denyut jantung bayi dicek, serta dihitung juga kontraksi yang terjadi. Wah sudah dua menit sekali sepertinya. Gw ditanyakan apakah mau lahiran normal atau c-sect. Gw bimbang. Mama mertua berpesan kalau bisa lahiran normal, sebaiknya lahiran normal. Tapi dalam hati gw masih ragu bisa lahiran normal.

Sekitar jam 8 pagi, dr. Hendrik sampai di RS. Beliau menjelaskan serta menenangkan gw. Opsi lahiran normal masih bisa dilakukan. Namun karena air ketuban sudah pecah, ada kemungkinan bayi sulit keluar karena tidak licin. Alias si bayi ada kemungkinan nyangkut. Gw juga dicek sudah bukaan berapa oleh dua suster. Saat pengecekan bukaan tersebut, gw kesakitan luar biasa. Ternyata baru bukaan dua. Karena saat pengecekan bukaan itu gw merasakan sakit yang hebat, gw ga kebanyang nanti saat sudah bukaan delapan ke atas. Alhasil, gw pun memilih untuk c-sect saja.

Karena akan dilakukan c-sect, jadi untuk operasi tetap harus menunggu hasil PCR yang diprediksi sekitar jam 1 siang. Gw diberikan obat agar kontraksi tidak berlanjut melalui infus dan diminta untuk sarapan terlebih dahulu (gw makan roti jam 8 gitu) serta diberi air gula tiga jam sebelum operasi (sekitar jam 9). Lalu gw diminta untuk tidak makan dan minum sama sekali setelahnya. Menunggu sampai jam operasi, yaitu sekitar jam 1 siang.

~bersambung~