Pemilu 2019: Adilkah??

Hari ini, hari penting bagi rakyat Indonesia....Ya tentu kalian sudah tahu lah ya kalau hari ini sedang diadakan pesta demokrasi bagi rakyat Indonesia. Aku pun ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut. Mamaku apalagi...dari jam 6 kurang 15 menit aku sudah dibangunkan oleh mama supaya bersiap-siap pergi ke TPS. Gila ga?! Uda kaya mau ke mana aja...padahal buat nyoblos yang jarak TPS dari rumah saja ga sampai 5 menit....

Okelah, pagi-pagi lebih baik. Jadi jam 7 lewat dikit aku dan mama sudah siap buat pergi ke TPS. Bahkan si mama sudah rapi gitu dan ber-makeup dengan lipstik merahnya. Mama mengenakan tank top putih dengan ditutup oleh blazer merah. "Bendera Indonesia", pikirku. Aku sendiri cuma memakai terusan biru donker dengan motif owl, disertai celana jins biru muda.

Sesampainya di TPS yang berlokasi di SD Al-Ikhlas, aku dan mama duduk di kursi yang sudah disediakan. Ternyata petugas di sana masih siap-siap sehingga belum bisa registrasi. Maklum, kotak suara ada 5, surat suara juga ada 5. Jadi lebih lama buat siap-siapnya. Meski agak molor sedikit, tapi para pemilih yang sudah pada datang tetap menunggu dengan sabar.

Tak seberapa lama, petugas telah siap untuk melaksanakan pemilihan umum. Langsung saja kertas A6 yang kubawa kuletakkan di meja petugas. Kemudian aku dan mama menunggu nama kami dipanggil. Yang dipanggil duluan namaku. Jadi aku masuk ke TPS duluan deh daripada si mama. Saat masuk ke ruangan, aku diberikan 5 kertas suara oleh petugas. Kemudian aku berjalan ke bilik suara yang kosong. Satu yang kurang dari TPS tempatku nyoblos, lampunya ga terang...Jadi saat milih-milih caleg, aku malas membaca nama-nama yang tertera. Habisnya gelap-gelap gimana gitu. Jadi kucoblos saja partainya.

Dari kemarin aku memang sudah lihat-lihat calon legislatif untuk periode 2019-2024 ini. Hatiku sudah mantap untuk memilih partai tersebut. Habis visi dan misinya menurutku oke meski umurnya masih terbilang seumur jagung. Ah sudah tahu dong kalian partai mana yang kupilih untuk mewakili suaraku di kursi legislatif?

Setelah kucoblos-coblos semua kertas suara, langsung saja kumasukkan ke kotak yang sesuai. Dibantu oleh petugas juga supaya tidak salah masukin kertas suaranya. Baru deh aku menuju ke tempat tinta untuk menyelupkan kelingkingku. Tanda bahwa aku sudah berpartisipasi pada pemilu 2019 ini. Lalu aku pun menunggu mama selesai nyoblos dan balik ke rumah.

Lah si papa ga nyoblos? Nyoblos kok. Cuma doi lama gitu siap-siapnya, jadi si mama pergi duluan. Hihihi. Maklum mama pengen lanjut masak, biar ga kesiangan....

Sumber: Tunas Bangsa
Jadi gimana kesan pesannya dalam pemilu 2019 ini? Puji Tuhan di TPS tempatku memberikan suara berlangsung dengan baik dan lancar. Tidak ricuh dan tidak ada tindakan tidak adil. Saksi-saksi di sana melakukan tugasnnya dengan baik. Tak luput dengan petugas-petugas yang ada. Terlihat netral dan tidak berpihak pada kubu manapun. Namun sayang, kudengar di TPS Jakarta Pusat, tempat temanku memberikan suaranya, keadaan tidak berjalan dengan baik. Kenapa? Para petugas di sana berlaku tidak adil! Kok bisa ga adil? Iya, soalnya para pemilih dipaksa untuk mencoblos satu kubu. Bahkan sebelum surat suara dimasukkan ke kotak suara, surat suaranya dibuka dulu untuk memastikan yang tercoblos adalah kubu yang dikehendaki oleh petugas di sana. GILA KAN?!

Ya kuberharap TPS-TPS yang ada bisa berlaku adil. Sesuai dengan peraturan sehingga suara yang didapat ya memang benar-benar dari hati masing-masing pemilih. Bukan karena paksaan. Mari kita nantikan hasil pemilu 2019 ini...

6 comments:

  1. Lah, yang dipaksa milih satu kubu itu piye pik? pada protes gak tuh orang2nya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo temen gw sih langsung buru-buru masukin surat suaranya ke kotak ya jadi dia ga kena todong buat buka surat suara sebelon dimasukin ke kotak...Gw jga ga ngerti sih..kayanya karena daerah situ emang condong ke kubu tersebut, jadi pada curang gitu juga bodo amat gitu =="

      Delete
  2. Hohohooho, jangan lupa dikawal bu di web kpu. Jangan lupa juga dengan calon calon legislatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah gw ga bisa ngawal, wong hasil di TPS tempat gw nyoblos aja kaga tau berapa..jadi ga bisa bandingin sama hasil di web KPU. Hahaha

      Delete
  3. Jadi inget ..karena tahun 2019 saya jadi KPPS.

    Perjuangannya berat krn lebih dari 24 jam kami bekerja. Bahkan sebelum acara dimulai saja kita kudu mondar mandir dan kerja ngeberesin segala macam..

    Cuaapekkknya poolll..

    Nggak heran banyak yg meninggal setelah itu.

    Saya sendiri terkapan 2 hari setelah selesai.

    Sedihnya setelah itu denger ricuh di media padahal mungkin tidak banyak yang curang cuma hasilnya semua terkena.

    Sedih saja krn sudah berjuang keras sampai melewati batas tetep aja ada pandangan negatif. Padahal mungkin saja terjadi karena kelelahan yg luar biasa rentan kesalahan..

    Hadeuh..makanya ogah lagi aahh..dah 3 kali ikut..cuaapekknya poll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah mas Anton jadi petugas jugaa. Iya aku lihat berita banyak yang kelelahan hingga meninggal juga. Cukup kaget dan takjub sih kenapa bisa sampai sebegitunya. Mungkin karena kurang orang juga kali ya mas jadi harus kerja ga tidur seharian gitu?

      Iya di media banyak ditayangkan kalau hasilnya ga jujur. Entah betul entah tidak. Karena cuma dikoar-koarkan satu atau dua oknum gitu. Tapi TPS tempatku nyoblos si benar menjalankan protokolnya dengan baik. Tidak ada isu dan condong ke satu kubu.

      Delete