Review: Institut Karite Paris Pure Shea Butter

Belum lama ini sedang marak nih produk pelembab bibir dan kulit kering macem Vaseline Petroleum Gel. Nah kalau produk yang mau aku ulas sekarang mirip lah fungsinya seperti Vaseline Petroleum Gel, tapi Institut Karite Paris ini mengklaim kandungan yang digunakan 100% Shea Butter! Wah apa sih fungsinya Shea Butter??
Institut Karite Paris Pure Shea Butter
Deskripsi Singkat tentang Institut Karite Paris 100% Shea Butter

Discover all the benefits of Shea Butter... Shea Butter has been for ages the universal and irreplaceable care. This butter is composed of 100% natural Shea Butter, a ultra-nourishing care. It moisturizes, nourishes, protects, and rejuvenates the skin.
Shea Butter : 

Recognized for its nourishing, regenerating and soothing properties. Very rich in vitamin A, D, E, F and K.A real must have for daily needs!


Beauty Tips:
Apply this multiple‐purpose product 100% natural on hands, lips, face, body and hair. 

- Daily care : to hydrate the face and the body 
- Massage butter : for relaxation 
- Hair mask before shampoo or apply directly on dry hair. 

Ingredients:
BUTYROSPERMUM PARKII (SHEA BUTTER)

Size: Jar 10 ml or 0.33 fl.oz

Made in France


[Review] Institut Karite Paris Pure Shea Butter
Institut Karite Paris Pure Shea Butter

Tempatnya berupa jar alias kaleng dari metal yang kokoh dan kuat. Bagus deh tempatnya, imut-imut sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Produk ini tidak memiliki aroma. Ya ada sih dikit tapi tak begitu ketara. Meski kecil-kecil begini, tapi manfaatnya banyak juga loh. Aku menggunakan produk ini untuk menyembuhkan bibirku yang kering dan pecah-pecah, serta kugunakan di area kulit yang kering. Aku menggunakannya malam hari sebelum mau tidur  dan yak pagi harinya bibirku dan kulitku sudah lembab. Tapi tidak sejitu itu juga sih, apa karena aku menggunakannya sedikit ya?

Teksturnya sendiri seperti lip balm pada umumnya, tapi lebih "keras". Maksudnya kalau dioles-oles buat diambil, dia tuh ga semenye-menye seperti oles Vaseline Petroleum Gel. *apa sih pik?!* Duh gimana ya jelasinnya...Intinya lebih padat gitu, jadi tidak mudah terambil seperti ambil balsam. Ngerti kan maksudku??? Hahahah Karena kepadatannya ini nih, jadi kalau jariku berkuku, yang ada krimnya nyelip-nyelip dikukuku bukan di jari, jadinya makin tambah susah peng-apply-annya di bibirku. Hahaha...

Aku membelinya di C&F Central Park Mall, Jakarta. Kalau di online sebenarnya belum begitu banyak beredar ya. Atau aku yang kurang tau? Hahaha. Tapi memang produk ini sepertinya tidak begitu kedengaran di masyarakat Indonesia. Harganya sendiri terhitung cukup mahal ya. Produk ini kubeli dengan harga Rp 50.000, itupun karena dapet promo. Harga aslinya sih dibandrol seharga Rp 100.000. Mahal kan? Kalau sedang tidak promo, mungkin aku tak akan pernah membeli produk ini. Hihihi.

Jalan-Jalan ke Bali: Ehem

Capture By Florencia O.

12 Mei 2018
Hari ini kami memutuskan untuk tidak menyewa mobil plus supir untuk mengantar kami seharian keliling Bali. Kami memilih untuk pergi ke tempat-tempat yang dapat ditempuh oleh kaki dari hotel yang kami inapi. Kami berangkat ke destinasi pertama kami sekitar pukul 10 pagi. Pertama-tama kami pergi ke Sisterfields di Jalan Kayu Cendana, Seminyak, untuk "sarapan" yang bisa dibilang brunch. Sesampai di sana, wuihhh tempatnya ramai sekali, terutama oleh bule-bule yang sedang asik brunch. Jadi kami langsung mendaftarkan nama kami di waiting list agar kami bisa dapat tempat duduk. Secara keseluruhan tempatnya bagus, dekorasinya oke, ada ruangan terbuka dan tertutupnya. Kami sih tentu pilih yang ruangan tertutup supaya adem. Panas banget bo Bali!!! Apalagi kami ke situ jalan kaki, ya sudah pasti keringetan. Hahaha.

Movie Review: Deadpool 2 (2018)

Setelah nonton film Deadpool yang pertama...tentu aku tak mau ketinggalan film Deadpool yang kedua dong. Jadi aku langsung saja mengajak Kibo buat nonton Deadpool beberapa hari sebelum hari tayang perdananya keluar. So, si Kibo langsung pesan tiket online via M-Tix untuk mengamankan kursi supaya kami bisa nonton Deadpool 2 pada spot yang oke.

Sumber: IMDb


Deadpool 2
Jenis Film : Komedi, Action, Adventure
Censor Rating : R (17+)
Durasi : 1 jam 59 menit
Sinopsis: 
Wade Wilson (Ryan Reynolds) berusaha melindungi seorang mutan misterius yang diincar Cable (Josh Brolin). Untuk melindunginya, Wade lalu membentuk sebuah tim bernama X-Force.

Jalan-Jalan ke Bali: Gelas Petjah!!!

Untuk menjalani serangkaian acara jalan-jalan makan hari ini, kami berempat sudah sewa mobil dan supir seharian (10 jam tepatnya, kalau lebih jadi kena biaya tambahan Rp 25.000/jam). Aku tidak tahu kami menyewa mobil dan supir di mana. Soalnya untuk urusan ini, Elis yang sudah meng-handle-nya. Maklum rental mobilnya di kenalan adiknya Elis, jadi doi deh yang kontak-kontakan dengan sang pemilik sewa mobil (Namanya Ko Peter). Untuk penyewaan mobil Avanza + supir, serta biaya bensin ini, kami harus mengeluarkan uang di dompet sebesar Rp 500.000.

Jadi, ngapain saja seharian ini????
Beberapa bulan sebelum kami berangkat ke Bali, aku, Devi, dan Elis sudah mengadakan pertemuan untuk membahas lokasi-lokasi di Bali yang akan kami jambangi. Daftar lokasi-lokasi tersebut aku simpan di menu "Your Place" dalam Google Map. Untuk cara penggunaannya, mungkin lain kali akan aku bahas....
Oke kembali lagi ke rangkaian perjalan kami di Bali....kami janjian dengan Ko Andi, supir yang akan menemani kami seharian, di lobi hotel jam 9 pagi. Tapi kami terlambat dan baru siap berangkat jam 10 lebih. Hahaaha.. Maapkeun. Lokasi pertama yang kami datangi adalah Warung Cahaya di Jalan Dewi Ratih, Legian. Di sini makanan yang biasa dipesan adalah nasi babi sambal matah. Tempatnya kecil dan sederhana. Meski begitu, tempatnya didekorasi agar bisa tetap terlihat cantik. Sesampai di sana...wuih sudah ramai orang. Kami harus menunggu orang lain selesai makan terlebih dahulu supaya kami bisa dapat tempat. Tapi sebelum menunggu, tentunya kami order pesanan dulu. Jadi nanti pas sudah dapat tempat duduk, pesanan kami sudah siap diantar di meja kami. Oh ya, seporsi nasi babi sambal matah di Warung Cahaya dibandrol seharga Rp 37.000. Penampakannya bisa kalian lihat di IG-ku @furisukabofood ya.
Setelah kenyang sarapan nasi babi (astaga pagi-pagi sudah makan babi 🐷), kami lanjut ke lokasi selanjutnya...Pasti kalian akan sedikit syok pas tahu lokasi yang kami datangi selanjutnya...hihi..ya kami pergi ke Gusto Gelato untuk mencicipi gelato nikmat yang hits di Bali ini. Padahal seharusnya kami pergi ke Warung Babi Guling Pak Malen, berhubung tadi sudah "sedikit" kenyang dengan nasi babi sambal matahnya Warung Cahaya, kami jadi memutuskan ke Gusto Gelato saja dulu untuk mencicipi yang manis-manis.
Sekitar pukul 11 siang kami sampai di Gusto Gelato. Masih sepi! Yeaaah!!! (ㆁωㆁ*) Di sini, kita harus melakukan pembayaran terlebih dahulu untuk mengambil es krim yang kita ingini (yaeyalah). Jadi pas masuk, kita ke counter di sebelah kanan dulu untuk bayar, baru kemudian ke counter display ice cream di sebelah kiri. Aku dan teman-teman memesan gelato dalam cone. Harganya Rp 28.000 sudah dapat dua rasa loh! Cukup murah kalau dibandingkan ice cream rasa unik di Jakarta. Di sini aku memesan rasa karamel dan susu. Combo manis ga tuh?! Tapi gelato karamelnya ada rasa sedikit pahit kok, jadi cukup balance lah. Namun soal rasa sih aku masih lebih suka pergi ke Latteria, PIK, ya dibanding Gusto Gelato.
Sudah selesai berurusan dengan gelato masing-masing, kami lanjut pergi ke destinasi berikutnya. Pas kami keluar dari Gusto Gelato, pengunjung yang datang semakin ramai looh. Bahkan antrian bayar itu sudah hampir ke pintu masuk. Buset deh..untung saja tadi pas datang masih sepi, jadi pas nyoba-nyoba rasa gelatonya lebih enak...Setelah kami naik ke dalam mobil, koh Andi menanyakan lokasi selanjutnya, dan kami pun menjawab Warung Babi Guling Pak Malen. Sontak koh Andi bilang ,"HAAAH?!" dengan nada super kaget seakan tak percaya. Yes koh, kami ini cewe-cewe setrong yang kuat makan. Hahahaha.
Kata ko Andi, kalau pergi ke Warung Pak Malen, paling enak hari Jumat karena rasa dari babi gulingnya tuh crispy dan tidak keras. Katanya sih mereka guling babinya hari Kamis, jadi rasa babi guling di hari Jumat jadi enak gituuu... Okeh percaya saja deh sama koko, tapi enak ga enak kami akan tetap ke sini kok karena kami memang sama sekali belum pernah makan di sini. Sesampainya di sana, warung sudah dipenuhi oleh orang-orang yang asik makan daging dewa itu. Meski terlihat ramai sekali dari luar (maklum tempat parkirnya penuh bro), tempatnya ternyata memanjang ke dalam gitu jadi sebenarnya masih cukup luas untuk menampung orang-orang yang haus akan nasi babi guling di siang hari. Di sini aku dan Devi makan paroan (pesan sepiring dibagi dua) karena jujur perut ini sudah ga bisa memuat lagi makanan. Sedangkan Iren dan Elis tetap memesan satu porsi karena mereka ingin menikmati lauknya lebih banyak. Harga satu porsi dari nasi babi guling ini Rp 40.000. Untuk rasa, ini nasi babi guling yang paling gw suka. Biasanya gw tuh ga gitu suka-suka amat sama nasi campur ala Bali ini. Tapi ini beda! Bahkan untuk perutku yang sudah membuncit ini saja aku masih tetap bisa menyisihkan ruang untuk diisi oleh nasi babi guling ini. Emang sih aku cuma makan lauknya dan sedikit nasi. Habis kalau makan nasinya aku tidak sanggup lagi...
Setelah puas dengan kenikmatan nasi babi guling Pak Malen, kami minta di antar ke Ayana Resort. Tujuan kami adalah Rock Bar yang ada di dalam resort tersebut. Saat sampai di sana Rock Bar masih belum buka, karena jam bukanya adalah jam 16.00 WIT. Untuk menunggu, kami jadi foto-foto dulu saja di resort tersebut. Saat beberapa menit mendekati jam empat sore, kami pergi ke Rock Bar deh. Untuk ke sana saja kami harus mengantri. Soalnya untuk menuju ke Rock Bar harus menggunakan "lift" turun ke bawah gitu dan "lift" tersebut hanya ada dua, satu untuk turun ke Rock Bar dan satunya digunakan untuk pergi dari Rock Bar.
Mengantri masuk Rock Bar ini merupakan suatu tantangan tersendiri. Maklum cuaca di Bali puanas sekali, sedangkan kami harus mengantri di alam terbuka yang membuat kami harus terpapar sinar matahari langsung. Weleh-weleh, sampai di Rock Bar sudah kucal dan kusam karena keringat nih. Tapi sisi positifnya kita bisa melihat pemandangan pantai dari atas tebing gitu. Keren loh!! Oh ya, biasanya orang-orang mengunjungi Rock Bar itu untuk menikmati sunset. Jadi kalau terlambat masuk ke Rock Bar, kita pasti tidak akan dapat tempat yang oke buat melihat sunset. Berhubung kami datangnya sangat tepat waktu (satu jam sebelum buka kami sudah sampai dong), kami dapat spot yang oke lah buat melihat sunset. Namun spot oke buat lihat sunset bukan berarti spot oke untuk menunggu sunset. Gila!!! Panas banget bro! Meski sudah diberi payung untuk menghalangi sinar matari, tetap saja udaranya panas sekali. Es dalam minuman yang kami pesan saja dalam beberapa menit sudah hilang karena mencair saking panasnya. Beruntung saat kami duduk di tempat masing-masing, pelayan dengan sigap memberi kami handuk dingin. Wah lumayan banget buat menyegarkan tubuh. Handuknya juga bisa dipakai buat menutupi kaki dari paparan sinar matahari langsung, maklum posisi duduk kami membuat kami terpapar sinar matahari dari arah depan. Karena kepala dan badan bisa ditutupi oleh payung, namun kaki tetap terpapar sinar matahari langsung. Oleh sebab ini juga kakiku berubah warna jadi merah layaknya kepiting rebus, maklum terpanggang matahari bro.
Akhirnya...

Pemandangan Rock Bar dari Tempat Antri Lift Pulang

Setelah puas lihat sunset, kami menuju ke Jimbaran untuk santap seafood terkenal di Bali. Ko Andi menyarankan ke Jimbaran Bay Seafood (JBS) karena menurutnya di sana memiliki rasa masakan yang paling enak di antara semua tempat makan seafood Jimbaran. Katanya sih tempat makan seafood di Jimbaran ini harganya semua sama karena dikelola oleh satu koperasi gitu yang menetapkan harga yang sama untuk semua tempat, tinggal pilih saja mau di tempat mana karena yang membedakan dari jajaran tempat makan seafood di Jimbaran tentu cara masak dan rasa. Aku sendiri tidak bisa berkomentar soal rasa seafood-nya. Habis perutku masih kenyang, jadi di JBS aku cuma makan satu buah kelapa saja, sup jagung yang disuguhkan, serta buah semangka sebagai penutup. Kalau kata teman-teman sih ikan bakarnya enak (mereka memesan ikan bakar dan kerang bakar), namun mereka kesal karena pelayan wanita di sana tidak ramah. Saat memilih ikan untuk dibakar, mbo-nya jutek gitu , sehingga membuat teman-teman jadi kesal.
Seusai dari JBS, awalnya kami ingin kembali ke Hotel untuk mandi dan beristirahat. Namun kami memutuskan untuk mampir dulu ke Motel Mexicola untuk merasakan suasana bar di Bali. Di Motel Mexicola ini lagu-lagu yang diputarnya asik-asik. Bukan lagu-lagu EDM yang jedag-jedug, tapi lagu-lagu macam Despacitto gitu. Jadi alunan musiknya membuat pengunjung bergoyang aloha. Aku sendiri di sana asik menonton pengunjung yang bergoyang. Lalu dekorasi di Motel Mexicola ini juga bagus. Namun sayangnya di sana panas tidak ada pendingin ruangan. Jadi Elis selalu komplain kepanasan. Hihih. Akhirnya kami cuma sebentar saja di sana dan berjalan kaki kembali ke hotel. Jaraknya sama hotel tempat kami menginap ini hanya selemparan batu saja. Dekat banget bo...

Yak, begitulah perjalanan makan kami hari itu. Tapi kenapa judulnya gelas petjah??? Jadi cerita epic hari ini adalah payung yang menutupi Devi dan Elis tak sengaja tersenggol oleh Devi, sehingga payung tersebut hampir jatuh. Tapi bukan payungnya yang jatuh, melainkan gelas minuman Devi yang jatuh dan pecah akibat tersenggol oleh payung. Padahal Devi baru minum dua teguk dari minumannya dan belum cukup rasa perih karena harus bayar minuman sangat mahal, tangan Devi juga ternyata tergores pecahan gelasnya. Oooh poor Devi...(ಥ﹏ಥ)  Karena kejadian ini juga, aku dan Iren jadi parno dan ganti-gantian jagain payung gitu supaya tidak terjadi kejadian serupa.

#kembar5trip #100Kfortwosipofbeer

Jalan-Jalan ke Bali: Insiden Milo

Tanggal 10 Mei kemarin aku bersama best friends forever (BFF) aku jalan-jalan ke Pulau Dewata. Jalan-jalan ini diadakan sebelum pada nikah gitu deh. Jadi masih bisa bebas ke sana-ke sini gitu. Hahaha. *kaya yang bakal cepet nikah aja ya*
Kami liburan selama 4 hari 3 malam dengan memilih menginap di Sense Hotel Seminyak karena lokasinya yang dekat dengan pertokoan Seminyak. Kami memang sudah merencanakan liburan ini dari jauh-jauh hari dengan membeli tiket AirAsia mumpung harga tiketnya tidak mahal-mahal banget, tapi tidak bisa dibilang murah juga sih. So, ini cerita liburanku kemarin, mari disimak ya. Hehe. Kubuat biar nanti saat sudah beberapa tahun ke depan, aku dan teman-teman bisa mengingat perjalanan liburan kami ini kembali. Hihihi.

10 Mei 2018
Hari ini merupakan tanggal merah, yaitu hari Kenaikan Tuhan Yesus. Beberapa hari sebelumnya aku harus tidur larut karena harus mengerjakan tugas pelayanan dahulu. Jadilah aku baru sempat packing kemarin malam. Berhubung badan sangat lelah, jadi aku memutuskan untuk bangun lebih siang di hari ini. *ketauan banget malah ga pergi ke gereja* Huhuhu. Maafkan hamba ya Tuhan. (ಥ﹏ಥ)
Oke back to topic, flight kami ke Bali itu jam 15.20 WIB. Tapi Devi memutuskan untuk berangkat jam 9 pagi dari Karawang naik DAMRI karena jadwal tersebut yang paling pas untuknya tiba di bandara tepat waktu. Tentulah dia akan sampai paling pertama di bandara. Jadi, aku memutuskan berangkat pagian juga supaya bisa menemani Devi di bandara.
Untuk pergi ke bandara, aku menggunakan jasa Grab Hitch alias nebeng dengan pengguna Grab yang hendak pergi ke bandara juga. Dengan menggunakan jasa tersebut, aku cukup mengeluarkan kocek Rp 85.000 instead of Rp 101.000. Nice kan?
Dalam menggunakan fitur Grab Hitch tersebut, aku mengatur jadwal penjemputan jam 11.30. Aku sebenarnya agak gambling juga sih bakal ada yang mau ambil atau tidak. Namun karena aku juga memang tidak buru-buru berangkat, aku sabar saja menunggu sambil aku menghabiskan Pocky. Tak beberapa lama, akhirnya ada juga pengguna Grab yang mau mengangkutku. Sekitar jam 11.30 aku dijemput dan aku tiba di bandara sekitar jam 12.00 WIB. Di bandara aku bertemu Devi di Imperial Kitchen karena doi sedang makan siang di sana. Aku pun memutuskan untuk makan siang juga di sana karena nanti kami tiba di Bali sore hari, yaitu jam 18.00 WIT. Tentulah aku akan kelaparan kalau aku tidak makan siang terlebih dahulu. Di Imperial Kitchen aku memesan nasi goreng beef.

Nasi Goreng Sapi
Dari penampilan si nasi goreng ini terlihat si mas kokinya buru-buru gitu kali ya. Habis masih berantakan gitu plating-nya. Tapi yasudahlah, toh rasanya tetap enak. Hehe. Untuk nasi goreng sapi dan satu gelas es teh tawar aku harus mengeluarkan uang Rp 75.000. Hhhh. Maklumlah di bandara, makanannya langsung jadi mahal-mahal. Tapi daripada aku kelaparan kan?

Semakin mendakati jam 13.00 WIB, Elis dan Iren pun akhirnya tiba di bandara. Kami pun menghabiskan waktu menunggu flight di Imperial Kitchen ini. Hahaha. Setelah dekat-dekat waktu boarding, kami bergegas ke check-in counter untuk memasukkan bagasi dan menuggu di ruang tunggu pesawat. Sekitar jam 15.20 WIB akhirnya petugas pesawat sudah mulai memperbolehkan kami untuk masuk pesawat. Ternyata kami harus naik bus dulu nih buat masuk ke pesawatnya. Habis si pesawat parkirnya cukup jauh dari tempat kami menunggu.

Singkat cerita, sekitar jam 18.00 WIT kami tiba juga di bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Sehabis mengambil bagasi yang ternyata cukup cepat, kami pun keluar untuk memesan taksi. Awalnya kami memesan taksi online, namun si supir taksi online-nya meminta harganya tidak sesuai dengan applikasi dan kami harus membayar Rp 100.000. Jadilah kami membatalkan pesanan tersebut dan memesan taksi bandara. Namun jatuhnya jadi lebih mahal sih. Hahaha.

Berhubung kami sudah kelaparan, kami meminta pak supir taksi untuk mengantarkan kami ke Kilo Bali. Di sana kami terpaksa membawa-bawa koper kami ke dalam resto dan oleh pelayan, koper kami disimpan di tempat yang aman supaya tidak mengganggu lalu lintas di dalam (uda kaya mobil saja). Di Kilo aku memesan Homemade Ricotta Gnocchi seharga Rp 150.000 dan Grass Thought untuk minumannya. Harganya aku lupa berapa, tapi untuk membayar taksi dan makan di Kilo, aku harus merogoh kocek sebesar Rp 275.000. Wah wah hari pertama sudah keluar lebih dari Rp 300.000. Ya namanya juga liburan. (・∀・) Untuk foto-foto makanannya bisa kalian lihat di IG akuh ya @furisukabofood ^^

Setelah perut kenyang, kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju hotel tempat kami menginap. Luar biasa ga kami wanita-wanita kuat ini?! Untuk menuju hotel, kami harus berjalan sekitar 1,4 km loh guys. Bodo amat deh dilihatin orang-orang karena kami berempat jalan berbaris dengan menarik koper-koper kami. Hihih. ヽ༼ຈل͜ຈ༽ノ Sesampainya di Hotel Sense Seminyak, kami disambut dengan pelayan resepsionis yang memberikan kami welcome drink berupa es jeruk segar. Waah gila ini sih enak banget! Pas sekali habis keringetan jalan kaki dan haus, kami disuguhkan minuman segar. Mantap! Sesudah check-in kami pun bergegas ke kamar kami masing-masing. Sebelumnya di Kilo, kami hom pim pa dulu untuh menentukan sekamar dengan siapa (bocah banget ga?). Hasilnya aku sekamar dengan Elis dan Iren dengan Devi. Wah pas banget seperti live in di Yogyakarta dulu formasinya.

Kamar kami sebrang-sebrangan. Aku dan Elis di 5211, Devi dan Iren di 5208. Sebelumnya kami meminta kepada petugas resepsionis agar esok malam kami dipindahkan ke kamar yang memiliki connecting door. Jadi kami bisa bolak balik antar kamar kami gitu deh. Hihhi. Permintaan kami pun disetujui dan esok malam dan lusa, kami serasa punya dua kamar gitu. Yeay! (/◕ヮ◕)/.

Setelah kami bersih-bersih (mandi) dan sudah siap bobo cantik, Devi dan Iren memesan Go-Mart untuk membeli air mineral 1500ml 4 botol dan satu kaleng Milo untuk Iren. Kejadian kocaknya, setelah Devi dan Iren turun ke lobby untuk mengambil pesanan, mamang Gojeknya malah membawakan satu botol air mineral 1500 ml dan 1 kaleng Milo. Sontak Devi dan Iren komplain karena pesanannya salah. Karena merasa bersalah, si mamang Gojek pun pergi kembali untuk membelikan sisa pesanan kami.

Sudah menunggu lumayan lama, akhirnya si mamang Gojek sampai dan kalian tahu apa yang dia bawa? Kali ini dengan terengah-engah si mamang Gojek menyerahkan satu plastik pesanan kami yang berisi tiga kaleng Milo. HAHAHA. Sontak Devi dan Iren kembali protes karena mamang Gojeknya salah lagi. Namun kali ini si mamang Gojeknya curhat. Untuk membeli tiga kaleng Milo tersebut, si mamang Gojeknya harus berpindah dari satu Minimart ke Minimart berikutnya karena Milo tersebut hanya ada satu di masing-masing Minimart yang ia datangi. Dengan rasa kasihan, akhirnya Iren pun menerima belajaan yang sudah dibelikan dengan susah payah oleh si mamang Gojek. Oh bahkan buat menerima belanjaannya sendiri pun ada kejadian lucu tambahan....
Jadi kan karena si mamang Gojek belinya Milo, harga belanjaannya kan jadi lebih mahal. Sehabis kesal tapi pengen ketawa juga, si Iren akhirnya membayar pesanan "salah" tersebut. Tapi Milonya masih dipegang oleh mamang Gojeknya karena Iren sibuk cari uang yang pas buat si mamang Gojek. Pikir Devi dan Iren sih tu belanjaan ga akan kelupaan diambillah. Eh benar saja, setelah bayar, mereka berdua langsung jalan menuju lift dan melupakan belajaan yang sudah dibayar tersebut. HAHAHA. Untung kali ini mamang Gojeknya ga kurang Aqua, dia pun berlari ke arah lift sambil manggil-manggil Devi dan Iren dan berkata "Belanjaannya ini kelupaan.." Sontak si Devi dan Iren tertawa dan mengambil belanjaan tersebut. Untung saja mereka berdua belum masuk ke lift, kalau tidak semakin panjang lagi kan urusannya. Hahaha.

Sekembalinya mereka ke kamar, mereka pun menceritakan kejadian tersebut. Kami berempat tertawa terbahak-bahak sampai sakit perut karena kejadian tersebut. Pantas saja si Devi dan Iren lama sekali mengambil pesanannya. Awalnya aku pikir mereka jalan-jalan ke sebelah. Maklum sebelah hotel kami itu Motel Mexicola, semacam bar gitu deh kalau malam hari. Hihihi. *bercanda kok*

Begitulah hari pertama liburan kami!

#milo #kembar5trip

Menerima Bantuan

Sudah dua minggu lebih aku tinggal bersama adikku di Jakarta Barat. Akhirnya aku mulai menemukan ritme yang pas untuk pergi-pulang ke kantor. Awal-awal kos di JakBar, aku bangun jam 5 pagi, alhasil aku kepagian datang ke kantor. (・∀・) Jadi aku memutuskan untuk bangun jam 6 pagi saja dan berangkat sekitar jam 7 pagi. Hasilnya aku sampai kantor sekitar jam 8 pagi. Waktu yang pas buat aku datang ke kantor. Hehe.
Buat yang pernah baca posku tentang transportasi umum yang kugunakan untuk pulang pergi kos-kantor, tentu kalian tahu kalau aku harus berjalan kaki dari halte Tebet hingga ke kantor. Nah selama melakoni ritme tersebut, sudah dua kali aku bertemu dengan mamang ojek online (ojol) yang berbaik hati mengantarkanku ke kantor dengan gratis. Yaah sebenarnya ada juga sih yang simbiosis mutualisme....Hah maksudnya???

Sumber: Pickthebrain.com

Jadi gini, pengalaman pertama mendapat kebaikan hati mamang ojol itu saat aku sedang asik-asiknya jalan kaki, tiba-tiba ada satu mamang ojol menegurku dari atas motornya. Ia menanyakan apakah aku menggunakan aplikasi ojol Grab. Kujawab saja kalau aku memang punya aplikasi tersebut dan aku memang menggunakannya. Terus dia memintaku untuk menggunakan jasa Grab Now dengan tujuan Stasiun Kalibata supaya dia tidak narik kosong. Wah wah si mamang ojol ini cerdik sekali memanfaatkan celah dari sistem Grab Now tersebut untuk mendapatkan poin tambahan.
Awalnya aku tak mau, tapi yasudahlah aku mengiyakan. Jadi kupesan tuh jasanya dengan menggunakan Grab Now. Jujur ini baru pertama kalinya aku menggunakan Grab Now. Biasanya sih yang nunggu supir dulu gitu. Terus dia pun menawarkan untuk mengantarku hingga ke tujuanku karena sudah mau membantunya mendapatkan poin dari pemesanan Grab Now tersebut. Ah yasudah kunaik saja... Awalnya sih aku tak mau karena memang benar-benar sudah dekat, mungkin sekitar 200 meter lagi sampai ke kantor. Tapi dia tetap menawarkan karena mungkin ia tak enak hati sudah memintaku memenuhi permintaannya tersebut. Yasudah deh aku mengiyakan kembali.

Pengalaman kedua itu mirip. Tapi kali ini yang menegurku adalah mamang ojol dari Gojek. Berhubung Gojek tidak punya sistem seperti Grab Now, jadi si mamang Gojek ini memang pure mau membantuku karena ia merasa sayang saja kalau penumpangnya kosong. Sebelumnya sih si mamang Gojek ini menanyakan tujuanku ke mana. Kalau searah dengan Stasiun Kalibata (lagi-lagi mamang Ojolnya ke Stasiun), ia mau mengantarkanku. Awalnya sih aku menolak. Tapi dia tetap menawarkan dan akhirnya yasudah (lagi-lagi pasrah) aku naik juga.
Dia bercerita kalau ia memang sering menawarkan pejalan kaki untuk naik motornya dengan alasan sayang saja penumpangnya kosong. Dia juga memang bilang suka ada yang menolak karena mungkin si pejalan kaki takut. Terus dia bilang, buat apa takut, toh saya juga sudah tua, bukan mau godain gitu maksudnya. Hahaha si bapak... Menurutku sih wajar ada yang takut, secara di kota Jakarta ini kan tingkat kriminalnya tinggi. Jadi terkadang maksud baik dari seseorang suka disalahartikan sebaliknya. Hmmm. Awalnya juga aku mikir gitu pas aku pertama kali ditawari. Tapi karena itu masih pagi dan kalau diapa-apain aku bisa teriak, jadi aku ikut-ikut saja. Hahaha.

Dari kedua pengalaman tersebut, yah buat pengalaman kedua sih tentunya...ternyata di Jakarta ini masih ada orang berbaik hati. Kupikir di Jakarta ini orang-orangnya sudah individualis gitu. Tapi masih ada orang baik yang mau peduli kepada orang lain. Memang sih pasti yang awal ada di dalam pikiran si penerima bantuan adalah hal-hal negatif. Tapi begitulah...efek mendengar berita-berita kriminal yang berseliweran pasti jadi begitu. Mungkin kalau kalian di posisiku juga akan melakukan hal yang sama. Menolak pada awalnya. Hehe.

Movie Review: Cek Toko Sebelah (2016)

Sumber: Wikipedia

Astaga ternyata film ini sudah tayang dari dua tahun yang lalu. Aku baru saja menontonnya hari Minggu kemarin berkat kokonya Kibo memutarkan film hasil streaming di TV rumahnya agar mamanya bisa nonton film ini. Jadilah aku ikutan nonton karena memang aku belum nonton filmnya juga. Hehe. (ㆁωㆁ*)


Cek Toko Sebelah

Sutradara : Ernest Prakasa
Produksi : Starvision Plus
Jenis Film : Komedi, drama, family
Censor Rating : 13+
Durasi : 1 jam 44 menit

Sinopsis: 
Saat segalanya berjalan baik untuk Erwin (Ernest Prakasa), ayahnya, Koh Afuk (Kin Wah Chew) jatuh sakit dan memintanya untuk meninggalkan pekerjaannya sekarang untuk menggantikannya mengelola toko keluarga setelah sebelumnya Koh Afuk dikecewakan oleh Yohan (Dion Wiyoko), anak pertamanya yang tak bertanggungjawab.