Wah cerita aku ini kayaknya sudah lamaaa sekaleeehhh berlalu. Tepatnya 7 tahun yang lalu, yaitu tahun 2011 saat aku pertama kalinya jadi mahasiswa di ITB yang katanya Institut Terbaik Bangsa itu. Kalau pengen tahu perjalananku bisa masuk ITB ini, bisa baca di part 1, part 2, dan part 3 nih. Di situ aku membagikan kesaksianku tentang rencana Tuhan yang sungguh indah buatku. Memang tidak sesuai dengan keinginanku pada awalnya, bahkan aku harus ngerasain hal yang ga enak. Tapi emang Tuhan itu baik. Pasti hasil akhir yang aku dapat adalah happy ending. (・∀・)
Sumber: Harnas.co |
SIDANG TERBUKA
Sudah tradisi dari ITB, seorang akan dinyatakan sebagai mahasiswa ITB kalau sudah di sidang terbuka di Sabuga. Aku teringat dengan prof. Akhmaloka selaku rektor ITB saat itu mengatakan,"Saya berharap kalian semua bisa kembali ke sini lagi untuk di sidang terbuka." Anak-anak mulai berbisik-bisik tidak mengerti maksud dari si prof. Akhmaloka. Aku pun saat itu bingung. Ya ampun pak, saya tak mau duduk manis diam-diam di sidang terbuka ini untuk yang kedua kalinya, bosan. Cukup sekali saja. Masa harus dua kali ikut sidang terbuka. Begitulah pikirku. Kemudian pak Akhmaloka melanjutkan kalimatnya,"Tapi saya maunya kalian ada di sidang terbuka saat hari kelulusan kalian." Ooooh maksudnya itu toh pak. Sontak seluruh Sabuga riuh dengan suara tepuk tangan dan mengucapkan amin. Yes. Amin banget deh prof. saya bisa kembali di sidang terbuka sebagai lulusan dari kampus gajah ini.
MASA TPB - Survei Jurusan
Setelah sidang terbuka usai, masa-masa perkuliahan alias tingkat satu pun dimulai. Berbeda dari kampu-kampus pada umumnya, di ITB seluruh mahasiswa tingkat satu harus menjalani yang namanya Tahap Persiapan Bersama (TPB). TPB? Apa tuh maksudnya?
Jadi gini, saat pertama kali calon mahasiswa mendaftar di kampus gajah ini, pasti si calon akan memilih sekolah atau fakultas yang diingini. BUKAN jurusan yang diingini. Sebagai contoh, saat itu aku sangat ingin masuk di jurusan Teknik Indutri. Namun dengan pengetahuan minimku selaku bocah SMA nan polos tak tahu apa-apa itu, aku cuma tahu bahwa di ITB itu untuk mengambil jurusan Teknik Industri, harus memilih Fakultas Teknologi Industri (FTI) sebagai pilihannya. Karena pikirku, di FTI ini ada jurusan Teknik Industri. Jadi aku pilih FTI sebagai pilihan pertamaku untuk masuk ITB. Plak! NGACO!
Yah ga ngaco-ngaco amat sih. Cuma yang terjadi adalah seperti ini...
Kalau daftar ke UI, pasti kalian aku langsung pilih Teknik Industri dong sebagai jurusan yang diingini. Tapi kalau di ITB, kalau kalian aku sudah masuk di FTI, belum tentu aku akan masuk di Teknik Industri sebagai jurusan yang akan aku masuki. Soalnya di masa TPB alias tingkat satu itu kan ada dua semester. Di pertengahan semester dan akhir semester setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengisi survei jurusan. Jadi total ada empat kali survei jurusan. Nah karena di FTI itu ada empat jurusan, yaitu Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Fisika, dan Manajemen Rekayasa Industri, maka aku harus mengurutkan keempat jurusan tersebut sesuai minatku. Tentu saja karena aku ingin masuk Teknik Industri (TI), aku pasti akan menempatkan TI pada urutan yang pertama.
Pada survei yang pertama aku memilih TI di posisi pertama, kemudian Teknik Kimia (TK) diurutan kedua, lalu Manajemen Rekayasa Industri (MRI), dan terakhir Teknik Fisika (FT). Kemudian seiring berjalannya waktu, imanku terhadap TI mulai tergoyahkan karena hampir semua teman-teman baikku memilih TK sebagai pilihan jurusannya. Aku pun mulai jadi kepikiran untuk memilih TK sebagai urutan pertama. Tapi akhirnya kubatalkan karena aku tak suka pelajaran di TK yang katanya akan banyak mempelajari Fisika. Jadi di survei kedua pun aku tetap memilih TI di urutan pertama dan kedua adalah MRI karena MRI ini merupakan pecahan dari keilmuan TI. Begitu pula di survei ketiga dan keempat. Posisi pertamaku selalu TI dan kedua adalah MRI, sedangkan FT dan TK kubalik-balik saja. Kadang FT diurutan ketiga, kadang TK diurutan ketiga. Begitulah pengalamanku dalam mengisi survei jurusan.
FTI MOTIVATION DAY
Sebenarnya, sebelum aku mengisi survei jurusan ini, pihak fakultas sudah memberikan pengetahuan tentang masing-masing jurusan melalui kegiatan di luar kuliah. Nama acaranya adalah FTI Motivation Day. Nah di acara tersebut, setiap anak tingkat satu FTI diwajibkan untuk mengikutinya. Di acara itu akan dihadirkan narasumber-narasumber dari masing-masing jurusan untuk memberikan wawasan kepada para mahasiswa. Dengan begitu diharapkan mahasiswa yang galau akan dimantapkan hatinya untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aku ingat saat itu dihadirkan alumni-alumni dari masing-masing jurusan untuk membagikan pengalamannya setelah lulus dari ITB. Jadi kan aku bisa tahu bakal jadi apa aku nanti setelah lulus dari ITB dengan jurusan yang aku pilih nantinya.
Selain itu, seluruh mahasiswa FTI juga diajak untuk mengunjungi lab-lab yang ada di masing-masing jurusan. Yang paling bikin aku terkesima adalah lab dari jurusan FT. Wah keren banget deh! Di sana ada lab yang memanfaatkan cahaya, audio, bahkan ada alat yang dibuat untuk mendeteksi gelombang otak gitu. Keren banget deh di mata aku selaku anak kampung yang melihat teknologi dengan mata kepala sendiri. Sampai-sampai membuat aku terlena untuk memilih FT sebagai jurusan di urutan pertama. Sedangkan lab TI yang aku minati itu, cuma menampilkan presentasi saja. Karena lab di TI itu tidak seperti lab di FT dan TK, cuma ruangan dengan berisi meja dan komputer saja. Tidak menarik sama sekali. Haha. Kemudian untuk MRI, jurusan ini masih baru, jadi labnya juga baru satu dan tak berbeda jauh dengan TI. Jadi tak ada yang ditampilkan gitu. Nah sayangnya, saat giliran aku dan rombongan untuk melihat lab TK, aku harus ijin pergi. Aku lupa karena urusan apa. Yang jelas aku jadi tidak bisa melihat isi dari lab-lab yang ada di TK. Menurut teman-temanku yang memang minat di TK sih, labnya itu seperti lab Kimia gitu. Ada gelas ukur, labu erlenmeyer, dan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan Kimia gitu. Mereka bilang sih keren! Aku yang tak bisa lihat dengan mata kepala sendiri, cuma bisa membayangkannya saja.
Acara selanjutnya setelah kunjungan lab adalah kunjungan ke himpunan jurusan. Sayangnya aku kan sudah tidak lanjut acaranya. Jadi aku tidak bisa cerita seperti apa himpunan dari masing-masing jurusan mempresentasikannya. Intinya kalau ada acara FTI Motivation Day, kalian harus ikut deh! Selain bisa dapat kaus, sarapan, dan makan siang gratis, kalian juga bisa menambah wawasan dari jurusan-jurusan yang ada di FTI.
MATA KULIAH TPB
Oke balik lagi soal TPB, selain seluruh mahasiswa diwajibkan mengisi survei jurusan, di TPB ini seluruh mahasiswa dibekali dengan mata kuliah - mata kuliah dasar seperti Fisika, Kimia, dan Kalkulus. Eh tunggu dulu, mata kuliah dasar Fisika, Kimia, dan Kalkulus ini punya tingkatan yang berbeda gitu. Tergantung dari fakultas atau sekolah yang dipilih. Kalau memilih fakultas atau sekolah yang berbau engineering ya pasti Fisika, Kimia, dan Kalkulus yang didapat akan yang paling sulit gitu. Sedangkan untuk jurusan seni sih sepertinya akan ngulang seperti SMA gitu ya. Ah aku kurang tahu sih pastinya gimana, jadi aku cerita tentang TPB untuk FTI saja ya. Hehe.
Oh ya, selain harus belajar Fisika, Kimia, dan Kalkulus dasar, di TPB ini akan diwajibkan matakuliah sesuai dengan fakultas atau sekolah yang dipilih. Karena aku di FTI, jadi diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Pengenalan Teknologi Industri (PTI). Yang mengajar adalah dosen-dosen FTI yang akan dirotasi setiap dua minggu. Jadi bisa ngerasain deh diajarin sama dosen FT, dosen TK, dan dosen TI-MRI (ya dua jurusan ini dosennya gabungan gitu, kan MRI pecahan TI, jadi dosennya ya dosen TI sebenarnya).
Terus yang aku ingat, di semester pertama diwajibkan mengambil mata kuliah Sistem Alam Semesta (SAS). Sesuai namanya, aku akan mempelajari tentang alam semesta di sini. Tentang bintang-bintang dan tata surya. Dosen dari jurusan Astronomi yang akan mengisi kuliah SAS ini. Kemudian di semester dua, mata kuliah yang diambil adalah KPIP. Aku lupa KPIP itu singkatan dari apa, yang kutahu malah singkatan guyonnya, yaitu Kuliah Penghancur IP. Bahkan dosennya sendiri yang bilang gitu. Haha.
Terus ada juga kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI). Semacam pelajaran Bahasa Indonesia gitu. Selain TTKI, ada juga Bahasa Inggris. Nah kuliah Bahasa Inggris ini terbagi menjadi tiga kelas. Ada kelas presentation, writing, dan reading. Pembagian kelas ini saat awal-awal masuk itu ada tes Bahasa Inggris gitu. Kalau yang masuk ITB lewat jalur tulis sih udah pasti skornya bisa dilihat dari ujian tulis bagian Bahasa Inggris ya. Sedangkan aku yang masuk lewat jalur undangan jadi harus ikut tes gitu. Tesnya pun dibarengi dengan psikotest. Aku sendiri tak sadar kalau ternyata hasil tesnya dipakai untuk pembagian kelas Bahasa Inggris.
Selain pelajaran untuk menguatkan otak, ada juga pelajaran fisik, yaitu Olahraga. Untuk mendapatkan nilai A di pelajaran olahraga ini bukan pakai kekuatan otak, tapi fisik. Ujiannya adalah ujian lari di Saraga. Semua mahasiswa harus berlari sebanyak enam putaran (1 putaran = 400 m. Standarnya, untuk perempuan minimal 16 menit, sedangkan untuk laki-laki 12 menit. Untuk matkul satu ini, aku latihan tiap minggu sama teman-temanku. Aku ingat banget pertama kali nyoba lari 6 keliling hasilnya adalah 20 menit. GILA! Gimana mau dapat A kalau begini segitu hasilnya. Jadilah aku giat latihan kan. Makin lama makin cepat. Hasilnya di UTS aku mampu mencapai 16 menit lebih sedikit. Sedangkan di UAS aku mampu berlari 15 menit untuk 6 keliling itu. Yeah A di tangan! Ah, yang apesnya tuh ya, saat UTS, aku berlari di tengah hujan dong! Aku basah kuyub dan sepatu penuh genangan air. Gila itu berat banget. Untungnya hasilnya masih oke lah. Huft.
Pokoknya di TPB itu, matakuliah sudah ditentukan dari akademik. Semester pertama 17 SKS dan semester kedua 19 SKS. Total ada 36 SKS yang harus diselesaikan oleh mahasiswa TPB. Jam kuliah juga sama kaya SMA gitu. Kuliah masuk pagi, istirahat siang dari jam 11 hingga 13. Berakhir di jam 3 sore. Begitu aja terus dari Senin sampai Jumat. Ujian juga selalu di hari Jumat setiap satu mata kuliah. Jadi mahasiswa bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dari jauh-jauh hari gitu.
SYARAT LULUS TPB
Lulus? Iya lulus. Jadi di TPB ini tuh seperti saringan masuk gitu. Kalau IPK TPB tidak mencapai 2.00, aku dinyatakan tidak lulus TPB dan harus mengulang kembali satu tahun. Lalu kalau setahun itu aku tetap tidak mampu memiliki IPK 2.00, maka aku akan dikeluarkan dari Kampus Gajah ini (D.O.). Nah ini nih yang bikin aku dag dig dug saat pertama kali memulai pelajaran di ITB. Aku takut IPK -ku tidak mencapai 2.00. Menurutku Fisika, Kimia, dan Kalkulus (Matematika?) ini tingkatannya jauh lebih sulit daripada yang aku pelajari dulu di bangku SMA. Tapi sepertinya teman-teman FTI yang lain merasa biasa-biasa saja deh. Apa karena sekolahku di daerah kali ya jadi pelajarannya tidak sulit-sulit amat gitu, sedangkan di ITB ini, aku kaget menghadapinya.
Selain itu memang ada banyak sekali anak-anak yang dulu di SMA-nya itu menjadi juara olimpiade gitu. Entah olimpiade Kimia, Fisika, ataupun Matematika. Si Kibo sendiri saja dia dulu di sekolahnya ikut club Math. So pastilah Kalkulus kegemarannya. Lah aku??? Apa yang aku bisa??? Dari ketiga mata kuliah ini, yang paling aku bisa ya Kalkulus. Sisanya, ah tak usah dibahas ya. Aku harus kerja ekstra keras supaya aku tetap bisa lulus dari mata kuliah ituu. Hahaha. Bahkan aku sampai menangis tersedu-sedu meratapi nilaiku yang....Ya emang sih nilainya masih tergolong lulus untuk mata kuliah itu. Tapi kalau melihat track record dari jaman aku sekolah, yang biasanya selalu dapat nilai bagus, kemudian di ITB ini nilainya tidak sesuai dengan keinginanku. Namun kalau nangis doang kan tak akan bisa menyelesaikan permalahan. Jadi yang aku lakukan adalah ikut kelompok-kelompok belajar gitu.
Sebagai mahasiswa Kristen, otomatis aku akan tergabung di dalam unit Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) ITB, Nah di PMK ITB ini kalau menjelang UTS atau UAS, akan diadakan tutorial gitu di perpustakaan pusat. Yang menjadi tutornya ya kakak-kakak kelas. Mulai tutornya dari jam 6 sore hingga kami diusir alias perpustakaannya tutup. Puji Tuhan dari ikut tutorial itu, nilaiku jadi lebih baik. Kalau sekarang, aku tak tahu deh masih ada tutorial atau tidak. Nah selain ikut tutorial PMK, aku juga minta diajari oleh teman-temanku yang memang jago di mata kuliah yang aku tak bisa itu. Misal kalau Kimia, aku minta diajari oleh DeJo. Soalnya dia itu peraih medali perak di olimpiade nasional Kimia. Terus kalau Fisika, aku minta diajari oleh M. Nah dia ini jagonya Fisika. Hehe. Begitulah kehidupan belajarku agar aku bisa lulus dari TPB.
Duh, sebenarnya masih ada lagi nih kisah tingkat satu di ITB ini. Tapi untuk hari ini, sepertinya cukup segini dulu ya. Nanti aku akan pos soal Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Ospek Terpusat (OSKM) deh ya. Sampai ketemu di pos selanjutnya. ^^
FTI-C dengan Bu Chyntia, Dosen Kimia Dasar - Sumber: Doc. Pribadi Firda F. Z. |
Oh ya, selain harus belajar Fisika, Kimia, dan Kalkulus dasar, di TPB ini akan diwajibkan matakuliah sesuai dengan fakultas atau sekolah yang dipilih. Karena aku di FTI, jadi diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Pengenalan Teknologi Industri (PTI). Yang mengajar adalah dosen-dosen FTI yang akan dirotasi setiap dua minggu. Jadi bisa ngerasain deh diajarin sama dosen FT, dosen TK, dan dosen TI-MRI (ya dua jurusan ini dosennya gabungan gitu, kan MRI pecahan TI, jadi dosennya ya dosen TI sebenarnya).
Terus yang aku ingat, di semester pertama diwajibkan mengambil mata kuliah Sistem Alam Semesta (SAS). Sesuai namanya, aku akan mempelajari tentang alam semesta di sini. Tentang bintang-bintang dan tata surya. Dosen dari jurusan Astronomi yang akan mengisi kuliah SAS ini. Kemudian di semester dua, mata kuliah yang diambil adalah KPIP. Aku lupa KPIP itu singkatan dari apa, yang kutahu malah singkatan guyonnya, yaitu Kuliah Penghancur IP. Bahkan dosennya sendiri yang bilang gitu. Haha.
Terus ada juga kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI). Semacam pelajaran Bahasa Indonesia gitu. Selain TTKI, ada juga Bahasa Inggris. Nah kuliah Bahasa Inggris ini terbagi menjadi tiga kelas. Ada kelas presentation, writing, dan reading. Pembagian kelas ini saat awal-awal masuk itu ada tes Bahasa Inggris gitu. Kalau yang masuk ITB lewat jalur tulis sih udah pasti skornya bisa dilihat dari ujian tulis bagian Bahasa Inggris ya. Sedangkan aku yang masuk lewat jalur undangan jadi harus ikut tes gitu. Tesnya pun dibarengi dengan psikotest. Aku sendiri tak sadar kalau ternyata hasil tesnya dipakai untuk pembagian kelas Bahasa Inggris.
Selain pelajaran untuk menguatkan otak, ada juga pelajaran fisik, yaitu Olahraga. Untuk mendapatkan nilai A di pelajaran olahraga ini bukan pakai kekuatan otak, tapi fisik. Ujiannya adalah ujian lari di Saraga. Semua mahasiswa harus berlari sebanyak enam putaran (1 putaran = 400 m. Standarnya, untuk perempuan minimal 16 menit, sedangkan untuk laki-laki 12 menit. Untuk matkul satu ini, aku latihan tiap minggu sama teman-temanku. Aku ingat banget pertama kali nyoba lari 6 keliling hasilnya adalah 20 menit. GILA! Gimana mau dapat A kalau begini segitu hasilnya. Jadilah aku giat latihan kan. Makin lama makin cepat. Hasilnya di UTS aku mampu mencapai 16 menit lebih sedikit. Sedangkan di UAS aku mampu berlari 15 menit untuk 6 keliling itu. Yeah A di tangan! Ah, yang apesnya tuh ya, saat UTS, aku berlari di tengah hujan dong! Aku basah kuyub dan sepatu penuh genangan air. Gila itu berat banget. Untungnya hasilnya masih oke lah. Huft.
Habis Latihan Lari - Sumber: Doc. Pribadi Winda D. |
Pokoknya di TPB itu, matakuliah sudah ditentukan dari akademik. Semester pertama 17 SKS dan semester kedua 19 SKS. Total ada 36 SKS yang harus diselesaikan oleh mahasiswa TPB. Jam kuliah juga sama kaya SMA gitu. Kuliah masuk pagi, istirahat siang dari jam 11 hingga 13. Berakhir di jam 3 sore. Begitu aja terus dari Senin sampai Jumat. Ujian juga selalu di hari Jumat setiap satu mata kuliah. Jadi mahasiswa bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dari jauh-jauh hari gitu.
SYARAT LULUS TPB
Lulus? Iya lulus. Jadi di TPB ini tuh seperti saringan masuk gitu. Kalau IPK TPB tidak mencapai 2.00, aku dinyatakan tidak lulus TPB dan harus mengulang kembali satu tahun. Lalu kalau setahun itu aku tetap tidak mampu memiliki IPK 2.00, maka aku akan dikeluarkan dari Kampus Gajah ini (D.O.). Nah ini nih yang bikin aku dag dig dug saat pertama kali memulai pelajaran di ITB. Aku takut IPK -ku tidak mencapai 2.00. Menurutku Fisika, Kimia, dan Kalkulus (Matematika?) ini tingkatannya jauh lebih sulit daripada yang aku pelajari dulu di bangku SMA. Tapi sepertinya teman-teman FTI yang lain merasa biasa-biasa saja deh. Apa karena sekolahku di daerah kali ya jadi pelajarannya tidak sulit-sulit amat gitu, sedangkan di ITB ini, aku kaget menghadapinya.
Selain itu memang ada banyak sekali anak-anak yang dulu di SMA-nya itu menjadi juara olimpiade gitu. Entah olimpiade Kimia, Fisika, ataupun Matematika. Si Kibo sendiri saja dia dulu di sekolahnya ikut club Math. So pastilah Kalkulus kegemarannya. Lah aku??? Apa yang aku bisa??? Dari ketiga mata kuliah ini, yang paling aku bisa ya Kalkulus. Sisanya, ah tak usah dibahas ya. Aku harus kerja ekstra keras supaya aku tetap bisa lulus dari mata kuliah ituu. Hahaha. Bahkan aku sampai menangis tersedu-sedu meratapi nilaiku yang....Ya emang sih nilainya masih tergolong lulus untuk mata kuliah itu. Tapi kalau melihat track record dari jaman aku sekolah, yang biasanya selalu dapat nilai bagus, kemudian di ITB ini nilainya tidak sesuai dengan keinginanku. Namun kalau nangis doang kan tak akan bisa menyelesaikan permalahan. Jadi yang aku lakukan adalah ikut kelompok-kelompok belajar gitu.
Sebagai mahasiswa Kristen, otomatis aku akan tergabung di dalam unit Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) ITB, Nah di PMK ITB ini kalau menjelang UTS atau UAS, akan diadakan tutorial gitu di perpustakaan pusat. Yang menjadi tutornya ya kakak-kakak kelas. Mulai tutornya dari jam 6 sore hingga kami diusir alias perpustakaannya tutup. Puji Tuhan dari ikut tutorial itu, nilaiku jadi lebih baik. Kalau sekarang, aku tak tahu deh masih ada tutorial atau tidak. Nah selain ikut tutorial PMK, aku juga minta diajari oleh teman-temanku yang memang jago di mata kuliah yang aku tak bisa itu. Misal kalau Kimia, aku minta diajari oleh DeJo. Soalnya dia itu peraih medali perak di olimpiade nasional Kimia. Terus kalau Fisika, aku minta diajari oleh M. Nah dia ini jagonya Fisika. Hehe. Begitulah kehidupan belajarku agar aku bisa lulus dari TPB.
Duh, sebenarnya masih ada lagi nih kisah tingkat satu di ITB ini. Tapi untuk hari ini, sepertinya cukup segini dulu ya. Nanti aku akan pos soal Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Ospek Terpusat (OSKM) deh ya. Sampai ketemu di pos selanjutnya. ^^
sebenernya TPB itu strategi yang bagus ya buat menghindari "salah jurusan", dan aku rasa itu perlu diterapin di seluruh kampus di Indonesia. Soalnya kalo anak SMA kan kebanyakan masih belum tau detil seperti apa masing-masing jurusan, nah ini bisa dijembatani lewat TPB :) nice sharing anw kak!
ReplyDeleteiyaaa tapi ya ituuu, jadi di jurusan tuh cuma 3 taonn..matkulnya dipadatin jadi satu di 3 taun itu...hahaha di saat temen-temen yang TI dari univ lain uda belajar A..aku masih fidas, kidas, kalkulus..hahah
Deletetapi positifnya emang itu sih..biar ga salah pilih jurusan. Hehe. Dimantapkan gitu selama setaun.