Gimana sih cara dari Jakarta ke Karawang? Sebelumnya, gw pernah pos tentang cara ke
Jakarta dari Karawang. Nah kali ini gw mau ceritain pengalaman gw pergi ke Karawang dari Jakarta naik kereta api.
Sebenarnya sih, ini pertama kalinya buat gw pulang ke Karawang dari Jakarta naik kereta api. Biasanya gw menggunakan jasa elf dari WB Trans gitu. Poolnya ada di deket Komplek Kemhan daerah Cawang. Tidak seperti kereta, WB Trans ini setiap jam pasti ada. Mau gw datang di sana jam 17.10 atau jam 18.05 juga pasti sudah ada mobil elf berwarna silver sedang ngetem menunggu penumpang yang hendak ke Karawang. Tapi ini kalau kondisi jalan tol sedang baik ya. Soalnya pernah gw ke sana sekitar jam 20.00 WIB tidak ada mobil WB Trans sama sekali karena jalanan macet parah di kedua arah. Jadi si elf itu tertahan di jalan dan tidak ada deh mobil yang bisa mengangkut para penumpang untuk pulang ke Karawang. Yang ada hanyalah jejeran penumpang yang duduk-duduk di trotoar menunggu WB Trans tanpa kepastian.
Oke kembali ke topik tentang
pengalaman gw ke Karawang naik kereta api. Saat itu hari Jumat dan gw sudah berencana untuk pulang ke Karawang sehabis pulang kerja. Teman kantor gw ada yang tinggal di Bekasi, tepatnya di kota Harapan Indah yang dekat mall AEON itu. Nah dia mendapat berita bahwa jalan tol macet parah karena ada kecelakaan truk tronton. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB saat dia menyampaikan berita tersebut. Gw langsung membuka peta Google dan memang garis jalanan menuju ke rumah sudah berwarna merah gelap yang berarti jalanan macet parah. Estimasi sampai sih 2 jam lebih sedikit. Tapi gw tidak percaya. Kalau tidak bergerak sama sekali, pastilah bisa 4 jam gw baru sampai rumah. Oleh sebab itu, gw langsung
browsing tentang jadwal kereta lokal ke Karawang.
Untuk orang kantoran kayak gw, hanya ada 2 opsi untuk bisa pulang ke Karawang naik kereta api. Kalau bukan jam 17.30 WIB ya jam 19.23 WIB di Stasiun Kemayoran. Kenapa dari Stasiun Kemayoran? Soalnya stasiun paling dekat dari Pancoran ya Stasiun Kemayoran. Daripada gw harus naik di Stasiun Tanjung Priok kan. Lebih jauh lagi bo.
For your information, per 2017 ini, kereta lokal yang ke Cikampek dan ke Purwakarta sudah tidak bisa naik di Stasiun Jakarta Kota lagi. Cuma bisa naik di Stasiun Tanjuk Priok atau ga di Stasiun Kemayoran. Bahkan di Stasiun Senen pun tidak berhenti loh keretanya. Jadi jangan ada yang naik dari Stasiun Senen ya
guys.
Ini
jadwal kereta api lokal dari Jakarta ke Cikampek-Purwakarta dan
dari Purwakarta-Cikampek ke Jakarta.
Oh ya, kode 322, 324, 326,328, dan 330 itu kode dari kereta apinya. Nih arti dari kode tersebut:
Info ini gw dapatin dari link
ini.
Setelah gw mendapatkan info ada kereta ke Karawang jam 17.30 WIB, tanpa pikir panjang, saat itu gw langsung memesan ojek daring. Tepat jam 16.00 WIB saat itu dan gw memang sudah ijin untuk pulang cepat. Tak berapa lama, supir ojek yang gw pesan pun datang dan gw pun langsung cus ke Stasiun Kemayoran. Di perjalanan gw sambil harap-harap cemas gitu, semoga saja gw ga salah jalan. Gw juga bilang ke supir ojeknya agar bisa sampai di lokasi (Stasiun Kemayoran) jam 17.00 WIB. Ya gw bilang gitu biar si pak supirnya agak
aware juga kalau gw sedang mengejar kereta.
Puji Tuhan jalanan di Jumat sore itu tidak begitu macet juga tidak begitu panas, tapi ga mendung. Gw sampai di depan Stasiun Kemayoran jam 16.45 WIB. Supir ojeknya tertahan di depan gitu karena ramai kendaraan, jadi gw turun aja deh untuk jalan kaki masuk ke dalam stasiun. Jujur gw agak takut-takut karena ini pertama kalinya gw datang ke Stasiun Kemayoran. Di dalam gw melihat ada dua antrian mengular. Setelah diteliti, itu antrian untuk naik KRL. Berhubung gw ga mau naik itu, bola mata gw berputar untuk mencari petunjuk yang mengarah ke loket kereta api lokal. Persis di sebelah kiri antrian KRL, ada papan petunjuk menuju antrian kereta lokal. Gw ikuti saja petunjuknya dan
yes terlihat dua antrian lagi. Gw pun ikut mengantri untuk membeli tiket.
Antriannya tidak begitu lama sih saat itu, meskipun cukup panjang juga antriannya. Setelah sukses membeli karcis seharga Rp 5.000, gw masuk ke peron. Sebelumnya, menunjukkan karcis gw dulu ke petugas yang berada di gerbang masuk peron. Gw juga bertanya ke bapak petugas di mana peron untuk ke Cikampek dan bapak petugas pun memberitahu untuk pergi ke jalur 3.
Gw pun menyebrangi jalur 1 dan 2 untuk menuju jalur 3. Saat itu masih pukul 17.00 WIB. Yaampun, gw masih harus menunggu 30 menit lagi. Di peron 3, sudah ada beberapa penumpang lain yang menunggu. Gw pun menghampiri seorang penumpang perempuan untuk mengobrol dan bertanya-tanya seputar perkereta apian. Menurut dia, hari Jumat itu tidak begitu ramai penumpang, tidak seperti hari Sabtu. Pasti di peron sudah penuh penumpang yang menunggu kereta. Beruntung, pikir gw dalam hati. Namun mendekati jam berangkat kereta, sudah ramai penumpang memadati peron 3.
Mereka berjejer duduk di pinggir rel. Yep, benar-benar di pinggir rel. Sungguh tingkat keamanan di peron ini rendah menurut gw. Cuma disediakan pijakan tangga untuk naik ke dalam kereta. Tidak ada batas pengaman yang biasanya berwarna kuning di pinggir peron. Penumpang bisa lalu lalang menyebrangi rel seenak jidat. Tapi memang sih jalur itu cuma digunakan oleh kereta lokal. Jadi mau duduk-duduk di pinggir rel juga tak mengapa, toh tidak ada kereta lewat.
Saat jam menunjukkan pukul 17.30 WIB, kereta juga tak kunjung datang. Hmmm telat. Baru sekitar jam 17.50 WIB kereta akhirnya tiba. Saat petugas memberi pengumuman bahwa kereta lokal akan tiba, penumpang pun mulai berdiri dan siap untuk memasuki kereta. Gw sih memang sudah berdiri sedari tadi. Meski gw berdiri dekat tangga, tangga sudah dipenuhi oleh penumpang yang bersiap untuk memasuki kereta. Gw, cuma bisa melihat dan berharap bisa masuk kereta.
Penumpang yang sebelumnya gw ajak ngobrol pun sudah memijakkan kakinya di anak tangga teratas dan bersiap memasuki. Saat kereta lewat dan berjalan super pelan, si penumpang itu dengan sigapnya memasuki kereta. Padahal kereta masih berjalan
guys! Takjub gw melihatnya. Orang-orang juga sudah mulai berdesakkan memasuki kereta. Terdengarlah teriakan "Jangan dorong-dorong dong!"
Hopeless dengan tangga, gw beralih ke sisi satunya yang tidak ada tangga. Jadi pintunya itu sebelah-sebelah gitu di akhir gerbong, ga kayak KRL yang di tengah-tengah gerbong. Trus pintunya juga kecil, hanya muat satu orang untuk masuk. Gw pun langsung sigap beralih ke pintu sebelahnya. Meski tidak menggunakan tangga, kaki gw langsung gw naikkan untuk berpijak ke kereta dan tangan gw meraih pegangan. Dengan segenap tenaga, gw angkat badan gw memasuki kereta. #lebay Tapi ini beneran kaya
pull-up guys. (︶^︶) Beruntung gw punya postur tubuh yang tinggi. Jadi untuk masuk ke dalam kereta yang tingginya sepinggang gw itu pun tak masalah bagi gw, meskipun tidak menggunakan tangga.
Sudah berhasil masuk, dengan sigap gw mencari tempat duduk. Beruntung masih ada satu kursi kosong yang terlihat oleh mata gw saat memasuki gerbong. Gw pun langsung duduk bersama segerombolan pekerja yang sepertinya satu kantor. Soalnya mereka saling bercanda tawa dan berbagi gorengan.
Jam 18.00 WIB kereta berjalan. Ada beberapa bapak-bapak yang tidak kebagian tempat duduk. Jadi mereka pun duduk-duduk di dekat pintu kereta. Meski ada AC, tapi di dalam kereta sedikit panas. Namun, kadang-kadang gw merasa ada semilir angin dingin lewat. Ya ini masih mending daripada penuh sesak kan. Ketika kereta memasuki Stasiun Tambun, orang-orang sudah mulai berdiri untuk antri keluar kereta. Untuk orang yang baru pertama kali naik kereta seperti gw, harus benar-benar memperhatikan kereta sudah sampai mana, soalnya tidak ada pemberitahuan sama sekali posisi kereta itu di mana. Kalau yang sudah biasa kan langsung tahu,
oh ini sudah di Tambun,
oh sekarang lagi di Lemahabang. Nah gw? Gw pun menghitung sudah berapa kali kereta ini berhenti. Sembari melihat-lihat keluar jendela untuk melihat papan lokasi yang berada di Stasiun kereta.
Beruntung bapak yang duduk di seberang gw sadar kalau gw itu buta arah. Jadi saat gw sedang celingak-celinguk untuk memastikan posisi kereta, si bapak langsung bilang,"Sudah di Kedunggedeh. Mau turun di mana?" "Di Karawang Pak." "Oh satu stasiun lagi." Gw pun mengangguk.
Nah sesampainya di Stasiun Karawang. Gw pun bersiap turun. Saat itu gw keluar lewat jalan pinggir gitu masa. Gedung Stasiunnya sudah ditutup. Jadilah penumpang lewat sisi kiri atau ga sisi kanan stasiun. Semacam pakiran motor gitu. Jalannya pun setapak gitu dan bahkan bukan berupa jalan untuk dilalui manusia. Soalnya bebatuan dan ya gitu deh. =="
Oh ya, saat turun pun tidak ada tangga yang berada di depan pintu. Jadi gw pun lompat untuk turun. Cukup tinggi sih memang. Tapi beruntung kaki gw tak terkilir. Kan dulu jaman kuliah gw pernah sedikit latihan parkour dan diajari cara untuk melompat dari tempat tinggi. Jadi untuk ukuran tinggi sepinggang gw, masih bisa lah~ #sombong
Nah sekian cerita gw pulang ke Karawang dari Jakarta naik Kereta Api. Sebenarnya gw juga pengen juga sih mencoba untuk naik KRL sampai ke Cikarang, kemudian lanjut dengan kereta lokal dari Cikarang. Cuma kalau jalan tol lancar. Gw akan lebih memilih naik WB Trans deh daripada naik kereta. Jauh banget soalnya ke Stasiun Kemayoran. >.< Tapi keputusan gw memilih naik kereta tepat sih. Gw mendengar kabar dari teman gw yang melakukan perjalanan ke Bandung, dia membutuhkan waktu 8 jam untuk sampai ke Bandung dari Jakarta. Gila! Syukur deh gw naik kereta. Pas jam 20.00 WIB gw sampai di rumah dengan selamat ^^