Jalan-Jalan ke Thailand: Going Abroad for The First Time

Untuk perjalanan luar kota, Baby Z sih sudah beberapa kali melakukannya. Ke Bandung, ke Karawang. No problemoHow about going abroad? Well, this is the story of him going abroad for the first time. Will it be easy? Get cranky? Get sick? A thousand things were going through my head about what to prepare for when bringing a nine-month-old baby.

Well, jalan-jalan ke Thailand ini sebetulnya tidak terpikirkan sama sekali akan kejadian. Emang benar ya kata orang kalau yang mendadak tuh selalu jadi. Ya begitulah yang terjadi dengan jalan-jalan ke Thailand ini. Siapa sangka gw akan liburan ke luar negeri dengan membawa serta Baby Z. Membayangkan keriweuhan nanti di Thailand aja serasa lelah duluan 😅 Kalo kata Mr. Q, jangan dibayangin, tapi jalanin aja. 🙂 Oke baique.

Awalnya papa mertua menanyakan akan liburan ke mana saat libur lebaran nanti. Dijawablah oleh Mr. Q bahwa kami ga mungkin ngerencanain ke mana-mana karena ada Baby Z yang bikin jumpalitan kalau liburan. Kemudian mendadak diajak liburan bersama papa-mama mertua, serta keluarga kakak ipar juga. Mr. Q pun mengiyakan untuk ikut serta. Gw agak kaget karena sungguh dadakan. Gw pikir ga mungkinlah libur lebaran ini pergi-pergi. Pasti stay at home aja gitu. Eh gataunya... Gw bahkan belum ambil cuti. Untunglah kepala divisi gw baik hati, tidak sombong, dan memperbolehkan gw untuk cuti dua hari. So, berangkatlah gw tanggal 15 April kemarin.

Dari jauh hari gw sudah kasih wejangan ke Baby Z kalau nanti akan naik pesawat. Please be nice, jangan rewel, makan yang pintar, tidur saat di pesawat, and so on. Yang kalo kata parent yang pernah pengalaman bawa bayi di pesawat, cukup ampuh membuat bayi tidak rewel saat di pesawat. Beberapa kali selalu gw ucapkan mantra tersebut ke Baby Z, berharap Baby Z mengerti, dan dia pun bisa nyaman selama penerbangan.

Tips lainnya supaya si kecil ga rewel saat penerbangan adalah susui bayi saat take off maupun landing. Ini kondisi kalau si bayi bangun. Tips ketiga adalah berangkat di jam tidur bayi. Puji Tuhan penerbangan gw ke Thailand jam 14.05 WIB, which is mendekati jam nyusu Baby Z, yaitu sekitaran jam 15.00 WIB. Selain itu jadi bisa lebih santai saat siap-siap berangkat ke bandaranya. Maklum kan bawa bayi nih ya. Kalo penerbangan pagi repot bener dengan ina itu. Oia, gw naik Air Asia dengan tujuan bandara Don Mueang.

Hari H keberangkatan, jam 10 lewat kami sekeluarga berangkat ke bandara Soekarno-Hatta. Tentunya pagi hari gw sudah kasih Baby Z sarapan bubur ayam brokoli dan minum sedikit kaldu sapi terlebih dahulu supaya tidak lapar. Gw sekeluarga juga brunch dengan semangkuk baso sapi yang dibelikan papa mertua. Setibanya di bandara, kami turun di terminal 2F. Kami sudah lakukan online check-in sehari sebelumnya, sehingga saat masuk, kami tinggal drop bagasi saja. Karena bawa bayi, tentu saja gw gunakan fasilitas nursing room di dekat gw drop bagasi. Gw cukup surprise dengan nursing room di Terminal 2 bandara Soekarno-Hatta ini karena menyediakan sterilizer. Keren juga nih. Selain itu ruang menyusuinya luas. Terdapat 2 ruang menyusui. Tempat ganti popok juga ada dua. Mantul juga nih Angkasa Pura!

Jam 14.05 kami take-off. Saat pesawat lepas landas, langsung saja gw susui Baby Z dan puji Tuhan aman terkendali. Baby Z terlelap usai sesi menyusui, jadi no drama-drama di pesawat. Nah berhubung penerbangan ke Thailand itu memakan waktu 4 jam kurang lebih. Beberapa menit sebelum mendarat, Baby Z sudah terbangun dari tidurnya. Puji Tuhan dia ga rewel dan anteng bermain dengan Mr. Q. So far so good nih penerbangan ke Thailand ini. 

Sesampainya di bandara Don Mueang, kami ke Food Garden alias food court di lantai 4 bandara untuk mengisi perut lapar kami. Gw pesan tom yum noodle yang penampakannya sangat menarik.

Baby Z yang sudah 9 bulan masih MPASI. Karena lagi traveling begini, gw membawa MPASI kemasan siap saji dari Heinz dan Peachy. Mau ga mau deh karena ga mungkin gw masak kan selama jalan-jalan ini. Nah karena selama liburan ini Baby Z makan MPASI kemasan, pup Baby Z jadi padat banget. Selain itu Baby Z jadi lebih kurus. Gw sebetulnya ga sadar sih kalo Baby Z jadi lebih kurus. Sadarnya ya karena mba asisten yang lihat Baby Z sepulang liburan tuh kaget karena tidak semontok biasanya. Memang ya kalo ga makan real food tuh berat badan anak jadi kurang mantul. Makanya dr. Tan (ahli gizi yang gw ikuti di Instagram) pun berpesan untuk ga bawa anak liburan selama masa MPASI. Ya salah satunya karena berat badan anak jadi ga naik dengan bagus karena makannya amburadul selama liburan. Apalagi kalau sampai sakit saat liburan kan. Kalau sakit, tentu saja kenaikan berat badan lebih terganggu lagi.

Kenyataannya, Baby Z pun sempat demam saat hari-hari terakhir liburan. Huft. Tentu saja gw sudah siap sedia obat penurun panas. Saat kembali ke Indonesia pun Baby Z masih demam. Saat penerbangan pulang gw minumkan Baby Z obat penurun panas. Berhubung saat pulang pesawat kami itu tengah malam, jadi memang jam tidurnya Baby Z. Tapi dia jadi lebih rewel karena demam kan dan maunya nyusu terus. Hampir sepanjang penerbangan gw susui dan gw merasa badannya panas. Puji Tuhan saat mendarat, panasnya berangsur-angsur menurun karena sudah diminumkan obat penurun panas. Mr. Q sendiri pun terserang flu selama liburan. Menyusul gw yang pilek juga esok harinya setelah sampai rumah. 😥 Nampaknya tertular Mr. Q.